Home / Romansa / Tuan, Jangan Sakiti Aku! / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Tuan, Jangan Sakiti Aku!: Chapter 21 - Chapter 30

40 Chapters

Sebuah Kenikmatan

Kami memutuskan untuk tinggal sementara waktu di salah satu rumah warga tak berpenghuni. Kebetulan rumah itu dilengkapi dengan tempat dua tempat tidur serta alat-alat untuk memasak.Tuan Birendra dan Pangeran Kalandra telah kembali ke istana. Keduanya mengatakan akan kembali setelah berbicara beberapa hal dengan ayah mereka. Sepertinya, dua pangeran itu benar-benar berniat untuk membawa para prajurit kerajaannya dan melawan Raja Baltra.Menurutku, bagus juga. Karena dengan begitu, kesempatan kami untuk bisa menggulingkan Raja Baltra akan meningkatkan.Aku seharian ini telah selesai mengobati luka-luka di tubuh ayah dan ibuku. Tentu saja, aku menggunakan tanaman obat yang banyak sekali tumbuh di dekat-dekat pohon. Jadi, tidak terlalu susah untuk mencarinya karena banyak pohon dan kebun di sekitar tempatku berada.Ayah dan ibuku belum sadar. Mereka sangat kelelahan. Padahal, aku sudah menyiapkan bubur untuk mereka hidangkan.Tuan
Read more

Takdir Terindah

"Maafkan ayah, Nak. Maafkan ayah karena sudah membuatmu menderita sampai detik ini."Pria paruh baya itu mengemis maaf dengan air mata yang bersimbah di wajah. Sedangkan, diriku masih belum bisa menerima apa-apa yang ia lakukan padaku di masa lalu. Meskipun tidak mengingat bagaimana kejadian itu berlangsung, tetapi aku merasa sakit dan tidak berharga bagi mereka."Apakah aku tidak cukup berharga bagi Ayah sehingga Ayah dengan tega membuangku?" Aku bahkan tidak melihat ke arah pria itu. Posisiku membelakanginya."Kau sangat berharga bagi ayah. Oleh karena itulah ayah melakukan hal yang sebenarnya tidak ingin ayah lakukan. Jika ada pilihan lain, ayah pasti tidak akan membuangmu, lalu membuatmu menderita, Nak."Tangis semakin pilu terdengar. Aku pun tak dapat menahan bulir-bulir bening yang memaksa keluar dari netra. Padahal, aku sudah berniat untuk memaafkan pria itu. Namun, di dalam hati kecilku, ada sesuatu yang tidak bisa dihentikan. Rasa
Read more

Dia Bukan Tuan Mahawira

"Tuan! Apa yang terjadi denganmu?!" tanyaku dengan khawatir sambil memapah tubuhnya hingga teras.Kembali pria itu tersungkur."Tuan!""Kau ... masuklah! Jangan berada di sini," katanya dengan napas menderu."M-memangnya apa yang terjadi?!""Kau tidak perlu tahu. Cepatlah masuk!""Kalau begitu, kau juga harus masuk."Dengan segera kupapah kembali tubuh tuanku yang tidak berdaya itu. Kedua matanya sayu, napasnya tersengal lelah. Darah berceceran di sekitar tubuhnya. Apalagi suhu tubuhnya meningkat drastis.Dalam keadaan panik, aku mengambil air hangat yang tersisa pada ceret, lalu menuangkannya di sebuah bejana tanah liat.Kubersihkan darah yang menempel di tubuh tuan tampanku itu menggunakan kain yang sudah dicelup pada air hangat."Ya, Tuhan. Sebenarnya apa yang terjadi?" tanyaku terus-menerus. Namun, Tuan Mahawira terus bungkam tak berkata-kata."Apa yang terjad
Read more

