dr. Han langsung mengkoordinasi semua anak magangnya supaya bisa membantu dr. Richard untuk menemukan orang yang bertanggung jawab atas malapraktik* 5 tahun lalu terhadap Ny. Tiara. “Gaby, tetaplah bersama pasien. Jaga agar dia bahagia … dia sepertinya menyukaimu.” Perintah dr. Han pada Gaby.
“Baiklah, baiklah, um, berapa lama aku? Maksudku, secara teknis, aku pulang jam 6:00.” Dengan hati-hati Gaby meminta dr. Han agar memulangkannya tepat waktu.
“Apakah aku diundang?” cetus dr. Han membahas pesta yang akan diadakan Gaby dan Izzie di rumah Gina.
Gaby kaget dari mana dr. Han bisa tahu rencana pestanya. “Maaf?” cetus Gaby disambut lirikan cemas dari Cristina yang berdiri di sebelahnya.
“Apakah aku diundang ke pesta?” ulang dr. Han.
“Oh, yah begitulah ya, ya, tentu saja,” jawab Gaby mengiyakan permintaan dr. Han. dr. Han tersenyum puas lalu masuk ke ruangan konsulen.
C
Cristina berjalan menuju ruang arsip. Dia membereskan beberapa berkas pasien. Kebetulan ruang arsip berseberangan dengan ruang konsulen. Dengan jelas Cristina bisa melihat, Nazi sedang bicara dengan dr. Bram di ruangan konsulen. Cristina bisa menangkap bahwa Nazi sedang berbicara tentang penemuan berkas penting operasi 5 tahun lalu. Terlihat dr. Bram tertunduk seolah terpapar penyesalan yang sangat mendalam. Cristina berusaha tidak peduli, dia bersiap-siap pulang untuk pergi ke pesta Izzie di rumah Gina. Dengan perasaan yang masih kesal karena tidak berhasil membujuk ibunya untuk menandatangani berkas dokumen penting. Akhirnya Gina pulang ke rumah untuk beristirahat. Tapi apa yang dia dapat? Halaman rumahnya dipenuhi dengan orang-orang yang berseliweran keluar masuk. Hentakan musik terdengar sayup-sayup dari dalam sana. “Izzie, aku akan membunuhmu,” gumam Gina.
Pagi-pagi sebelum jam 7 Gina sudah datang ke Mandaya. Hari ini memang sangat menentukan dimana dia akan dipertemukan dengan Kepala Rumah sakit dan pengacara RS untuk membahas kesalahan yang dia lakukan pada saat operasi jantung. Tak ada lagi beban dalam hati Gina. Dia pasrah meskipun memang harus dipecat hari itu juga. Semua memang karena kesalahannya. "Paling tidak aku memiliki sahabat-sahabat yang terbaik." Begitu batin Gina.Seperti biasa, Gaby, Izzie dan Cristina menunggu kabar sambil duduk-duduk di sebuah bangku pojok RS yang jaraknya tak jauh dari ruang meeting."Apa yang kamu pikirkan?" celetuk Gaby pada Cristina yang tampak sangat tegang sekali."50 persen akan mengatakan Gina harus dilempar keluar dan Bram bersih," jawab Cristina sambil mengetuk-ngetuk ujung stetoskop supaya tidak terlihat gugup."Tolong bersikap baik padanya," sahut Izzie sambil memandang kedua sahabatnya satu persatu.Di dalam ruangan meeting semua tampak tegang. Sebenarnya Rich
Diikuti semua anak didiknya, dr. Han masuk ke kamar pasien pertama nya."Selamat pagi, Nona Anie..." sapa dr. Han.Wanita berumur 40 an itu tersenyum manis."Apa itu?" IIe berbisik pada Gina"Tumor," jawab Gina pelan.Alex muncul dengan sangat percaya diri ke kamar itu. Memang dia yang bertugas untuk merawat Anie selama di RS. "Selamat pagi, Annie. Bagaimana kabarmu? Ini Dr. Bailey, dan ini semua teman-teman magangku."dr. Han melotot pada Alex, Alex dianggap tidak sopan karena telah memanggil pasien langsung dengan nama. Diluar dugaan. Annie ternyata baik-baik saja saat dipanggil hanya namanya saja."Aku yang suruh dia panggil aku "Annie." Nona Annie membuatku merasa tua dan gendut, memang aku gendut sih, tapi kenapa harus merasa gendut?" Annie bergumam sendiriDr Bram masuk untuk visite dokter rutin."Annie, ini Dr. Burke.
