All Chapters of Terjebak Cinta Mantan: Chapter 61 - Chapter 70
94 Chapters
TCM 61
Lanie duduk termangu setelah melihat acara pernikahan Arga dan Ana. Apa yang dilihatnya benar-benar membuat Lanie memikirkan sesuatu. "Tanda itu, kenapa begitu sangat mirip?" Saat Lanie sedang memikirkan apa yang dilihatnya, Samuel datang membawa minuman untuk Lanie. "Minum dulu, kamu dari tadi tampak melamun!" Samuel duduk di samping Lanie. "Terima kasih," ucap Lanie seraya mengambil gelas yang disodorkan oleh Samuel. "Apa kamu masih tidak setuju dengan pernikahan mereka?" tanya Samuel menyelidik, masih merasa kalau Lanie tidak senang. Lanie tersenyum masam, tidak ada yang tahu kalau dirinya menyukai Arga. Tapi, bukan itu alasan Lanie bersikap seperti sekarang, ada hal lain yang benar-benar mengganjal di hatinya. "Bukan," sanggah Lanie. "Itu urusan mereka, aku juga tidak punya hak untuk melarang atau mengatur. Hanya saja aku merasa baru melihat sesuatu yang
Read more
TCM 62
Sulur sang surya mulai merambat masuk, melewati celah jendela mengusik jiwa yang tengah tertidur lelap. Cahaya mulai menyilaukan, melambai hendak mengajak setiap insan yang masih berada di dalam mimpi untuk bangun bersamanya. Arga menggerakkan kelopak mata, mencoba membuka mata dengan perlahan, hingga akhirnya kelopak mata terbuka sempurna. Arga langsung bangun ketika mendapati sisi ranjangnya kosong, duduk seraya mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. "An!" Arga memanggil nama Ana. Arga bergegas bangun, takut jika apa yang terjadi semalam hanyalah sebuah mimpi belaka. Hingga ia berhenti mengangsurkan kaki ketika melihat pintu kamar terbuka. Ana masuk dengan cangkir di tangan, melihat Arga yang sudah bangun membuat Ana langsung mengulas senyum. Arga menghela napas lega ketika melihat Ana, sempat merasa takut kalau Ana tidak benar-benar bersamanya. "Sudah bangun," ucap Ana sera
Read more
TCM 63
Mikayla sedang berada di kamar Alisya. Sejak Zidan memaafkan dirinya, ia pun kembali tinggal di rumah itu. "Sya, sejak kak Zidan bercerai, apa dia baik-baik saja?" tanya Mikayla yang berbaring dengan posisi telungkup di atas kasur Alisya. Alisya berhenti menulis tugasnya, kemudian menoleh pada Mikayla, gadis itu mendesau. "Awalnya sangat buruk, dia mengurung diri selama beberapa hari, bahkan ambil cuti tahunannya hanya untuk berdiam diri. Sepertinya kak Zidan masih belum merelakan, tapi mungkin dia juga berpikir untuk apa mempertahankan kalau kak Ana sendiri sudah tidak menginginkan," jawab Alisya panjang lebar. Mikayla terlihat berpikir, kemudian menatap Alisya yang menunduk dan memainkan kaki menendang kaki meja. "Apa hanya karena nasib? Atau memang ada masalah lain yang membuat mereka berpisah?" tanya Mikayla penasaran, karena semenjak dirinya kembali, baik Zidan maupun Alisya
Read more
TCM 64
Pagi itu udara begitu dingin, angin mulai menyelinap masuk melalui celah jendela dan ventilasi udara. Arga yang merasa dingin menarik selimut hingga sebatas leher, memeluk Ana yang masih terlelap. Hingga Arga membuka kelopak mata, menatap wajah Ana yang terlihat begitu berseri meski masih dalam keadaan tidur. Arga mengulurkan tangan, menyingkirkan helaian rambut yang sedikit menutup wajah Ana, tersenyum menatap wanita yang begitu teramat dicintainya. Ana mengerakkan kelopak mata ketika merasakan sebuah sentuhan di wajahnya, mengerjapkan kelopak mata berulang kali hingga bisa terbuka sempurna. "Selamat pagi," sapa Arga yang disusul sebuah kecupan di kening Ana. "Selamat pagi," balas ana seraya mengulas senyum. Arga mengusap rambut Ana, bahkan menyisir dengan jemarinya berulang kali. "Masih ngantuk?" tanya Arga. Ana hanya mengangguk, merengkuh tubuh Arga dan me
Read more
TCM 65
"Setahuku, dia anak kandung mereka. Tidak tahu juga, karena yang sering aku lihat dan hadapi, kedua orangtuanya memang terlihat membedakan mereka."   Cerita Samuel terngiang di telinga Lanie, rasa penasaran tentang siapa Ana sebenarnya terus berputar di pikiran. Setelah menemui Samuel, Lanie tampak memacu mobil menuju rumah Ana, ingin mencari info tentang wanita yang kini menjadi istri vokalisnya.   Lanie memarkirkan mobil di halaman rumah orangtua Ana, tampak rumah yang sedikit besar meski tidak terlalu mewah. Wanita itu menarik napas kemudian menghela perlahan, Lanie membuka pintu dan keluar, berjalan menuju pintu rumah orangtua Ana.   "Mau cari siapa, Mbak?" tanya seorang wanita paruh baya ketika pintu terbuka.   Lanie menatap dan memperhatikan, serta menebak kalau yang membukakan pintu adalah pembantu rumah itu.   "Ibunya ada?" tanya Lanie menjawab pertanyaan wanita paruh bay
Read more
TCM 66