Jati Diri Tuan Mahawira

Angin mendesau di sekeliling, pohon-pohon dikibaskan, daun-daunnya berjatuhan. Aku masih menggeleng dan terheran-heran melihat kemarahan Tuan Mahawira. Sama sekali pria itu belum juga berhenti menghardik musuhnya."Tuan! Hentikan!" teriakku.Dulu, aku pernah mendengar cerita dari Paduka Raja bahwa Tuan Mahawira punya emosi yang tidak stabil. Bila suatu hari emosinya memuncak, akan sangat sulit untuk menyadarkannya. Apalagi, Tuan Mahawira diajarkan jurus-jurus tenaga dalam yang sangat ampuh untuk membunuh lawan oleh gurunya di Kerajaan.Bahkan, gurunya bukanlah orang sembarang. Beliau adalah orang pilihan Paduka Raja.Aku mengetahui bahwa Tuan Mahawira mempunyai kekuatan yang tersembunyi di dalam dirinya. Sebuah kekuatan yang dapat membawanya pada sebuah malapetaka. Jadi, Paduka Raja sering kali mengingatkan padaku untuk tidak membiarkan pria itu hilang kendali atas dirinya sendiri.Amarah dan kekuatan di dalam dirinya bisa menga
Read more

Mekarnya Cinta Sebelum Bertemu

"Pergilah ke Kerajaan Rosalia bersama Mahawira dan kirimkan rasa terima kasihku pada ayahnya.""Untuk apa, Ayah?""Mahawira. Untuk bisa mengalahkan Baltra, kau tidak hanya perlu mengerahkan semua prajurit. Bahkan jika menggabungkan prajurit dengan kerajaan lain pun, Baltra tidak akan terkalahkan," jelas sang ayah sambil menatap Tuan Mahawira yang duduk di hadapannya."Lalu, dengan cara apa dia bisa dikalahkan?" tanya sang pria, lalu meneguk segelas air minum yang beberapa waktu lalu kuberikan untuknya."Dengan kekuatanmu, Mahawira. Sayangnya, kekuatanmu harus dilatih dan kau harus bisa mengendalikannya. Kekuatan yang diwariskan seorang penyihir terkuat di Negeri Tulip padamu itu tidak bisa dipelajari hanya dengan melakukan pertapaan.Kau harus meminta ayahmu untuk membuka kuncinya."Tuan Mahawira terlihat mengernyit. Begitu pun denganku yang sama sekali tidak mengerti hal yang dibicarakan sang ayah. Kunci?
Read more

Tiba di Istana Rosalia

Aku terkesiap melihat betapa sepinya Kerajaan Rosalia. Tak ada siapa pun di istana, bahkan pengawal dengan pangkat terendah pun tak ada. Tuan Mahawira kusaksikan seolah tidak percaya dengan yang ia saksikan. Bahkan, Paduka Raja pun tak ada saat kami memeriksa singgasananya."Ke mana semua orang pergi?" lirihku sambil menggeleng-geleng."Aku juga tidak tahu," balas pria itu sambil melangkah pelan menuju singgasana tempat Paduka Raja biasanya duduk.Setelah sejenak lamat menatap, ia mengedarkan pandangan ke sekeliling.Tuan Mahawira mengembuskan napas panjang. "Kondisi ayahku semakin parah dari hari ke hari. Bahkan untuk mengangkat senjata pun ia tidak mungkin mampu. Saat kembali ke istana setelah diculik Camelia keparat itu, aku menceritakan semuanya pada Ayah.""Apa mungkin—""Sudah bisa dipastikan." Tuan Mahawira menatap ke arahku. "Kau tahu? Kerajaan Simaseba sebenarnya menerapkan sistem kerja paksa di wilayah
Read more

Hidup Berdua

"Jangan terburu-buru untuk pergi ke Kerajaan Simaseba. Ada hal yang harus kau mantapkan," cetus Ki Cakra."Aku sudah tidak sabar untuk segera menghabisi para pengkhianat itu." Tuan Mahawira membelakangi Ki Cakra."Kau masih terlalu lemah, Mahawira. Kau tidak akan cukup mampu mengalahkan orang-orang dari istana itu.""Orang-orang mana yang Ki maksud? Aku bahkan pernah berhasil kabur dari istana itu saat putri sombong Camelia menculikku.""Kau harus mendengarkan kata-kataku. Jika tidak, kau akan mendapatkan kesulitan."Tuan Mahawira berbalik badan sambil mengembuskan napas panjang. "Baiklah. Aku akan ikut apa yang Ki katakan.""Bagus. Untuk hari ini, istirahatlah. Aku akan datang esok hari.""Kenapa Ki harus pergi? Tidakkah sebaiknya menginap di sini saja?""Tidak usah. Aku orang yang sibuk dan banyak urusan." Ki Cakra berlalu pergi meninggalkan istana.Setelah itu, Tuan Mahawira menghad
Read more

