Ran hanya melirik sebal ke arah Aryan tanpa ada niat menjawab lebih lanjut.
Aryan kebingungan sendiri atas apa yang diucapkan calon tunangannya ini. Pria ini menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tak gatal sama sekali. Apa maksud wanita itu?
Karena tidak tahan dengan rasa penasaran, Aryan mengubah posisi duduknya. Pria ini membuka lebar kedua kakinya, lalu duduk mengangkang di bangku panjang ini. Pria ini kini sudah berhadapan dengan calon tunangannya yang saat ini masih betah menatap lurus ke depan.
Aryan mencondongkan tubuh ke arah Ran, yang refleks membuat wanita ini terkejut luar biasa, sampai hampir terjatuh. Dia memang duduk di ujung bangku panjang ini, karena sengaja menjaga jarak yang lumayan jauh dengan Aryan.
Aryan segera menarik lengan wanita berwajah datar ini, sampai Ran dapat duduk dengan benar kembali.
“Hati-hati dong!” seru Aryan galak. “Kalau kamu jatuh, terus luka gimana?! Jangan bikin aku jantungan deh!” uc
Aryan dan Ran refleks menoleh ke arah sumber suara. Ran melebarkan mata saat melihat gadis cilik yang kemarin dilihatnya di sebuah mall. Bocah kecil yang digendong Aryan kemarin saat ini sedang berada di dalam gendongan seorang wanita cantik berhijab merah muda yang Ran taksir kira-kira berusia dua puluh tahun. Wanita cantik itu melangkah ke arah mereka sambil tersenyum manis ke arah Aryan.“Unch..anak ayah udah bangun?” Aryan melepaskan tangan Ran, lalu memasang mimik lucu sambil membawa gadis cilik itu ke dalam gendongannya setelah sebelumnya menghampiri gadis cilik itu.‘Anak Ayah?’Ran memperhatikan dalam diam. Matanya terus memperhatikan Aryan dan gadis cilik itu bergantian. Aryan terlihat sangat ahli melucu. Lihat saja, gadis cilik itu kini tertawa renyah saat Aryan mengeluarkan sebuah lelucon. Pandangan Ran beralih ke arah wanita cantik yang tadi menggendong bocah cilik yang saat ini berada di dalam gendongan Aryan. Wanita
“Kamu cari siapa?”“Mobilku ke mana??”Wajah Ran terlihat panik saat melihat mobil dan supirnya sudah tidak ada di halaman panti ini. Wanita ini mengedarkan pandangan ke segala penjuru halaman. Hanya ada mobil Aryan yang berada tak jauh di tempatnya berdiri saat ini.Pergerakannya terhenti saat mendengar kekehan geli di belakangnya.Ran membalikkan tubuh, lalu menatap sengit pria yang paling ingin dia hindari saat ini. “Kenapa kamu tertawa?!” tanya Ran tak suka.“Pak Kirman udah aku suruh pulang.”“A—apa??? Kenapa kamu lancang sekali sih?!” pekik Ran heboh.“Lancang apanya?”“Lancang memerintah Pak Kirman buat pulang! Kamu mau mengerjaiku ya?! Sekarang bagaimana aku bisa pulang, hah?!” delik Ran penuh amarah ke arah pria di depannya ini.“Ah sial!” umpat wanita ini sambil membalikkan tubuh, karena tak ingin m
“Mau ke mana kamu?!”Ran berjengit saat Aryan tiba-tiba saja sudah berdiri di depannya dengan wajah kesal. Pria itu berkacak pinggang. Matanya melotot galak.“Ka-kamu???”“Iya, aku.”“Kamu..kamu bukannya tadi pergi?”“Hm..ada pemotretan, dan udah selesai dari dua jam yang lalu.”Ran menghindari tatapan Aryan yang masih menatapnya galak. Tak ada senyum di bibir pria ini, membuat Ran salah tingkah sendiri. Wanita ini menutup mata dan memaki diri sendiri.‘Kenapa pergerakanku lambat banget sih?! Jadi ketahuan kan tuh! Ish! Kenapa juga pria sinting ini kembali lagi?! Seharusnya dia langsung pulang saja!’Ran sudah senang saat Aryan sejak siang tadi tak terlihat di hotel. Wanita ini pikir Aryan lupa akan ucapannya kemarin. Nyatanya, pria ini malah tahu-tahu saja sudah muncul di depannya. Sudah seperti hantu.Percuma saja dong usahanya pulang mela
