Home / Lain / Cute Pumpkin & The Badboy / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Cute Pumpkin & The Badboy: Chapter 31 - Chapter 40

72 Chapters

Bag 31

“Oh tidak! Ini semakin mengesalkan! Tidak, aku tidak bisa kalah lagi kali ini!”Ran kembali menekan tulisan ‘start’ di dalam kotak yang terpampang nyata di layar ponselnya. Setelah itu, muncul kotak-kotak yang berjalan dengan cepat, diiringi sebuah musik. Ran langsung asyik menekan kotak-kotak itu. Wajahnya terlihat serius. Pekikan beberapa kali terdengar dari mulutnya saat hampir saja dia gagal menekan salah satu kotak yang berjalan cepat itu. Ran tanpa sadar menggoyang sedikit kencang ayunan yang didudukinya karena terlalu gemas. Saat ini dia sedang berada di dalam gazebo di taman belakang rumahnya, menikmati liburan yang malah membuatnya kesal karena salah satu aplikasi game di dalam ponselnya ini.Ran tidak sadar jika sejak lima menit yang lalu, ada seorang pria yang memperhatikannya dengan mata terbelalak. Pria itu terkejut, tak menyangka jika wanita yang lima hari yang lalu bertunangan dengannya bisa seperti itu. Sebenarnya apa yang dilaku
Read more

Bag 32

“Kenapa kamu melihatku seperti itu?”Aryan menutup mulutnya yang ternganga seperti orang bodoh. Pria ini mengerjap beberapa kali, masih tak menyangka jika tunangannya ini pintar melempar bola basket hingga masuk ring.“Ka-kamu..bisa main street basketball?”Ran memutar bola basket di tangannya. Sebelah tangannya yang bebas berada di pinggang. Wajahnya datar menatap sang tunangan. “Kamu lihatnya bagaimana?”“Jago banget…” lirih Aryan.Ran memutar bola mata malas. “Kamu pasti berpikir kalau aku tidak tahu cara bersenang-senang,” gerutu Ran.Wanita ini kembali memposisikan tubuh ke arah depan, tempat di mana permainan street basketball itu berada. Mereka saat ini sedang berada di pusat permainan di mall yang mereka datangi.Setelah tadi masih tak berhasil mengalahkan game di dalam ponselnya, Ran akhirnya menyerah. Namun moodnya jadi buruk. Ditambah lagi ciuman tak sen
Read more

Bag 33

Sepanjang sore menjelang malam, Aryan dan Ran memainkan berbagai permainan yang ada di sana. Pria itu beberapa kali bersikap konyol. Bahkan tak jarang bergabung dengan anak-anak di sana yang kebetulan juga bermain berbagai macam permainan yang ada di tempat itu.Sudah bukan rahasia lagi kalau Aryan pandai mencuri hati anak kecil. Terbukti dengan kedekatannya pada anak-anak di panti asuhan ‘RUMAH INDAH’ milik Rianti.Ah..bukan hanya mencuri hati anak kecil, Aryan juga pintar mencuri hati siapa pun dengan mudah, baik pria maupun wanita. Kepribadiannya yang santai dan selalu dapat meramaikan suasana, membuat orang-orang langsung merasa nyaman berada di dekat pria itu.Pria yang mempesona, tapi juga pasti akan bikin gondok kalau saja Ran tipe wanita yang pencemburu. Untungnya Ran bukan tipe wanita yang seperti itu. Bahkan saat dulu dirinya berhubungan dengan Juna, Ran terkesan cuek dan tak peduli jika Juna berinteraksi dengan para wanita yang bergenit ri
Read more

Bag 34

“Bangun, Aryan. Kamu makan dulu, Anak Tampan.”“Ma, biarin Aryan tidur dengan tenang.”“Tenang apanya?! Mama yang tidak tenang kalau kamu belum makan! Ini sudah sore, dan kamu tidak makan sejak pagi!”“Kepala Aryan pusing, Ma~” Pria yang sedang berbaring ini mengubah posisinya menjadi tertelungkup, lalu mengubur kepalanya dengan bantal.“Makanya makan dan minum obat! Kamu mau mama panggilkan dokter?!” ancam Kania. Wanita paruh baya ini gemas sendiri pada sang anak.Anaknya kalau sedang sakit seperti ini cenderung tidak rewel. Hanya akan tidur sepanjang hari seperti mayat hidup, dan selalu tidak ingin dipanggilkan dokter.Kalau Kania nekat memanggil dokter, sang anak akan kabur ke rumah Kendrick Gevan, sahabat baik sang anak yang sudah Kania anggap anak sendiri itu. Aryan akan tidur seharian di rumah Gevan, mengunci pintu kamar tamu yang selalu dia tempati jika menginap d
Read more

Bag 35

“Jangan deket-deket sama manager kamu itu ya!”Ran menghela napas lelah. Pria di sampingnya ini sepanjang perjalanan menuju restoran tempatnya bekerja selalu mengatakan hal yang sama. Sampai Ran bosan sendiri mendengarnya.Hari ini Ran sudah kembali bekerja di TASTY PALACE RESTAURANT, yang mana adalah restoran tempatnya bekerja lebih dari tiga tahun belakangan. Setelah satu tahun lebih bekerja di salah satu cabang di London, Ran dipindahkan bekerja di restoran pusat yang ada di negaranya sendiri, karena Ran sekeluarga kembali ke negara ini dua tahun yang lalu.“Kamu kerja di hotel aja deh.”Ran melirik pria yang sudah kembali kelihatan segar bugar ini. Setelah sakit selama empat hari, tunangan gilanya ini sudah kembali beraktivitas. Ini hari pertamanya kembali mengantar Ran dan bekerja.“Masa kerjaku di Hotelmu sudah selesai.”“Ya maksud aku pindah kerja. Kamu keluar aja dari restoran itu
Read more

