Home / Romansa / Tuan, Jangan Sakiti Aku! / Dia Bukan Tuan Mahawira

Share

Dia Bukan Tuan Mahawira

Author: Momoy
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Tuan! Apa yang terjadi denganmu?!" tanyaku dengan khawatir sambil memapah tubuhnya hingga teras.

Kembali pria itu tersungkur.

"Tuan!"

"Kau ... masuklah! Jangan berada di sini," katanya dengan napas menderu.

"M-memangnya apa yang terjadi?!"

"Kau tidak perlu tahu. Cepatlah masuk!"

"Kalau begitu, kau juga harus masuk."

Dengan segera kupapah kembali tubuh tuanku yang tidak berdaya itu. Kedua matanya sayu, napasnya tersengal lelah. Darah berceceran di sekitar tubuhnya. Apalagi suhu tubuhnya meningkat drastis.

Dalam keadaan panik, aku mengambil air hangat yang tersisa pada ceret, lalu menuangkannya di sebuah bejana tanah liat.

Kubersihkan darah yang menempel di tubuh tuan tampanku itu menggunakan kain yang sudah dicelup pada air hangat.

"Ya, Tuhan. Sebenarnya apa yang terjadi?" tanyaku terus-menerus. Namun, Tuan Mahawira terus bungkam tak berkata-kata.

"Apa yang terjad
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Tuan, Jangan Sakiti Aku!   Jati Diri Tuan Mahawira

    Angin mendesau di sekeliling, pohon-pohon dikibaskan, daun-daunnya berjatuhan. Aku masih menggeleng dan terheran-heran melihat kemarahan Tuan Mahawira. Sama sekali pria itu belum juga berhenti menghardik musuhnya."Tuan! Hentikan!" teriakku.Dulu, aku pernah mendengar cerita dari Paduka Raja bahwa Tuan Mahawira punya emosi yang tidak stabil. Bila suatu hari emosinya memuncak, akan sangat sulit untuk menyadarkannya. Apalagi, Tuan Mahawira diajarkan jurus-jurus tenaga dalam yang sangat ampuh untuk membunuh lawan oleh gurunya di Kerajaan.Bahkan, gurunya bukanlah orang sembarang. Beliau adalah orang pilihan Paduka Raja.Aku mengetahui bahwa Tuan Mahawira mempunyai kekuatan yang tersembunyi di dalam dirinya. Sebuah kekuatan yang dapat membawanya pada sebuah malapetaka. Jadi, Paduka Raja sering kali mengingatkan padaku untuk tidak membiarkan pria itu hilang kendali atas dirinya sendiri.Amarah dan kekuatan di dalam dirinya bisa menga

  • Tuan, Jangan Sakiti Aku!   Mekarnya Cinta Sebelum Bertemu

    "Pergilah ke Kerajaan Rosalia bersama Mahawira dan kirimkan rasa terima kasihku pada ayahnya.""Untuk apa, Ayah?""Mahawira. Untuk bisa mengalahkan Baltra, kau tidak hanya perlu mengerahkan semua prajurit. Bahkan jika menggabungkan prajurit dengan kerajaan lain pun, Baltra tidak akan terkalahkan," jelas sang ayah sambil menatap Tuan Mahawira yang duduk di hadapannya."Lalu, dengan cara apa dia bisa dikalahkan?" tanya sang pria, lalu meneguk segelas air minum yang beberapa waktu lalu kuberikan untuknya."Dengan kekuatanmu, Mahawira. Sayangnya, kekuatanmu harus dilatih dan kau harus bisa mengendalikannya. Kekuatan yang diwariskan seorang penyihir terkuat di Negeri Tulip padamu itu tidak bisa dipelajari hanya dengan melakukan pertapaan.Kau harus meminta ayahmu untuk membuka kuncinya."Tuan Mahawira terlihat mengernyit. Begitu pun denganku yang sama sekali tidak mengerti hal yang dibicarakan sang ayah. Kunci?