Gina yang ditugaskan menangani Tn. Edward tampak sangat disukai oleh pasien, pasien terlihat sangat menurut dengan apapun yang dikatakan Gina. "Oke Tuan..Kami akan membuatmu lebih nyaman, ya? aku akan kebawah dulu, dan segera kembali kesini." "Oke." Tn Edward menjawab sambil menahan sakitnya. Gina bergegas keluar karena ada panggilan dari pasien lainnya, Tami, anak Tn. Edward memanggil Gina untuk berbicara mengenai rencana operasi yang akan dijalankan oleh ayahnya. "Permisi. Maaf, dokter..." "Gina." "Ayahku sepertinya menyukaimu. Dia selalu suka pada wanita kurus berambut lurus." Tami terdiam merasa kalau ucapannya sangatlah keterlaluan. "Apa itu tidak sopan? Maaf. Aku sangat lelah." "Apa ada sesuatu...?" Gina mencari tahu apa penyebab kegundahan yang diperlihatkan oleh Tami. "Aku ingin tahu apakah kau bisa bicara dengan ayahku." "Tentang?" "Operasi otak. Dokter t
Waktu makan siang tiba, Gina mengajak Cristina makan bersamanya di cafetaria luar yang langsung bersebelahan dengan taman. Sambil berjalan mencari spot terbaik. Gina mulai bercerita pada Cristina. "Dia secara terang-terangan membantuku di depan Hitler dan lalu secara terang-terangan menolakku," keluh Gina bicara tentang perlakuan dr. Daniel dan Nazi padanya hari ini. "Bagaimana kau tahu dia membantumu?" tanya Cristina sambil menarik kursi makan di sudut yang pas. "Lihat, kau punya otak pintar. Kau masuk ke program magang ini. Daniel mengunyah kuemu bukan berarti kau tidak berhak atas apa yang kau kerjakan," sahut Cristina yang diam-diam merasa diuntungkan karena tidur dengan Bram. "Tapi dia membuatku terlihat jelek," ungkap Gina. "Aku harus mengakhirinya." Alex dan Izie muncul dan bergabung dengan mereka berdua. "Apa benar kau ikut operasi tumor itu?" tanya Izie pada Cristina. "Kau ikut operasi? Bagaimana perasaanmu?" tanya Alex meskipun dia s
Operasi otak Tn. Edward akan segera dilaksanakan, operasi dilakukan dengan keadaan otak yang sedang sadar. Pada kondisi-kondisi tertentu memang diperlukan operasi otak sadar karena dokter bedah saraf membutuhkan pasien dapat merespon selama operasi berlangsung yang menentukan penanganan selama operasi … operasi dimaksudkan agar ketika operasi berlangsung dokter tidak merusak area otak yang mempengaruhi fungsi berbicara dan pergerakan.“Neuro sponge. Bagaimana keadaanmu, Tn. Edward?” tanya dr. Daniel.“Baik,” jawab Edward sedikit tegang.“Bor diisi daya,” ucap perawat pada Daniel.“Mana si kurus cantik?” Tn. Edward mencari-cari Gina.“Aku disini. Bisa melihatku?” Gina bergeser dan berdiri tepat disamping kasur Tn Edward.“Aku
Alarm darurat Izzie terus berbunyi tak henti-hentinya. Dia berlari ke kamar Tn Hari karena panggilannya memang dari sana. Izzie masih belum faham keadaan gawat apa yang dialami pasiennya. Karena dari pagi dia tampak stabil dan baik-baik saja. “Tidak, tidak, tidak, Hari! Tidak, tidak, tidak!” tiba di kamar Tn. Hari, Izzie disambut oleh Ami, istrinya Tn. Hari yang sedang histeris. “Ada apa?” tanya Izie pada perawat. “Tekanan darah jatuh ke 64 per 22, dan V-tach* berdetak sangat kencang yang tidak menyembur. Tekanan vena sentral melambung tinggi.” Izie langsung memerintahkan pada perawat pembantunya “Beri dia dopamine* 10 ml.” “Dia sudah kelebihan dosis,” tolak perawat. “Dokter residen sudah kesini sejam yang lalu. Sekarang aku tidak bisa mengubunginya.” “Lakukan sesuatu! Ada apa?!” Ami marah d