“Hachi!”“Apakah Anda baik-baik saja?”“Saya..hachi!”“Kamu kenapa, Pumpkin?” tanya Aryan panik. Sejak sampai di rumah keluarga Bagaskara, Ran bersin beberapa kali. Tentu saja itu membuat Aryan khawatir. “Kamu sakit?” Aryan segera meletakkan punggung tangannya pada dahi Ran.Ran hanya mampu terbengong. Wajah mereka kini berdekatan. Ran bahkan dapat merasakan napas mint Aryan yang menerpa bibirnya seringan bulu.“Suhu badanmu normal.” Aryan menjauhkan tangannya dari dahi Ran. Binar matanya masih menatap sang calon tunangan cemas. “Tenggorokanmu sakit? Kepalamu gimana? Pusing? Kamu rasain hidungmu gimana? Tersumbat gak?” Aryan bertanya bertubi-tubi, melebihi dokter yang sedang bertanya pada pasiennya.Ran menggeleng sebagai jawaban setelah lepas dari rasa terkejutnya.“Hachi!” Ran kembali bersin. Sebelah tangannya sudah menutupi mulut. Wajah
Setiap orang memiliki masa lalu. Begitu juga dengan calon tunangannya. Hey… bahkan dia pun memiliki masa lalu yang mungkin saja membuat banyak wanita geram. Menjadi orang ketiga di dalam hubungan orang lain.Ran menghela napas berat. Entah sudah berapa kali Ran mensugesti diri sendiri, meyakinkan jika keputusannya mencoba menjalin tali pertunangan dengan Aryan adalah benar.Jujur saja, pertemuannya dengan Alina Bagaskara dua hari yang lalu malah membuat Ran jadi semakin tahu sosok seperti apa calon tunangannya itu. Bayangan tentang kata-kata Alina Bagaskara yang mengatakan kalau Aryan juga pernah merayunya, mengganggu pikiran Ran.Apalagi Ran melihat sendiri interaksi yang terjalin antara Alina dan Aryan. Walaupun mereka terlibat adu mulut, tapi terlihat sekali jika mereka nyaman satu sama lain.Ini gila. Ran melihat tatapan penuh cinta Alina dan sang suami. Mengapa Ran seperti orang bodoh, yang malah mengkhawatirkan hubungan Aryan dan wanita itu.
“Itu Ran sudah pulang, Ma.”Langkah Ran terhenti saat melihat wanita yang berdiri di samping sang mama. Wajah wanita ini pucat seketika.Zanna Mahendra. Wanita itu…wanita yang selalu ingin Ran hindari.“Oma…” bisik Ran dengan suara bergetar. Suara wanita ini amat sangat pelan. Hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.Ran dan wanita yang Ran sebut ‘Oma’ itu saling tatap dengan tatapan yang berbeda. Kalau Ran menatap wanita itu dengan tatapan takut, sedangkan wanita itu menatap Ran dengan sorot kebencian.Pria yang berdiri di samping Ran menatap bergantian Ran dan wanita asing yang berada di samping mama Ran. Usia wanita itu sudah tak muda lagi. Kalau pria ini tebak, mungkin seumuran dengan usia neneknya sendiri.“Ada apa, Pumpkin?” tanya pria ini.Ran menarik dan membuang napasnya panjang. Wanita ini mencoba menormalkan detak jantung yang menggila karena sosok wanita yang b
