Home / Romansa / First Love / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of First Love: Chapter 1 - Chapter 10

52 Chapters

01—We Were Both Young When I First Saw You

2004 - SD Kelas 3, Lorong Kelas "Lala." Clara menoleh saat sahabatnya sejak kelas 1 itu memanggilnya. Aline yang cadel, tidak bisa memanggil nama Clara dengan benar. "Ada apa?" "Liat deh, masa di depan anak kelas 3C tawuran di lorong itu loh!"  Kelas 3E adalah kelas Clara dan Aline yang berada di paling pojok, bentuk sekolahnya seperti letter L sehingga, menjadi jelas yang paling ujung dan ditikungan hurup L tersebut dapat memberikan akses kepada kelas mereka untuk melihat kericuhan dan kegaduhan yang dilakukan teman seangkatannya. Dengan malas, ia pun beranjak mengikuti Aline yang sudah berlari terlebih dahulu ke depan pintu kelas. "Tabok dia! Pukul!" "Lempar sarungnya woy!" "Gebukin Rendra!" "Puter sarungnya, Joy!" Begitulah seruan dari anak laki-laki dari Kelas 3A sampe 3D. Mereka semua saling tertawa tapi tetap "mengadu" kekuatan antar kelas. Kejadian ini baru sekali dua
Read more

02—Reuni

2020—Saat ini Ting.BUKBER AKBAR ANGKATAN 2 SD Al-Ikhlas BogorClara mengernyit saat tiba-tiba ada notifikasi masuk di layar ponselnya. Ya, entah dari mana salah satu temannya mendapatkan nomornya dan ia dimasukkan ke dalam grup buka bersama tersebut yang berisikan lebih dari 50 orang. Ia mencuriga Ghifary atau Ica—sahabatnya yang kebetulan satu sekolah dengannya—andil dalam hal tersebut.Ting.Ting.TingGetaran ponselnya semakin lama semakin mengganggu konsentrasinya dalam bekerja. Siang ini memang cukup terik walau dia berada di dalam gedung yang full AC tapi hawa panas yang menembus dari jendela kantornya yang langsung mengarah ke tempat duduknya tak bisa ia acuhkan."Apasih." Gerutunya sambil membuka grup tersebut. Ia mendapati beberapa temannya me-mention dirinya.Dio: Nina ikut nggak?Laras: Geng-an gue ikut semua! @Rista, @Kama, @Lira s
Read more

03—Hi!

Berkat empat chat dari lelaki itu, ia telat bangun dan setengah jam telat ke kantornya. Untung saja dengan alasan klasik sejuta umat. Sakit. "Saya agak kurang enak badan, Pak. Tadi pagi saya diare. Makanya telat sampai. Maaf ya Pak, saya telat." Atasannya mengangguk mengerti. Kebetulan juga saking buru-burunya, ia lupa memoles lipstick, jadinya ia pucat alami. Dalam hati ia tertawa sedikit, agak terhibur dengan kejadian ini. 2 tahun bekerja disini, baru 2 kali ia telat selama ini. Pertama karena ada gangguan di kereta yang ia tumpangi saat itu dan yang kedua, well, karena orang itu.  Setelah menaruh tas di meja kerjanya, ia segera pergi ke toilet untuk memoles bibirnya. *** Pukul setengah tujuh malam dan Clara baru keluar dari kantornya. Untungnya tadi ada beberapa teman kerjanya yang masih berada di dalam kantor dan memang memesan makanan cepat saji untuk berbuka cukup banyak, jadinya dengan baiknya temannya itu be
Read more