Jam 6 pagi, alarm Gina berbunyi nyaring. Tangan Gina meraba-raba kesana kesini hendak mematikan alarm.{Diary Gina/ Baiklah, siapapun yang bilang kau bisa mati saat tertidur. Beritahu mereka untuk datang berbicara dengankusetelah beberapa bulan mencoba sebagai Dokter magang. Tentu saja, Itu bukan hanya pekerjaan yang membuat kami terjaga sepanjang malam.}"Kamu harus bangun sekarang," Gina mencium Daniel yang terlihat masih sangat mengantuk."Apa? Ya Tuhan, jam berapa sekarang? Ini jam 06:00, dan aku ada jadwal pre-round," bisik Gina di telinga Daniel. Daniel mendesah malas-malasan. Dan kau juga harus pergi sebelummereka melihatmu." lanjut Gina."Oh, ayolah, sekarang. Kenapa kau tidak membiarkan mereka melihat saja?"Gina tertawa, "Tidak boleh!"~~~~Di dapur Izzie masih tampak lelah dengan tugasnya yang kemarin. Ditambah, ranjang Gina sangat berisik semalaman. Membuat Izzie makin kurang tidur. Alhasil, pagi ini mood dia b
Izzie terburu-buru pergi ke ruangan anak. Di tangga darurat dia bertemu dengan Alex. Izzie malu-malu saat bertemu Alex. Jelas sekali tampak dari wajahnya kalau dia memang sudah jatuh cinta pada Alex."Hei ... Hei tunggu," sapa Alex.Izzie berhenti dan berbalik "Apa?""Nih ada bulu mata di pipimu," suara Alex manja. "Ayo make A wish." Gurauan Alex berhasil membuat Izzie tertawa.Tak lama kemudian mereka berpapasan dengan seorang perawat yang sering membantu Alex. Perilaku Alex yang manis tiba-tiba berubah menjadi arogan. Satu hal yang Izzie benci. "Hei, Perawat bodoh. Ada bau orang mati kamar 4125. Lakukan sesuatu sebelum dia membusuk," kata Alex dengan sinis. Izzie lalu berjalan menjauh melihat kelakuannya."Lihat? Itulah yg ingin aku katakan. Kenapa kamu begitu takut meperlihatkan pada orang bahwa kau juga manusia?" Gaby serta Merta menyela."Ingat saat dia memasang wallpaper di tempat itu de
Pagi itu, sebelum berangkat kerja Gina mengajak Cristina Jogging. Selama Jogging tak henti hentinya mereka saling mengumpat. "Oh. kamu bodoh. oh, Tuhan. Kamu seorang gadis jahat bodoh dan aku ingin membunuhmu," umpat Cristina sambil terus berlari.Gina langsung berkomentar. "Endorfin itu baik. Endorfin* adalah lift mood. Ini seharusnya membuat kitamerasa lebih baik. Oh, Tuhan. Apakah kamu merasa lebih baik?" Gina malah balik bertanya pada Cristina."Aku bodoh, nyonya slutty, wanita nakal hamil. Tidur dengan atasan kita.adalah ide yg bagus." Cristina langsung menghela nafas sambil membaringkan dirinya di rumput taman. Gina mengikutinya, dia rebah di sebelah Cristina. "Kamu tahu apa yang menghancurkanku?" kata Gina sambil sesekali mengatur nafasnya. "Kapal feri. Dulu aku suka kapal feri. Dan Daniel berhubungan dengan kapal feri. Sekarang setiap kali aku lihat kapal feri ..."Cristina tak mau kalah, dia ceritakan juga kegalauannya. "Kamu tahu apa yang mengh