“Kamu semakin cantik saja, Kania.”“Mama bisa saja. Mama juga, malah kelihatan lebih cocok jadi kakaknya Rion daripada mamanya.”“Mulut kamu itu selalu manis sejak dulu.”Terdengar tawa renyah saling bersahutan dari arah depan pintu dapur.Ran fokus pada apa yang sedang dia kerjakan, tanpa berani melirik sang oma yang sudah berbincang hangat dengan mama dari calon tunangannya.Calon tunangan?Apakah pria itu akan benar-benar jadi tunangannya?Sejak kemarin habis mendengar percakapan ayahnya dan sang oma, Ran sudah bersiap kalau sang ayah akan membatalkan pertunangannya dan Aryan. Tapi sampai sore ini, semua seperti biasa, tidak ada yang aneh. Ayahnya pun sebelum berangkat bekerja terlihat biasa-biasa saja saat melihatnya.“Kamu seharusnya di depan saja, Aryan. Tidak perlu repot-repot seperti ini.”Ran melirik dua orang yang berada di sampingnya. Sang mama sedang mengusi
Sepanjang makan malam, Ran menjadi pemurung. Setelah Aryan dan Adara kembali ke rumah, dua orang itu entah mengapa menjadi dekat dan saling melempar candaan. Ran ingin bersikap biasa, tapi hatinya terus-terusan saja merasa nyeri, seperti jerawat baru yang ditekan.Apalagi Aryan dan Adara tiba di rumah lebih lama daripada yang diperkirakan. Mereka bahkan sempat menunda makan malam mereka karena Adara dan Aryan belum datang. Sementara Rion dan Admaja datang di waktu yang berdekatan.Ran menatap langit malam yang kali ini ditaburi lebih banyak bintang. Langit itu sangat indah, lumayan mampu membuat hatinya yang tidak karuan terasa sedikit lebih baik.Setelah makan malam, Ran memutuskan pergi ke taman belakang rumahnya, duduk di ayunan yang terbuat dari kayu jati.Ran mengedarkan pandangan ke sekeliling taman. Wanita ini tersenyum. Sang ayah pandai mendesain rumah mereka agar lebih nyaman ditempati.Rion sengaja mendesain rumahnya seperti itu. Memiliki
“Kafe ini benar-benar nyaman.” Ran mengedarkan pandangan ke penjuru kafe yang ia datangi. Kafe ini tidak besar, tapi juga tidak terlalu kecil. Terlihat sangat nyaman untuk berbagai usia.Hari ini ia dan sang suami menghadiri pembukaan kafe cabang baru kenalan sang suami di dunia bisnis, Andaru Ansel Bratadikara – CEO LION TV, salah satu stasiun televisi besar di negara ini —. Kafe ini milik istri dari Andaru, Zetaya Bratadikara. Wanita berambut merah yang sepertinya seusia dengan Aryan.Ran berkenalan dengan Zetaya saat Andaru dan istrinya itu menghadiri pesta pernikahannya. Ran dan wanita itu menjadi dekat setelah mengetahui sama-sama memiliki passion di dunia kuliner.“Kamu jadi mau buka kafe kayak gini?”Ran menghela napas panjang saat sang suami bertanya hal itu. Suaminya ini ternyata masih mengingat pembicaraan random mereka beberapa waktu yang lalu.Wanita ini tersenyum sambil mengusap lembut pipi san
Ran POV“Sayang, singkirkan tanganmu!”“Udah bangun?”Aku membuka mata malas saat pria yang sudah menjadi suamiku selama hampir tiga bulan ini bertanya dengan polosnya. Mataku menatap bagian atas gunungku. Ada beberapa tanda merah karya pria yang menyiksaku semalam. Mataku beralih menatap jam di nakas yang berada di sampingku.Jam empat subuh. Bagus, sepertinya aku baru tidur dua jam yang lalu, tapi pria yang memelukku dari belakang ini malah sudah mengganggu acara tidurku.Kutolehkan kepala ke belakang, tempat di mana ia berada. Mata kami bertemu. Pria ini tersenyum tanpa dosa saat aku menatapnya datar.“Bisakah kamu membiarkan aku tidur sebentar lagi?”“Tidur aja, Sayang~”Plak!Pria ini meringis saat aku menepuk sedikit kencang tangannya yang entah sejak kapan sudah menangkup salah satu gunungku. Bukan hanya mengangkup, tapi pria ini see