04—Gagal

Ardhito Pramono - First Love (Cover) playing~Malam ini Clara ditemani oleh Ardhito Pramono yang meng-cover lagunya Nikka Costa dengan judul First Love yang sengaja ia putar non-stop. Kalau kata Ica—sahabatnya, lagu ini adalah lagu kebangsaannya Clara karena sangat dia banget deh.Dengan tatapan lurus ke langit-langit kamarnya yang dipenuhi bintang, tangan kanan berada di atas dadanya—tepat diatas jantungnya yang berdetak tak karuan, dan tangan kiri yang sedari tadi sibuk menghapus airmata yang tidak deras, namun tak berhenti-henti juga turun dari sudut matanya. Hanya ada satu akar kata dari banyak kata yang ingin ia ungkapan namun terlalu kelu untuk disuarakan. Kenapa. Kenapa baru sekarang? Kenapa ia belum bisa move on? Kenapa ia masih terjebak di masa lalu yang kelabu? Kenapa lelaki yang namanya terlarang ia sebutkan itu. . . datang semena-menanya disa
Read more

05—Kekhawatiran Seorang Teman

Menghubunginya hampir rutin selama dua hari terakhir. Bertemu juga sudah dua kali. Makan malam juga yang kata lelaki itu sebagai ajang reuni tapi hanya untuk mereka berdua dan untuk pertama kalinya, Clara merasa ada sesuatu yang berbeda. Bukan. Bukan tentang perasaannya tapi mengenai tindak tanduk Joy.Belasan tahun lamanya Clara hanya bisa melihat Joy dari kejauhan dan dekat lewat sosial media yang bisa ia lihat hampir setiap hari—dulu ya, ketika ia masih dibangku SMA namun seiring berjalannya waktu, penuh dengan kesibukan kuliah dan sekarang saat ia sudah bekerja, kelakuannya yang kekanak-kanakan tersebut pun perlahan menghilang."Kenapa ngeliatin aku? Ganteng ya?"Tersadar, Clara cepat-cepat menggeleng lalu mengambil gelas berisi es jeruk dan segera menenggaknya sampai tandas. Lu nggak ada manis-manisnya banget ya, Ra, sungutnya dalam hati."Geer banget."Joy tersenyum mengejek. "Ah masa sih? Bukannya dari dulu kamu suka sama
Read more

06—Rest Area KM 147 dan Rindu

Hari ini tiba juga, di mana Clara dan teman sekantornya pergi sejenak dari pekerjaan yang membuat mereka jengah dan jenuh dan tentunya, hindari. Kalau bisa, mereka mau tiduran seharian dan tetap digaji namun dunia belum seindah itu. Clara memperhatikan interaksi Rendy dan Friska, Friska yang membawa satu koper sedang dan dua tote bag agak sedikit kewalahan dan Rendy dengan sigak mengambil semuanya, lalu tangan kanan laki-laki itu mengelus pucuk kepala Friska, dan semua interaksi itu tidak luput dari penglihatannya. Hal itu membuatnya tersenyum miris. Dulu, kala keduanya masih berstatus pasangan, Rendy yang awalnya gencar sekali mendekatinya dan ketika sudah berpacaran beberapa bulan, perlahan perhatian Rendy mulai menurun. Meski hubungan mereka berjalan selama satu tahun lebih, tidak membuat Rendy berubah atau berusaha memperbaiki hubungan keduanya. Lihatlah satu pasangan ini, sudah hampir satu tahun pacaran—sama sepertinya dulu, tapi Rendy masih mesra dan benar-benar peduli
Read more

07—Second Warning

Sepanjang perjalanan semenjak terakhir kali Clara dan Joy saling membalas pesan sampai mereka semua tiba di Villa milik keluarga Rio yang berada di kawasan lembang, Clara merasa over hyped. Seperti disuntik sesuatu yang hebat sampai rasanya ia tidak bisa berhenti untuk tersenyum dan sesekali, membuka pesan terakhir dari Joy yang ia baca berulang-ulang. 22.45 | Voldemort: Aku tunggu kamu pulang and let's talk about us Gadis itu menaruh ransel di atas nakas di samping ranjang, Clara selalu memilih sisi kiri ranjang karena ia selalu tidur disisi itu. Merebahkan badannya pada ranjang yang super empuk ini membuatnya memejamkan mata sejenak.  "Eh, Ra, mandi dulu gih! Nggak lengket apa lo?" Tegur Yudith yang satu kamar dengannya.  Clara menggeleng lemah tapi masih terukir senyum dibibir yang mungil tapi penuh itu.  "Eh, Dith." Yudith yang sedang membuka blazzer dan menyampirkan di kursi rias pun m
Read more

08—Am I A Joke?