dr. Bram mendapatan laporan dari Ny. Paula, sekretaris dia. "Donor dari Jakpus harus berada di sini jam tiga. Tim Harvest dalam perjalanan masuk. Aku perlu menghubungi pusat transplantasi tentang Bob mendapatkan hati anaknya."Gina muncul menghadap pada dr Bram. "dr. Bram? dr.Han membutuhkan OR dan ruangan semua dipesan.""Untuk?" tanya Bram.Gina memberikan hasil pemeriksaan. "Obstruksi usus yang muncul.""Obat-obatan?" cetus dr. Bram sambil melihat hasil Rontgen.Gina menyela. "Sepuluh kepala boneka Judy.""Serius?" dr. Bram terbelalak kaget."Iya..Aku bisa melihat wajah mungil mereka. "Tolong, biarkan aku keluar." Celetuk Paula."Hernia Bump Warner dalam satu, tapi jangankatakan padanya apa yang kita keluarkan," kata Bram pada Gina."Terima kasih."dr. Bram langsung masuk ke ruangan Richard. Disana tampak Adele sedang membereskan barang-barang Richard. "Jika dia tidak bisa dimasuki disini, Dia ingin mem
♥DG/ Aku punya seorang bibi yang setiap kali dia menuangkan sesuatu untukmu, akan berkata, "Katakan kapan."Pagi hari yang sangat menyiksa. Semalaman Gina mabuk berat dan pagi ini dia harus berbaring di kamar mandi karena muntah terus-terusan. "Bukan kita. Itu mereka. Mereka dan anak laki-laki bodoh mereka. Mereka tidak mengatakan bahwa mereka punya istri," ceracau Gina sambil berbaring.Cristina yang rebah diatas bathtub ikut menimpali. "Mereka sama sekali tidak memberi peringatan bahwa mereka akan putus denganmu. Bukan masalah Bram putus dengan aku. Tapi cara dia putus denganku. Seperti itu bisnis. Seperti bisnis ... Seperti dia bos ku." Celoteh Cristina."Dia memang bos kamu," sahut Gina. "Dan yang lebih buruk lagi adalah aku peduli. Aku akan muntah lagi," buru-buru Gina menghampiri Closet.♥DG/ Bibiku akan berkata, "Katakan kapan," dan tentu saja kita tidak pernah melakukannya."Tidak tunggu alarm palsu." Gina mengurungkan niatnya
Ruang bayi masih tetap menjadi tempat menenangkan untuk Gaby dan Gina. Begitu juga hari itu secara tak sengaja mereka bertemu disana.Gaby bergumam, menghafal kata-kata yang akan dia ucapkan pada kepala RS. "Oh, hai, Chief. Tidak, tidak banyak yang terjadi. Selain kepala sementaramu dengan teman aku di tangga, Tapi, hei ... tugas spons menyebalkan.” Gaby bergumam sendiri. Tanpa dia sadari Gina sudah berdiri di sebelahnya. "Kamu berbicara dengan diri Kamu sekarang?" tanya Gina."Ya. Tidak!" Gaby gelagapan."Sialan, aku spons yang buruk. Spons yang bocor. Aku akan membocorkan semua rahasia yang salah. Aku pembohong yang buruk, bahkan tidak bisa berbohong tentang berbicara kepada diri sendiri. Kamu terlihat cantik hari ini." Gaby berusaha mengalihkan perhatian.Gina menjawab. "Pakai lip gloss baru aku. Karena istri mantan pacar aku terlihat seperti lsabella freakin 'Rossellini, dan aku seperti ... aku. A