  • Tuan, Jangan Sakiti Aku!   Tiba di Istana Rosalia

    Aku terkesiap melihat betapa sepinya Kerajaan Rosalia. Tak ada siapa pun di istana, bahkan pengawal dengan pangkat terendah pun tak ada. Tuan Mahawira kusaksikan seolah tidak percaya dengan yang ia saksikan. Bahkan, Paduka Raja pun tak ada saat kami memeriksa singgasananya."Ke mana semua orang pergi?" lirihku sambil menggeleng-geleng."Aku juga tidak tahu," balas pria itu sambil melangkah pelan menuju singgasana tempat Paduka Raja biasanya duduk.Setelah sejenak lamat menatap, ia mengedarkan pandangan ke sekeliling.Tuan Mahawira mengembuskan napas panjang. "Kondisi ayahku semakin parah dari hari ke hari. Bahkan untuk mengangkat senjata pun ia tidak mungkin mampu. Saat kembali ke istana setelah diculik Camelia keparat itu, aku menceritakan semuanya pada Ayah.""Apa mungkin—""Sudah bisa dipastikan." Tuan Mahawira menatap ke arahku. "Kau tahu? Kerajaan Simaseba sebenarnya menerapkan sistem kerja paksa di wilayah

  • Tuan, Jangan Sakiti Aku!   Hidup Berdua

    "Jangan terburu-buru untuk pergi ke Kerajaan Simaseba. Ada hal yang harus kau mantapkan," cetus Ki Cakra."Aku sudah tidak sabar untuk segera menghabisi para pengkhianat itu." Tuan Mahawira membelakangi Ki Cakra."Kau masih terlalu lemah, Mahawira. Kau tidak akan cukup mampu mengalahkan orang-orang dari istana itu.""Orang-orang mana yang Ki maksud? Aku bahkan pernah berhasil kabur dari istana itu saat putri sombong Camelia menculikku.""Kau harus mendengarkan kata-kataku. Jika tidak, kau akan mendapatkan kesulitan."Tuan Mahawira berbalik badan sambil mengembuskan napas panjang. "Baiklah. Aku akan ikut apa yang Ki katakan.""Bagus. Untuk hari ini, istirahatlah. Aku akan datang esok hari.""Kenapa Ki harus pergi? Tidakkah sebaiknya menginap di sini saja?""Tidak usah. Aku orang yang sibuk dan banyak urusan." Ki Cakra berlalu pergi meninggalkan istana.Setelah itu, Tuan Mahawira menghad

  • Tuan, Jangan Sakiti Aku!   Tuan Mahawira yang Baru

    Aku termenung di bawah pohon cemara, tepat di halaman istana yang sangat luas sambil menunggu kedatangan Tuan Mahawira yang sedang berlatih dengan Ki Cakra. Sebenarnya aku diizinkan untuk ikut bersama mereka, tetapi entah begitu malas rasanya. Ada hal-hal yang mengganggu pikiran ini.Baltra. Orang itu benar-benar merenggut segalanya. Sekian kali kukatakan bahwa aku sangat membenci pria itu.Aku merengkuh diri dengan pandangan hampa. Sangat tidak yakin diriku jika Tuan Mahawira bisa mengalahkan pria licik bernama Baltra. Namun, tidak ada salahnya berjuang. Berkali-kali Tuan Mahawira mengatakan bahwa kami harus memperjuangkan apa-apa yang pantas untuk diperjuangkan.Hah ....Aku menghela napas panjang. Rumit sekali hidupku. Jika boleh mengulang waktu, aku akan memilih untuk menjadi pelayan Tuan Mahawira saja selamanya. Aku tidak ingin melihat pria itu bersusah payah menyelamatkan diriku, peduli, lalu terluka.Tiba-tiba saja segump

  • Tuan, Jangan Sakiti Aku!   Artefak

    Artefak berbentuk batu berlambang naga merupakan benda sihir tingkat tinggi yang harus kami ambil di sebuah goa terlarang yang berlokasi di arah barat Kerajaan Rosalia. Menurut Ki Cakra, benda itu digunakan untuk menyempurnakan atau menyetabilkan energi api yang ada dalam jiwa Tuan Mahawira. Artefak berlambang naga itu tentu saja memiliki elemen api yang sangat cocok dengan jurus Napas Naga Tuan Mahawira. Oleh karenanya, sebelum menemui Baltra atau antek-anteknya, Ki Cakra menyarankan kami untuk mencari benda yang dimaksud sehingga elemen dalam tubuh tuanku lebih stabil tanpa hilang kendali seperti sebelumnya.Setelah berjalan cukup jauh melewati hutan rimba, kami beristirahat sejenak untuk menikmati makan siang. Kebetulan aku sudah menyiapkan bekal agar tidak perlu lagi memburu hewan."Silakan, Tuan." Tanganku terulur memberikan beberapa potong daging ayam panggang."Terima kasih, Sayang. Kau selalu mengerti diriku."Tuan Mahawira membuat