"Kalian nanti dijemput sama siapa?"Hari ini, hari terakhir mereka staycation yang memang nggak melakukan hal yang signifikan juga selain makan untuk sahur—bagi yang bangun dan sempat, dan berbuka. Pagi sampai hampir buka yang mereka lakukan hanya tidur-tiduran, ngobrol jika tidak mengantuk sambil sesekali mabar—alias main bareng yang kemarin Clara lakukan dengan beberapa temannya. Semua tas dan koper sudah dikumpulkan di ruang tengah, tinggal beberapa orang saja yang masih mandi dan merapihkan kamar yang dipakai."Gue dijemput sama bebeb dong." Jawab Caca pada pertanyaan Rio.Rio mengangguk lalu perhatiannya beralih ke Clara. "Lo dijemput sama siapa, Ra?""Hm, kayaknya gue bakal naik taksi online aja, Kak."Mana tega ia meminta Ayahnya untuk menjemput ke kantor di hari minggu siang yang pastinya panas dan mungkin selalu macet."Gue anter ya." Clara tertawa menanggapi tawaran Rio. "Nggak us
Read more

09—Sebenarnya... kita ini apa ya?

"Ra." Tegur pria yang kini mengejar perempuan yang tanpa ia sadari, sudah ia lukai dengan sikap 'selengean'nya itu. Niatnya bercanda tapi ia mungkin belum menyadari bahwa gadis ini memiliki hati yang setipis kertas. Kena air sedikit, bisa-bisa hancur tak bersisa.Clara masih mendorong troli itu tanpa arah. Yang jelas ia harus pergi sejenak untuk menetralkan perasaanya.Clara akui, ia memang tipe orang yang terlalu serius dan sulit beradaptasi karena pikiran kuno, kaku dan serius juga sensitif, itulah mengapa ia sulit sekali membuka hati dan berakhir dengan suatu hubungan dengan lawan jenis. Rendy saja sulit setengah mati meyakinkan Clara, ya walau pada akhirnya lelaki itu tetap mengecewakannya.Matanya yang tadi memanas sudah mulai kembali normal, degup jantungnya masih kebas sedikit dan pikirannya mulai kembali fokus."Clara."Enggan sekali tapi setelah berhasil meyakinkan dirinya kuat, ia pun menoleh. "Udahkan belanjanya?"Joy menatap waja
Read more

10—Jadi kita apa?

"Kamu masih bercanda ya rupanya.""Bagian mana yang mengindikasikan kalau aku bercanda?"Kali ini Clara dapat melihat kilatan marah pada tatapan pria itu. "Jujur, aku meragukan kamu dari awal hingga saat ini.""Kamu aja belum mencoba kenapa malah meragukan aku?""Sekian tahun, kenapa harus sekarang? Dua minggu kurang, bahkan satu minggu kita baru deket kilat dan apa tadi? Jokes 'teman hidup' dan 'istri' udah melayang."Joy mendengus kasar. "Jadi menurut kamu orang pdkt yang normal berapa lama? Satu bulan? Satu tahun?"Clara tergagu. Benar juga, masa pendekatan antara sepasang sejoli tidak bisa diukur dari lamanya masa tersebut atau sudah berapa lama saling mengenal. Bahkan ada orang yang sudah cinta mati pada pandangan pertama di pertemuan pertama."Clara Devina."Perempuan itu mendongak ketika pria disampingnya sudah berdiri dan yang membuat matanya membulat ketika pria ini bersimpuh di depannya, mengambil k
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status