♥DG/ ☆☆☆♥DG/ Menjadi ahli bedah yg bagus, Kamu harus berpikir seperti ahli bedah. Emosi-emosi berantakan. Menyimpannya dengan rapi. dan langkah ke dalam sebuah bentuk, ruangan steril. Padahal itu prosedur yg simple. potong, jahitan bedah dan tutup.♥Gina duduk di Star Bar. Bar tempat pertama kalinya bertemu dengan Daniel dan kini dia harus disana merayakan kehilangan."Kamu kelihatan familiar. Kamu pernah kemari sebelumnya?" tanya Joe si pemilik bar dengan ramah.""Sekali. Itu berjalan lancar." Jawab GinaJoe tersenyum. "aku tahu tatapan itu. Yang satu dari dua hal. Salah satu bosmu memberimu neraka atau pacarmu. Yang mana itu?""Keduanya." Jawab Gina asal-asalan. "Tetapi kadang-kadang, Kamu dilapisi dengan sebuah luka
Cristina dan Izzie segera melakukan tindakan pada Tn. Frank. "Tn. Frank, kami akan memberikan bius lokal, tapi mungkin kau akan merasa ada tekanan." "OK. Aku siap," jawab Tn Frank dengan percaya diri. "Tekan kulitnya," Cristina menyuruh Izzie. "OK." Selang dimasukan. Cristina melanjutkan tindakanya, "Aku sampai di rongga peritoneum. Cairannya ada darahnya." Gumam Cristina. "Apa memang seharusnya berdarah?" tanya Izzie. "Kalian pernah melakukan ini, kan?" Tn Frank ikut berkomentar. Cristina tersinggung "Tentu saja. Beribu kali." Beberapa saat kemudian Bagus, Mr. Frank. Selang sudah terpasang di tubuh Mr. Frank "OK. Tunggu, tunggu. OK, ayo." "Bagus," sahut Cristina sambil menghela nafas. "Sekarang kita tinggal tunggu." ☆☆☆ Richard dan Daniel langsung memeriksa hasil MRI Richard. "Kau lihat disitu?" Kata Daniel pada Richard. "Mm-hmm." Gumam dr. Richard. "Itu tumor, dan tumorn
Dengan hati-hati Daniel mengetuk pintu ruangan kerja dr. Richard lalu dia duduk tepat di hadapannya, seolah Daniel bisa membaca dengan tepat kegalauan yang tersirat di mata dr. Richard dia langsung bertanya. "Kau menjatuhkan alat operasi." Daniel lalu terdiam, melihat respon dari dr. Richard. "Baiklah…" dr. Richard terdiam sejenak lantas menatap Daniel lekat-lekat. "Beberapa minggu yang lalu, aku menjalani operasi, dan penglihatan di mata kiriku jadi kabur. Setelah beberapa jam, akan kembali normal. Tapi muncul lagi." "Apa kau sudah memeriksanya?" tanya Daniel "Hasil pemeriksaan normal. Dokter mataku bilang karena aku semakin tua. Tapi kau tahu kemerosotan kemampuan penglihatanku bisa berarti apa." "Aku akan siapkan beberapa pemeriksaan." Daniel langsung segera menindaklanjuti keluhan dr. Richard. "Daniel…Aku tahu bagaimana rumor cepat tersebar disini. Jadi cukup simpan untuk kita saja." Daniel segera mengangguk
Seorang pria tua denga perut membengkak memjadi pasien Cristina dan Izzie. Hari itu mereka mulai pemeriksaan, "Tn. Frank, sudah berapa lama perutmu begini?" tanya Cristina."Perutnya membesar selama beberapa waktu," jawab Ny. Frank."Aku sudah bilang padanya ada yang salah," Alice, anak dari tuan Frank ikutan berkomentar. "Tidak ada orang yang menggemuk secepat ini. Sudah ku bilang. Semua orang sudah bilang padanya," dia berbicara dengan nada sinis pada ayahnya."Dia mengidap adanya gumpalan cairan. Pembuluh darah abnormal di dekat kulit," ungkap Izzie."Apa artinya itu?""Kita harus melakukan beberapa pemeriksaan.""Bagus…" sela Alice. "Berapa yang harus kita bayar kali ini?""Alice, jangan!" Ny. Frank memotong ucapan Alice.☆☆☆Menjelang sore Gaby menghampiri ruangan hasil lab untuk mengetahui hasil pemeriksaan dirinya. "Hai, ah, hasil untuk Gaby?""Aku tidak lihat ada disini. Siapa nama pasiennya?"