Lanie terlihat duduk di sebuah kafe, tengah menunggu Shima datang. Rasa penasaran sejak melihat tanda lahir di belakang telinga Ana saat memakaikan anting, membuat Lanie harus memastikan apakah Ana adalah adiknya yang bernama Lila. Lanie ingat betul kalau Lila memiliki tanda lahir di belakang telinga.   "Maaf sudah membuat Anda menunggu," ucap Shima yang baru saja datang.   Lanie langsung mempersilahkan Shima duduk, kemudian bersiap melakukan pembicaraan tentang Ana.   "Sebelumnya, saya ingin tahu. Kenapa Anda ingin tahu soal Ana?" tanya Shima memastikan sebelum dirinya bercerita banyak.   Lanie menatap Shima, jika tidak jujur mungkin saja Shima tidak mau memberitahu tentang Ana. Tapi kalau jujur, dia sendiri belum yakin apakah Shima benar-benar tahu akan hal yang ingin diketahuinya.   "Sebenarnya, aku merasa kalau Ana adalah orang yang sangat aku kenal, karena itu aku ingin mema
Read more
TCM 67
Saat pagi hari, Mikayla sudah duduk di atas closed yang tertutup, gadis itu seakan sedang marapalkan doa meminta apa yang ditakutinya untuk tidak terjadi. Mikayla ingat kalau tamu bulanannya belum datang, bukan tanpa sebab khawatir, itu karena Mikayla pernah melakukan beberapa kali hubungan intim. Hingga saat pulang kerja kemarin Mikayla membeli testpack, mencoba mencari tahu akan kondisi tubuhnya, meski dirinya berharap kalau yang dipikirkan untuk tidak terjadi. Mikayla sudah menunggu beberapa menit untuk tahu hasilnya. Dia menggenggam erat testpack yang ada di tangan, matanya terpejam karena takut hingga kemudian membuka genggaman serta kelopak mata perlahan secara bersamaan. Mikayla langsung menutup permukaan bibir untuk tidak menjerit, dua garis merah menandakan kalau dirinya hamil. "Tidak! Tidak! Tidak! Ini tidak mungkin terjadi." Mikayla mencoba memungkiri apa yang dilihat. "Bagaimana bisa seperti ini?"  Mikay
Read more
TCM 68
Ana tersenyum dengan sedikit menggeleng kepala pelan karena rasa tidak percaya. Ia mengambil hadiah yang diberikan oleh Arga dari kotak yang baru dibuka, sebuah kunci mobil kini sudah ada digenggaman. Hingga Ana melihat secarik kertas, mengambil dan membaca isinya. 'Hadiah kecil untuk pernikahan kita. Aku sadar tidak akan bisa mengantarmu sembarangan, jadi aku hanya bisa menebusnya dengan memberikan tranportasi, agar kamu tidak kesulitan ketika bepergian. Love you' Ana tersenyum membaca pesan yang ditulis sang suami, hingga kemudian meraih ponsel dan mengambil gambar kunci mobil, menulis sebuah pesan bersama foto yang diambil. [Terima kasih untuk hadiahnya, aku akan memberikan hadiah untukmu ketika pulang] Ana terlihat bahagia, meski baginya mobil tidaklah penting, tapi tetap menghargai pemberian sang suami dengan berterima kasih dan menerima. --- 
Read more
TCM 69
Arga baru saja sampai di studio, lantas melihat layar ponsel di mana ada ikon pesan chat terpampang. Arga menekan dan melihat pesan Ana. ANA[Terima kasih untuk hadiahnya, aku akan memberikan hadiah untukmu ketika pulang] Arga tersenyum membaca pesan Ana, lantas dengan cepat mengetik pesan untuk membalas. [Aku akan senang kalau hadiah pernikahan, aku dapatkan saat di luar kota] Arga sudah mengirimkan pesan, menunggu tapi belum dibaca Ana. Akhirnya Arga memilih memasukkan ponsel ke saku jaket, meraih tas ransel miliknya hingga kemudian turun dari mobil. Arga berjalan masuk ke studio, karena pernikahan yang dilakukan oleh Arga hanya diketahui oleh segelintir orang saja, membuat para karyawan studio bersikap biasa. Arga masuk ke ruangan khusus tempat dirinya dan para personil band istirahat. Semua sudah datang dan ternyata memang tinggal menunggu Arga. "Cie, cie! Yang pengant
Read more
TCM 70
Karena masih merasa hatinya tidak bisa tenang, Zidan yang belum sama sekali pernah bertemu Ana setelah berbulan-bulan, akhirnya kembali datang ke kafe Ana, tapi hanya sekedar duduk di mobil yang berhenti di seberang jalan. Zidan hanya berharap kalau bisa melihat wajah Ana meski sekilas. Hingga keinginannya itu benar-benar terkabul, Zidan melihat pintu kafe terbuka dan Ana berdiri seakan sedang menahan pintu itu untuk seseorang, Zidan terkejut ketika melihat siapa yang keluar.   Ana membukakan pintu untuk Mikayla, tersenyum hangat pada gadis itu.   "Ingat ya, Mik! Jangan melakukan hal aneh-aneh atau berpikir untuk mengugurkan kandungan itu. Besok kita ke rumah sakit untuk memeriksakan," ujar Ana.   Mikayla mengangguk, kemudian mengulas senyum untuk Ana. "Terima kasih ya, Kak! Meski aku sangat jahat, tapi Kak Ana masih mau membantuku," ucap Mikayla yang terharu dengan kebaikan Ana, melupakan sejenak kekurangan Ana dan meng
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status