AREA 21++SADAR DIRI AJA BUAT YANG BELUM CUKUP USIA YESSS :* ( ETAPI KALAU UDAH MERIT MAH CUZ LAH TANCAP GAS... WKWKWK... )YANG UDAH CUKUP USIA TAPI GADA LAWAN, YAH MON MAAP ITU DERITA DITANGGUNG SENDIRIIIIIII.... ( AKU GAK IKUTAAANNN )###“Kamu ke sini hanya ingin bertanya tentang hal itu?”“Hanya?? Ini lebih dari sekedar ‘hanya’, Ken! Ini tuh bakal jadi awal di mana akan ada anakonda-anakonda dan sungai-sungai di masa mendatang hasil produksi gue dan My Pumpkin!” ucap Aryan menggebu, mendramatisir kata-katanya.Kendrick Gevan mendengus geli sambil menggeleng maklum. Sahabat rasa adik di depannya ini memang sudah terkenal gilanya.“Bukankah kamu bisa belajar dari film-film ‘gerah’ yang BIASA kamu tonton?”“Hoi! Janga
Ran menoleh ke samping kanan saat merasakan remasan lembut di tangannya. Ia balas tersenyum saat pria yang berdiri di sampingnya tersenyum dan memandangnya penuh cinta.Akhirnya ia resmi menjadi istri Aryan Mada Kusumo. Bocah yang mewarnai hari-harinya semasa duduk di bangku sekolah dasar walaupun kebersamaan mereka hanya sebentar.Ran pikir tidak akan bertemu lagi dengan bocah menyebalkan ini.Namun, siapa yang sangka, kalau ternyata Yang Maha Kuasa punya rencana yang indah untuknya dan Aryan. Kembali dipertemukan setelah sama-sama dewasa, ternyata tak membuat Aryan melupakan sosok dirinya yang sangat biasa ini.Sangkalan Ran atas hatinya yang terpikat begitu mudah dengan sosok Aryan ternyata tak berlangsung lama. Pria yang saat ini berdiri di sampingnya, bisa dengan mudah membuat orang merasa nyaman dan jatuh cinta dengan tingkah-tingkah tak waras yang dimiliki pria ini. Termasuk Ran. Dan ya.. Ran mengaku kalah, kalah oleh gengsi yang semp
“Dedek Ran udah besar ya.”Ran memutar bola mata malas. Namun terkekeh geli setelahnya. “Aku lebih tua dua tahun darimu, Ano.”“Tapi faktanya aku kan abang sepupu kamu.”“Ya.. ya.. ya.. Abang sepupunya Ran.” Ran memilih mengalah pada pria yang berjalan bersisian dengannya ini. Kakak sepupu yang lebih muda darinya ini selalu tidak pernah mau dianggap lebih muda dari Ran. Tapi ya kenyataannya memang benar jika Ano alias Keano adalah abang sepupunya, karena pria ini adalah anak dari kakaknya Adila.Mereka berjalan menyusuri taman belakang rumah ini untuk mencari udara segar sejak lima belas menit yang lalu.“Calon suami kamu masih cemburu sama aku?”Ran mengangkat kedua bahu. “Aku tidak tahu. Kalian kan belum sempat aku kenalkan secara langsung.”Ran tersenyum kecil. Masih segar di ingatan saat Adila mengatakan jika Aryan cemburu pada sosok Keano, padahal pria itu su