  • Tuan, Jangan Sakiti Aku!   Pertarungan Sengit dengan Naga Merah

    "Kau begitu sombong, Anak Muda! Apa yang kau inginkan datang ke rumahku?!"Suara naga merah menggelegar bagai memecahkan gendang telinga. Sementara itu, Tuan Mahawira tak sedikit pun menunjukkan ekspresi takut. Ia bahkan semakin terlihat sangat antusias. Aku tetap berada di belakang pria itu. Apa pun yang terjadi, aku akan bersamanya. Akan tetapi, aku tak enak jika menjadi beban dan penghalang baginya.Oleh karena itu, aku menjauh dan bersembunyi di balik sebuah pohon."Jadi, seperti ini wujud dari penunggu goa. Hmm, aku semakin tertarik untuk mengalahkanmu."Naga itu terbahak mendengar pernyataan tuanku yang sangat percaya diri bisa mengalahkannya dengan mudah. Tentu, jika dipikir secara logika, mana mungkin seorang manusia dapat mengalahkan hewan raksasa seperti sang naga?"Kau benar-benar sombong, Manusia! Kau percaya sekali bisa mengalahkan naga legendaris sepertiku. Seberapa kuat kau sehingga berani datang kemari?"

  • Tuan, Jangan Sakiti Aku!   Janji?

    Artefak berlambang naga diletakkan di sisi gagang pedang oleh Ki Cakra. Sinar memancar beberapa saat kemudian, terlihat seperti nyala api yang menyebar ke seluruh pedang itu, memberikan energi positif sebagai tanda bahwa pedang menerimanya. Tuan Mahawira terkagum melihat pedang itu menyala, lalu melesat terbang cukup tinggi.Sama seperti Tuan Mahawira, aku terkagum bahkan tak dapat berkomentar apa pun melihat pedang itu terbang dengan sendirinya.Tak lama kemudian, pedang kembali dengan posisi runcingnya berada di bagian bawah, lalu menancap pada sebuah batu besar di dekat sungai tempat kami berada."Nah, sekarang cabutlah pedang itu. Jika memang sudah waktunya, maka kau akan berhasil mencabut pedangnya." Ki Cakra menjelaskan."Lalu, jika aku gagal?" Tuan Mahawira bertanya."Artinya kau belum cukup mampu. Kemampuanmu masih kurang dan harus lebih dilatih lagi. Bisa atau tidaknya kau mencabut pedang itu adalah bukti kepantasanmu m

Latest chapter

  • Tuan, Jangan Sakiti Aku!   Mimpi Buruk Paling Buruk

    Ini adalah sebuah cerita tentang pertemuan, perjuangan, pengorbanan, cinta yang sejati, dan ikatan kemanusiaan. Di sebuah kerajaan bernama Rosalia, pada abad pertengahan (1063 M) di belahan bumi selatan—Balmatra—hidup seorang raja dengan satu putra pangeran bernama Mahawira.Pangeran Mahawira dijodohkan dengan seorang putri dari kerajaan aliansi, yaitu Kerajaan Simaseba. Namun, Mahawira tidak menerima perjodohan yang diatur untuk kepentingan politik. Ia menolak keras permintaan sang ayah, lalu memilih seorang pelayan yang hidup sebatang kara dan selalu menemaninya sejak berusia 8 tahun.Mahawira mengajak pelayan bernama Cornelia melarikan diri dan dikejar-kejar prajurit istana saat hari pernikahannya dengan Camelia dari Istana Simaseba. Pelarian itu akhirnya membawa Cornelia dan Mahawira pada sebuah fakta yang tak terelakkan. Seiring berlalunya waktu dalam perjalanan menuju Negeri Angin, Mahawira jatuh cinta dengan Cornelia sehingga memutuskan untuk

  • Tuan, Jangan Sakiti Aku!   Selamat Tinggal

    Setelah mendapatkan serangan tak terduga dari musuh, aku memuntahkan darah yang cukup banyak. Saat terbaring lemah, terdengar pekikan dari Tuan Mahawira dan apa yang kulihat menjadi hitam pekat.Selama ini, aku tak pernah mendapatkan pukulan sekeras ini sampai-sampai membuatku memuntahkan darah. Pria mana yang tega menyakiti seorang perempuan sepertiku, tak berbelas kasihan bahkan tidak menahan kekuatan untuk dikeluarkan.Aku paham kami adalah musuh bagi mereka yang masing-masing punya alasan untuk bertarung."Cornelia! Cornelia! Bertahanlah! Cornelia!"Itu suara tuanku yang tampan. Di mana dia? Aku tak dapat melihat apa pun. Hanya gelap yang menyelimuti di sekeliling."T-Tuan ...." Napasku terasa berat. Degup jantung tak beraturan. Ini menandakan aku sudah menyentuh batas kemampuan. Aku tak akan bisa lagi untuk berdiri, lalu bertarung dan membantu teman-teman.Aku tak tahu bagaimana posisiku saat ini, yang jelas aku

