Home / Lain / Cute Pumpkin & The Badboy / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Cute Pumpkin & The Badboy: Chapter 21 - Chapter 30

72 Chapters

Bag 21

Ran hanya melirik sebal ke arah Aryan tanpa ada niat menjawab lebih lanjut.Aryan kebingungan sendiri atas apa yang diucapkan calon tunangannya ini. Pria ini menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tak gatal sama sekali. Apa maksud wanita itu?Karena tidak tahan dengan rasa penasaran, Aryan mengubah posisi duduknya. Pria ini membuka lebar kedua kakinya, lalu duduk mengangkang di bangku panjang ini. Pria ini kini sudah berhadapan dengan calon tunangannya yang saat ini masih betah menatap lurus ke depan.Aryan mencondongkan tubuh ke arah Ran, yang refleks membuat wanita ini terkejut luar biasa, sampai hampir terjatuh. Dia memang duduk di ujung bangku panjang ini, karena sengaja menjaga jarak yang lumayan jauh dengan Aryan.Aryan segera menarik lengan wanita berwajah datar ini, sampai Ran dapat duduk dengan benar kembali.“Hati-hati dong!” seru Aryan galak. “Kalau kamu jatuh, terus luka gimana?! Jangan bikin aku jantungan deh!” uc
Read more

Bag 22

Aryan dan Ran refleks menoleh ke arah sumber suara. Ran melebarkan mata saat melihat gadis cilik yang kemarin dilihatnya di sebuah mall. Bocah kecil yang digendong Aryan kemarin saat ini sedang berada di dalam gendongan seorang wanita cantik berhijab merah muda yang Ran taksir kira-kira berusia dua puluh tahun. Wanita cantik itu melangkah ke arah mereka sambil tersenyum manis ke arah Aryan.“Unch..anak ayah udah bangun?” Aryan melepaskan tangan Ran, lalu memasang mimik lucu sambil membawa gadis cilik itu ke dalam gendongannya setelah sebelumnya menghampiri gadis cilik itu.‘Anak Ayah?’Ran memperhatikan dalam diam. Matanya terus memperhatikan Aryan dan gadis cilik itu bergantian. Aryan terlihat sangat ahli melucu. Lihat saja, gadis cilik itu kini tertawa renyah saat Aryan mengeluarkan sebuah lelucon. Pandangan Ran beralih ke arah wanita cantik yang tadi menggendong bocah cilik yang saat ini berada di dalam gendongan Aryan. Wanita
Read more

Bag 23

“Kamu cari siapa?”“Mobilku ke mana??”Wajah Ran terlihat panik saat melihat mobil dan supirnya sudah tidak ada di halaman panti ini. Wanita ini mengedarkan pandangan ke segala penjuru halaman. Hanya ada mobil Aryan yang berada tak jauh di tempatnya berdiri saat ini.Pergerakannya terhenti saat mendengar kekehan geli di belakangnya.Ran membalikkan tubuh, lalu menatap sengit pria yang paling ingin dia hindari saat ini. “Kenapa kamu tertawa?!” tanya Ran tak suka.“Pak Kirman udah aku suruh pulang.”“A—apa??? Kenapa kamu lancang sekali sih?!” pekik Ran heboh.“Lancang apanya?”“Lancang memerintah Pak Kirman buat pulang! Kamu mau mengerjaiku ya?! Sekarang bagaimana aku bisa pulang, hah?!” delik Ran penuh amarah ke arah pria di depannya ini.“Ah sial!” umpat wanita ini sambil membalikkan tubuh, karena tak ingin m
Read more

Bag 24

“Mau ke mana kamu?!”Ran berjengit saat Aryan tiba-tiba saja sudah berdiri di depannya dengan wajah kesal. Pria itu berkacak pinggang. Matanya melotot galak.“Ka-kamu???”“Iya, aku.”“Kamu..kamu bukannya tadi pergi?”“Hm..ada pemotretan, dan udah selesai dari dua jam yang lalu.”Ran menghindari tatapan Aryan yang masih menatapnya galak. Tak ada senyum di bibir pria ini, membuat Ran salah tingkah sendiri. Wanita ini menutup mata dan memaki diri sendiri.‘Kenapa pergerakanku lambat banget sih?! Jadi ketahuan kan tuh! Ish! Kenapa juga pria sinting ini kembali lagi?! Seharusnya dia langsung pulang saja!’Ran sudah senang saat Aryan sejak siang tadi tak terlihat di hotel. Wanita ini pikir Aryan lupa akan ucapannya kemarin. Nyatanya, pria ini malah tahu-tahu saja sudah muncul di depannya. Sudah seperti hantu.Percuma saja dong usahanya pulang mela
Read more

Bag 25

“Hachi!”“Apakah Anda baik-baik saja?”“Saya..hachi!”“Kamu kenapa, Pumpkin?” tanya Aryan panik. Sejak sampai di rumah keluarga Bagaskara, Ran bersin beberapa kali. Tentu saja itu membuat Aryan khawatir. “Kamu sakit?” Aryan segera meletakkan punggung tangannya pada dahi Ran.Ran hanya mampu terbengong. Wajah mereka kini berdekatan. Ran bahkan dapat merasakan napas mint Aryan yang menerpa bibirnya seringan bulu.“Suhu badanmu normal.” Aryan menjauhkan tangannya dari dahi Ran. Binar matanya masih menatap sang calon tunangan cemas. “Tenggorokanmu sakit? Kepalamu gimana? Pusing? Kamu rasain hidungmu gimana? Tersumbat gak?” Aryan bertanya bertubi-tubi, melebihi dokter yang sedang bertanya pada pasiennya.Ran menggeleng sebagai jawaban setelah lepas dari rasa terkejutnya.“Hachi!” Ran kembali bersin. Sebelah tangannya sudah menutupi mulut. Wajah
Read more