Bag 36

Sepanjang siang, senyum Ran sesekali terlihat. Hal itu tentu saja membuat dirinya jadi bahan gosip para karyawan yang bekerja satu shift dengannya. Jarang-jarang mereka melihat kepala chef restoran tempat mereka bekerja tersenyum sebanyak itu.Biasanya Ran hanya senyum seadanya. Bahkan di saat yang lain terbahak mendengar lelucon yang dikeluarkan salah satu karyawan saat mereka berkumpul atau sedang briefing, Ran hanya tertawa kecil.Wanita ini bukan tak tahu jika dirinya jadi bahan omongan alias bahan gibahan, tapi Ran memilih mengabaikan. Toh bukannya bagus jika mereka semua menganggap Ran dan tunangannya itu saling mencintai? //Aryan KusumoKmu bru makan siang?? Jgn lpa makan yg banyak!  //Aryan KusumoAku rasa kmu hrs gemukin badan. Kmu trllu kurus. //Aryan KusumoKmu gak ikt2 program
Read more

Bag 37

Ran menyandarkan punggungnya dengan nyaman pada sofa ruang keluarga saat dirinya baru saja tiba di rumah. Wanita ini meregangkan otot-otot tubuh yang terasa letih.Hari ini restoran tempatnya bekerja lumayan banyak pengunjung. Ada lebih dari lima reservasi dengan jumlah pengunjung dari dua puluh sampai lima puluh orang per reservasi, membuat semua karyawan restoran bekerja ektra. Bahkan Juna langsung menghubungi karyawan shift siang untuk datang lebih awal dari jadwal mereka masuk kerja.Ran memijat tangannya sendiri sambil menggerakkan lehernya berputar.“Terima kasih, Bi.” Ran tersenyum saat salah satu asisten rumah tangga di rumah ini membawakannya minuman dingin sesuai pesanannya.“Sama-sama, Non. Mmm...Non, mau dipijat?” tanya asisten rumah tangga itu pengertian karena melihat wajah Ran yang terlihat lelah.Ran menggeleng, lalu meminta asisten rumah tangganya mengerjakan pekerjaan lain saja. Wanita ini lebih memilih men
Read more

Bag 38

“Aku udah ketuk pintu berkali-kali, tapi Kak Ran gak jawab-jawab, Kak.”Bahu Aryan merosot saat adik dari sang tunangan mengatakan itu. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan lewat lima belas menit. Apakah sang tunangan sudah tidur?Seandainya tadi tidak ada kecelakaan di jalan yang dia lewati, pasti pria ini sudah sejak tadi sampai di rumah tunangan tercintanya. Jalanan macet akibat kecelakaan itu. Beberapa mobil polisi serta ambulans memenuhi jalan raya. Aryan harus mencari jalan lain menuju ke rumah sang tunangan yang sialnya jalan lain itu juga macet, tidak ada bedanya dengan jalanan yang biasa dia lewati.Mengapa tadi dia tidak pakai motor saja ya? Sialan!Sepanjang perjalanan pria ini mengumpat berkali-kali. Sejak selesai membersihkan diri di rumah, Aryan tak berhenti menghubungi Ran. Tapi sudah bisa ditebak, tak ada satu pun panggilannya yang diterima wanita itu. Hati pria ini jadi tak tenang sama sekali.Seharusnya dia tadi memaks
Read more

Bag 39

“Kamu tahu tidak, masuk ke dalam kamar orang tanpa permisi itu adalah salah satu tindak kriminal? Kalau aku melaporkanmu pada pihak berwajib, kamu bisa terkena pasal.”Aryan terkekeh sinting. Pria ini menatap Ran dengan kerlingan jahil. “Aku kan belum masuk kamarmu, Pumpkin, bagaimana bisa kamu laporin aku?” bela Aryan untuk dirinya sendiri karena memang mereka saat ini masih berada di balkon kamar sang tunangan.“Buktinya sudah jelas, masih saja berkelit! Kamu manjat-manjat seperti m0nyet di balkonku! Balkon ini salah satu bagian dari kamarku juga, Aryan!”“U..u..a..aakk~…”Ran mengernyit jijik saat sang tunangan malah mengeluarkan suara aneh, menirukan suara hewan mamalia yang baru saja Ran sebutkan itu. Sebelah tangan pria ini berada di atas kepala, lalu sebelahnya lagi berada di perut. Kedua tangan pria ini bergerak menggaruk-garuk menirukan gerakan hewan itu.“Kamu sedang apa s
Read more

Bag 40

Ran turun dengan tergesa, berharap jika pagi ini dia tidak berhadapan dengan sang oma. Waktu baru menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Masih terlalu dini untuknya berangkat ke tempat kerja. Namun, demi menghindari ibu dari ayahnya, Ran memilih cepat tiba di restoran. Dia akan menyibukkan diri di kitchen. Syukur-syukur bisa menciptakan menu baru.“Tunangan udah bangun ternyata.”Ran terkesiap. Wanita ini hampir saja terjungkal saat menuruni anak tangga terakhir seandainya saja dia tidak berpegangan pada handrail. Matanya membelalak terkejut saat mendapati pria yang semalam membuatnya kurang tidur, tiba-tiba saja sudah nongol di rumahnya.Apakah benar di depannya ini sosok nyata Aryan?Ran memperhatikan dengan saksama. Matanya menyensor tubuh pria itu dari atas sampai bawah, takut kalau dia kembali berkhayal seperti semalam.Ya, semalam jam sudah menunjukkan hampir pukul satu dini hari, dan matanya sulit terpejam
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status