  • Tuan, Jangan Sakiti Aku!   Desa Kaswari

    "Akhirnya, kita tiba di desa pertama setelah melewati hutan," ujar Aksa saat kami berhasil keluar dari hutan."Bukankah perkataanmu sangat aneh, Aksa. Benarkah ini sebuah desa?" tanyaku sambil mengernyit."Benar. Ini sebuah desa yang bernama Desa Kaswari. Namun, sayangnya pihak kerajaan sudah merenggut semuanya sehingga desa yang dulunya ramai ini menjadi desa yang sangat sepi."Mata kami mengedar ke sekeliling melihat keadaan desa yang porak-poranda."Putri Camelia sudah merenggut segalanya dari rakyat. Tempat tinggal kami, sumber daya kami, semuanya." Aksa tiba-tiba berwajah sedih."Mungkin kita harus lebih berhati-hati mulai sekarang. Aku ingat yang kau bilang, Aksa. Semua wilayah di tanah ini sudah menjadi milik kerajaan, artinya prajurit kerajaan mengawasi setiap desa dan lahan-lahan bercocok tanam.""Ya, benar. Kita harus berhati-hati.""Ada yang datang!" ujar Pangeran Kalandra.Untung saja

  • Tuan, Jangan Sakiti Aku!   Tipu Daya Camelia

    Dadaku berdentum-dentum tak keruan melihat dua pria saling tatap dengan Tuan Mahawira. Ketiganya adalah pria yang sama-sama aku hormati, juga sama-sama berjasa dalam hidupku. Aku tidak ingin melihat mereka saling menyakiti. Meski begitu, mereka telah memutuskan untuk menyelesaikan konflik dengan tradisi pertarungan sampai mati.Pertarungan sampai mati merupakan tradisi yang biasa digunakan di sebuah kerajaan untuk memutus konflik antara dua orang atau lebih jika pembicaraan tidak menemukan solusi yang tepat. Sayangnya, hari ini salah satu dari mereka harus mati dalam pertarungan ini.Tatapan Tuan Mahawira tajam seperti biasa kala memandang musuh-musuh yang tak bisa diremehkan kemampuannya. Tentu saja, Tuan Birendra maupun Pangeran Kalandra juga berapi-api."Hiyaaaaattt!"Ketiga pria itu berteriak. Tuan Mahawira tak menunggu serangan dua pangeran, tetapi ia yang menjemput serangan mereka. Namun, perbedaan kekuatan telah terjadi.

  • Tuan, Jangan Sakiti Aku!   Menyelesaikan Masalah dengan Pertarungan

    Pedang milik Tuan Mahawira patah oleh tebasan pedang pria bertopeng yang baru saja datang entah dari mana. Kami bertiga membelalak, bahkan aku tidak bisa membayangkan bagaimana bisa pedang yang sudah ditunjang oleh energi artefak naga itu bisa patah.Tuan Mahawira segera menjauh dari dua pria bertopeng. Aku melihat kekesalan yang memuncak di wajah sang pangeran."Keparat."Waktunya sudah tiba. Aura di sekeliling tiba-tiba berubah drastis. Suhu udara yang semula dingin seketika menjadi panas. Ini adalah tanda-tanda saat kekuatan Tuan Mahawira akan mulai hilang kendali.Tak lama kemudian, api mengelilingi tubuh Tuan Mahawira. Tangannya mengepal keras. Tatapannya menajam tersirat sebuah makna ada dendam yang harus dibalas.Dua pria bertopeng menyadari suhu di sekeliling tiba-tiba panas. Mereka meningkatkan kewaspadaan dengan bersiap kembali menyerang.Akan tetapi, sebelum mereka mulai bergerak, Tuan Mahawira secepat kila

  • Tuan, Jangan Sakiti Aku!   Pertarungan Pedang

    "Sudah kuputuskan. Aku akan ikut dengan kalian dan menyelamatkan Hana," kata Aksa dengan semangat membara sembari mengepal tangan kanan."Kau serius?!" tanyaku memastikan."Iya, aku sangat serius. Terima kasih karena sudah mengajariku arti penting dari sebuah pengorbanan."Tuan Mahawira kulihat menyunggingkan senyum. "Bagus. Begitulah seharusnya. Mari, kita berangkat."Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan menuju Istana Simaseba. Tentu saja, kali ini bertambah satu orang yang ikut dengan kami. Aksa, pria yang bertujuan menyelamatkan kekasihnya dari perbudakan."Aku tidak percaya kalian adalah rakyat biasa." Aksa tiba-tiba membuka percakapan sambil terus berjalan."Kenapa kau tak percaya? Apa penampilan kami tidak seperti rakyat biasa?" Tuan Mahawira menanggapi."Tidak hanya itu, tapi tak ada rakyat biasa yang sangat hebat dan berani seperti kalian. Aku merasa sangat lemah di antara kalian berdua."