Bag 26

Setiap orang memiliki masa lalu. Begitu juga dengan calon tunangannya. Hey… bahkan dia pun memiliki masa lalu yang mungkin saja membuat banyak wanita geram. Menjadi orang ketiga di dalam hubungan orang lain.Ran menghela napas berat. Entah sudah berapa kali Ran mensugesti diri sendiri, meyakinkan jika keputusannya mencoba menjalin tali pertunangan dengan Aryan adalah benar.Jujur saja, pertemuannya dengan Alina Bagaskara dua hari yang lalu malah membuat Ran jadi semakin tahu sosok seperti apa calon tunangannya itu. Bayangan tentang kata-kata Alina Bagaskara yang mengatakan kalau Aryan juga pernah merayunya, mengganggu pikiran Ran.Apalagi Ran melihat sendiri interaksi yang terjalin antara Alina dan Aryan. Walaupun mereka terlibat adu mulut, tapi terlihat sekali jika mereka nyaman satu sama lain.Ini gila. Ran melihat tatapan penuh cinta Alina dan sang suami. Mengapa Ran seperti orang bodoh, yang malah mengkhawatirkan hubungan Aryan dan wanita itu.
Read more

Bag 27

“Itu Ran sudah pulang, Ma.”Langkah Ran terhenti saat melihat wanita yang berdiri di samping sang mama. Wajah wanita ini pucat seketika.Zanna Mahendra. Wanita itu…wanita yang selalu ingin Ran hindari.“Oma…” bisik Ran dengan suara bergetar. Suara wanita ini amat sangat pelan. Hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.Ran dan wanita yang Ran sebut ‘Oma’ itu saling tatap dengan tatapan yang berbeda. Kalau Ran menatap wanita itu dengan tatapan takut, sedangkan wanita itu menatap Ran dengan sorot kebencian.Pria yang berdiri di samping Ran menatap bergantian Ran dan wanita asing yang berada di samping mama Ran. Usia wanita itu sudah tak muda lagi. Kalau pria ini tebak, mungkin seumuran dengan usia neneknya sendiri.“Ada apa, Pumpkin?” tanya pria ini.Ran menarik dan membuang napasnya panjang. Wanita ini mencoba menormalkan detak jantung yang menggila karena sosok wanita yang b
Read more

Bag 28

“Kamu semakin cantik saja, Kania.”“Mama bisa saja. Mama juga, malah kelihatan lebih cocok jadi kakaknya Rion daripada mamanya.”“Mulut kamu itu selalu manis sejak dulu.”Terdengar tawa renyah saling bersahutan dari arah depan pintu dapur.Ran fokus pada apa yang sedang dia kerjakan, tanpa berani melirik sang oma yang sudah berbincang hangat dengan mama dari calon tunangannya.Calon tunangan?Apakah pria itu akan benar-benar jadi tunangannya?Sejak kemarin habis mendengar percakapan ayahnya dan sang oma, Ran sudah bersiap kalau sang ayah akan membatalkan pertunangannya dan Aryan. Tapi sampai sore ini, semua seperti biasa, tidak ada yang aneh. Ayahnya pun sebelum berangkat bekerja terlihat biasa-biasa saja saat melihatnya.“Kamu seharusnya di depan saja, Aryan. Tidak perlu repot-repot seperti ini.”Ran melirik dua orang yang berada di sampingnya. Sang mama sedang mengusi
Read more

Bag 29

Sepanjang makan malam, Ran menjadi pemurung. Setelah Aryan dan Adara kembali ke rumah, dua orang itu entah mengapa menjadi dekat dan saling melempar candaan. Ran ingin bersikap biasa, tapi hatinya terus-terusan saja merasa nyeri, seperti jerawat baru yang ditekan.Apalagi Aryan dan Adara tiba di rumah lebih lama daripada yang diperkirakan. Mereka bahkan sempat menunda makan malam mereka karena Adara dan Aryan belum datang. Sementara Rion dan Admaja datang di waktu yang berdekatan.Ran menatap langit malam yang kali ini ditaburi lebih banyak bintang. Langit itu sangat indah, lumayan mampu membuat hatinya yang tidak karuan terasa sedikit lebih baik.Setelah makan malam, Ran memutuskan pergi ke taman belakang rumahnya, duduk di ayunan yang terbuat dari kayu jati.Ran mengedarkan pandangan ke sekeliling taman. Wanita ini tersenyum. Sang ayah pandai mendesain rumah mereka agar lebih nyaman ditempati.Rion sengaja mendesain rumahnya seperti itu. Memiliki
Read more

Bag 30

“Akhirnya Anda bertunangan juga, Nona Callia. Semoga tidak ada yang sampai gila ka—”“Stevi, kita harus segera kembali.”Wanita yang bernama Stevi itu tersenyum sinis ke arah pria yang berada di sampingnya, Arjuna Hendrawan, sang tunangan.Ran menatap datar sepasang tunangan yang saat ini berada di depannya itu. Arjuna akhirnya datang ke acara pertunangannya.Acara pertunangan yang diadakan besar-besaran, dan tentu saja diadakan di ballroom Hotel Kusumo.Ya, akhirnya dia bertunangan dengan pria gila yang saat ini berdiri di sampingnya. Cincin sederhana yang waktu itu dibelinya bersama Aryan sudah tersemat dengan indah di jari manis di tangan sebelah kirinya.“Ran, aku pulang dulu.”Ran mengangguk kaku. “Terima kasih sudah datang, Juna dan—” Ran mengalihkan pandangan ke arah tunangan Juna. “—Nona Stevi.” Setelah mengatakan itu, Ran mencoba menyunggingkan seny
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status