Tuan Mahawira yang Baru

Aku termenung di bawah pohon cemara, tepat di halaman istana yang sangat luas sambil menunggu kedatangan Tuan Mahawira yang sedang berlatih dengan Ki Cakra. Sebenarnya aku diizinkan untuk ikut bersama mereka, tetapi entah begitu malas rasanya. Ada hal-hal yang mengganggu pikiran ini.Baltra. Orang itu benar-benar merenggut segalanya. Sekian kali kukatakan bahwa aku sangat membenci pria itu.Aku merengkuh diri dengan pandangan hampa. Sangat tidak yakin diriku jika Tuan Mahawira bisa mengalahkan pria licik bernama Baltra. Namun, tidak ada salahnya berjuang. Berkali-kali Tuan Mahawira mengatakan bahwa kami harus memperjuangkan apa-apa yang pantas untuk diperjuangkan.Hah ....Aku menghela napas panjang. Rumit sekali hidupku. Jika boleh mengulang waktu, aku akan memilih untuk menjadi pelayan Tuan Mahawira saja selamanya. Aku tidak ingin melihat pria itu bersusah payah menyelamatkan diriku, peduli, lalu terluka.Tiba-tiba saja segump
Read more

Artefak

Artefak berbentuk batu berlambang naga merupakan benda sihir tingkat tinggi yang harus kami ambil di sebuah goa terlarang yang berlokasi di arah barat Kerajaan Rosalia. Menurut Ki Cakra, benda itu digunakan untuk menyempurnakan atau menyetabilkan energi api yang ada dalam jiwa Tuan Mahawira. Artefak berlambang naga itu tentu saja memiliki elemen api yang sangat cocok dengan jurus Napas Naga Tuan Mahawira. Oleh karenanya, sebelum menemui Baltra atau antek-anteknya, Ki Cakra menyarankan kami untuk mencari benda yang dimaksud sehingga elemen dalam tubuh tuanku lebih stabil tanpa hilang kendali seperti sebelumnya.Setelah berjalan cukup jauh melewati hutan rimba, kami beristirahat sejenak untuk menikmati makan siang. Kebetulan aku sudah menyiapkan bekal agar tidak perlu lagi memburu hewan."Silakan, Tuan." Tanganku terulur memberikan beberapa potong daging ayam panggang."Terima kasih, Sayang. Kau selalu mengerti diriku."Tuan Mahawira membuat
Read more

Pertarungan Sengit dengan Naga Merah

"Kau begitu sombong, Anak Muda! Apa yang kau inginkan datang ke rumahku?!"Suara naga merah menggelegar bagai memecahkan gendang telinga. Sementara itu, Tuan Mahawira tak sedikit pun menunjukkan ekspresi takut. Ia bahkan semakin terlihat sangat antusias. Aku tetap berada di belakang pria itu. Apa pun yang terjadi, aku akan bersamanya. Akan tetapi, aku tak enak jika menjadi beban dan penghalang baginya.Oleh karena itu, aku menjauh dan bersembunyi di balik sebuah pohon."Jadi, seperti ini wujud dari penunggu goa. Hmm, aku semakin tertarik untuk mengalahkanmu."Naga itu terbahak mendengar pernyataan tuanku yang sangat percaya diri bisa mengalahkannya dengan mudah. Tentu, jika dipikir secara logika, mana mungkin seorang manusia dapat mengalahkan hewan raksasa seperti sang naga?"Kau benar-benar sombong, Manusia! Kau percaya sekali bisa mengalahkan naga legendaris sepertiku. Seberapa kuat kau sehingga berani datang kemari?"
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status