  • Tuan, Jangan Sakiti Aku!   Pengorbanan

    "Kampung kami dirampas oleh Kerajaan Simaseba dan dijadikan sebagai wilayah untuk memperluas istana. Para rakyat ditangkap, lalu dipekerjakan tanpa imbalan untuk sebuah pembangunan. Anak-anak dijual, dijadikan bisnis dan budak. Sedangkan para lelaki yang masih remaja dipaksa untuk bekerja sebagai prajurit yang mengabdi kepada istana."Aksa seorang pria yang beberapa waktu lalu menyerang kami ternyata ialah warga dari sebuah desa yang dirampas oleh Kerajaan Simaseba. Jadi, itulah alasannya menggunakan lahan di samping sungai ini sebagai tempat peristirahatan."Maaf, sebenarnya aku tidak bermaksud untuk menyerang kalian. Aku hanya berwaspada. Aku pun berpikir kalau kalian adalah orang jahat dari Simaseba," ucapnya dengan wajah sendu dan tertunduk.Aku dan Tuan Mahawira fokus mendengarkan cerita dari Aksa. Bagiku sendiri, apa yang dilakukan oleh Putri Camelia dan para menterinya adalah hal yang tidak berprikemanusiaan. Bagaimana bisa ia melakukan hal sa

  • Tuan, Jangan Sakiti Aku!   Entah Apa yang Merasuki Tuan Mahawira

    Perjalanan menuju Kerajaan Simaseba tidak akan mudah. Ki Cakra berkata bahwa di perjalanan nanti kami akan menemui musuh-musuh yang tentunya merupakan utusan Putri Camelia. Ki Cakra juga memberikan sebuah kalung permata berwarna hijau yang berfungsi untuk memanggilnya jika saja Tuan Mahawira kehilangan kendali sewaktu-waktu.Masih ada potensi pria itu kehilangan kendali karena proses penyatuan energinya di dalam tabir jiwanya dengan artefak naga.Aku membawa perbekalan secukupnya dari istana. Sisanya, jika kekurangan nanti, aku kami bisa berburu di hutan. Apa gunanya kemampuan Tuan Mahawira yang ahli dalam memanah jika tidak digunakan? Tentu, aku sudah membawa busur dan puluhan anak panah milik Tuan Mahawira yang selalu ia gunakan saat berburu.Sudah cukup lama berjalan, kami berhenti sejenak untuk mengembalikan energi di tepi sebuah sungai."Wah, airnya jernih dan segar," kata Tuan Mahawira yang sedang mencuci wajahnya di sungai itu. "Cor

  • Tuan, Jangan Sakiti Aku!   Tidak Lagi Suci?!

    "Hah?! Apa yang terjadi?"Saat terbangun dari tidur, yang pertama kali kulihat ialah Tuan Mahawira. Aku membelalak seolah-olah lupa apa yang sebenarnya telah aku lakukan dengannya."Hmm ... Cornelia ... aku ingin menikmatimu sekali lagi ... hmm ...."Tuan Mahawira sepertinya sedang mengigau. Jangan-jangan aku sudah melakukan hal yang senonoh dengannya.Oh, tidak! Ya, Tuhan! Aku tidak p-p-perawan lagi."Tidak!"Tuan Mahawira langsung terbangun karena teriakanku yang kencang. Pria itu mengusap-usap kedua matanya dengan tangan. Rambutnya kacau sehabis bangun tidur."Kau kenapa, Cornelia?" tanyanya seolah tidak tahu apa-apa."Apa yang kau lakukan padaku, Tuan?!" tanyaku dengan nada tinggi sambil melotot tajam.Tak lama kemudian, Tuan Mahawira menampilkan ekspresi licik, ia menyeringai."Sudahlah, Cornelia. Semalam kau sudah memberikan aku kenikmatan yang tiada tara. Terima kasih

DMCA.com Protection Status