“Sudah merasa hebat?”Ran hanya diam saat sang oma bertanya sinis seperti itu padanya.Wanita ini menunduk takut dengan kedua tangan saling memilin.Sepertinya sejak tadi siang, sang oma tidak sabar ingin menegurnya. Tentu bukan teguran sayang antara oma dan cucu, tapi teguran penuh kebencian.Contohnya seperti saat ini.Ran terkejut saat beberapa menit yang lalu Zanna repot-repot menghampirinya di gazebo taman belakang tempat biasa dirinya bersantai untuk menghirup udara segar. Lalu, tahu-tahu saja mengatakan hal itu.“Kenapa diam?” tanya Zanna kembali. Tentu saja dengan nada dibuat semakin sinis.Ran mengumpulkan keberanian untuk mengangkat kepala, sampai matanya bersirobok dengan Zanna. Binar ketakutan terlihat jelas di matanya. Apalagi wanita ini sudah tahu jika Zanna pernah berusaha menyingkirkannya saat masih berada di dalam kandungan Manika.“Ran.. tidak mengerti maksud Oma.” Ran beruc
Hari ini, sepasang calon pengantin itu akan melakukan sesi pemotretan prewedding di tempat di mana Aryan Mada Kusumo menemukan tulang rusuknya.Mereka menggunakan seragam sekolah dasar tempat mereka sekolah dulu, yang tentu saja ukurannya sudah dibuat sesuai dengan ukuran tubuh mereka. Jangan tanya berapa lama proses pembuatan seragam itu.Aryan baru mengatakan pada sang mama satu minggu yang lalu untuk konsep foto prewedding yang akan dia gunakan. Hal itu tentu saja membuat Kania kelabakan. Apalagi seragam sekolah yang digunakan tidak seperti seragam sekolah pada umumnya. Kania tentu harus meminta bahan seragam itu pada pihak sekolah, dan untung saja semua proses seakan dimudahkan oleh Yang Maha Kuasa.Untungnya juga keluarga Aryan masih menjadi donatur terbesar di sekolah swasta ini. Sehingga tidak sulit bagi mereka meminta izin pihak sekolah untuk mengadakan foto prewedding di sini. Apalagi Aryan dan Ran memilih hari libur untuk melaksanakan kegiatan ini. Jad
“Sekolah ini sudah jauh berbeda ya.” Ran mengamati gedung besar di depannya, lalu beralih melihat sekeliling tempat yang dia datangi ini. Tempat ini semakin terlihat semakin baik.“Tentu aja. Udah berapa tahun coba kamu tinggalin?”Ran terdiam. Bola matanya memutar, menghitung kira-kira berapa lama ia meninggalkan sekolah dasar tempat di mana dulu ia bersekolah sebelum dibawa Rion ke London.“Hmm… Enam belas tahun sepertinya,” balas Ran setelah mengingat-ingat.“Waaahhh… luar biasa!” Aryan bertepuk tangan girang. “Jadi udah selama itu ya hatiku nyangkut di kamu??”Ran berdecih geli. “Tolong dikondisikan mulutnya. Kamu sedang menggombal?”“Kesungguhanku selalu aja dibilang gombal!”Ran tak bisa menyembunyikan tawa saat melihat wajah sang calon suami ditekuk.“Kamu ngambek?” tanya Ran sambil menusukkan telunjuknya b
“Ayah akan menerima kalau kamu membenci ayah, tapi tolong kamu jangan tinggalkan ayah…”Ran mencoba meredakan isakannya di dalam pelukan sang ayah.Pantas saja belakangan ini sang ayah lebih pendiam dari biasanya.Siapa pun yang membaca kisah hidup yang ditulis ibu kandungnya pasti akan ikut terbawa suasana, seolah orang itu sendiri yang mengalami. Termasuk Ran.Di dalam agenda itu terlihat jelas bahwa Manika adalah sosok wanita yang kuat. Ran juga dapat merasakan betapa sayangnya sang ibu padanya.Perasaan Ran campur aduk. Antara rasa senang, sedih, dan kecewa. Wanita ini senang, jadi lebih mengenal sosok Manika lewat agenda ini. Namun, Ran juga merasa sedih, karena tidak bisa bersama lebih lama dengan sang ibu.Ditinggalkan di usia yang masih sangat kecil membuat Ran tidak bisa mengingat sosok sang ibu dengan baik. Tapi di dalam agenda yang dipeluknya ini, Ran bahkan merasakan kehadiran sang ibu saat ini.“B