Home / Romansa / Dinikahi Berondong Kaya / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Dinikahi Berondong Kaya: Chapter 21 - Chapter 30

55 Chapters

19. Mau Nggak Nikah Sama Aku?

"Papaku orang Jawa. Mamaku orang Jawa. Tapi kenapa kamu bukanlah JAWAban dari doa-doaku?"-Sean Ganteng *** "April... kamu mau nggak nikah sama aku?" ucap Sean sambil tersenyum manis kepadanya membuat April cukup terkejut.Bukan hanya itu saja. Tanpa terduga sama sekali, tiba-tiba Sean merengkuh tangan wanita tersebut kemudian menyematkan cincin pada jari manisnya. Tak lupa juga Sean mengecup punggung tangan April membuatnya semakin bersemu.Kalau saja April tidak ingat jika Sean adalah pria yang usianya terpaut empat tahun di bawahnya alias 'berondong'. Pasti April akan terbang ke awan-awan.Hampir saja terlena dengan sikap manis Sean. Kini April berganti menampilkan ekspresi sebal supaya wajahnya yang memerah tidak ketara oleh Sean.Dasar bocah sableng!Bisa-bisanya dia mengajak menikah seo
Read more

20. Pertama Kali Bertengkar

Ketika selesai mengantarkan April berangkat kerja. Entah ada angin apa sampai Sean menepikan motornya sejenak ke salah satu tempat perhiasan untuk membeli sesuatu."Mbak, ada cincin yang bagus nggak?" tanya Sean kepada pegawai toko tersebut."Ada, Kak. Mau cari cincin untuk acara apa? Untuk pernikahan atau untuk hadiah?""Buat pacar sayalah. Jadi pilihin cincin yang paling bagus dan paling mahal di sini," kata Sean dengan jumawa membuat pegawai toko tersebut tersenyum kemudian mengambilkan beberapa koleksi cincin di toko mereka untuk Sean.Sean bingung lantaran tidak tahu mana yang nantinya akan disukai April."Yang ini bagus, Kak," ucap pegawai tersebut sambil memperlihatkan cincin dengan permata mengelilingi bagian atas sisinya.Dahi Sean mengerut, dia tidak terlalu suka dengan model yang seperti itu, terlalu heboh.Kemudian dia menggeleng. "Yang lain, dong, Mbak. Yang paling mahal lagi ada?"Kemudian Sean mengamati lagi tiga
Read more

21. Patah Hati Sebelum Memiliki (1)

Sean mendengus sambil menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa ruang tamu. Dia tidak mengira jika perang dinginnya dengan April bisa sampai berhari-hari seperti ini.Padahal di agama saja mendiamkan orang selama tiga hari sudah sangat berdosa. Ini malahan sampai satu minggu lebih. Bisa-bisa berkali-kali lipat dosanya.Sebenarnya ada rasa rindu di lubuk hati Sean tatkala ketika Sean menjahili April, membuat wanita itu marah-marah seperti ibu kost yang naik pitam lantaran anak kostnya menunggak uang sewa tiga bulan. Tapi apa daya, Sean gengsi untuk meminta maaf terlebih dahulu kepada April. Tapi di lain sisi dia juga ingin berbaikan, hanya saja bingung bagaimana caranya.Ah. Jangankan meminta maaf. Mengajak bicara saja dia enggan.Sean itu anak satu-satunya dan kebetulan dari keluarga kaya raya. Jadi wajar saja apabila rasa gengsinya tinggi. Bisa jadi karena dia sudah kebanyakan dianak emaskan oleh Omanya. Sedangkan April sendiri lebih kental sifat domin
Read more

22. Patah Hati Sebelum Memiliki (2)

  Sepulang dari kantor April menunggu Erik menjemputnya. Sekitar lima menitan April berdiri menunggu Erik datang."Hai. Lama, ya, nunggunya?" sapa Erik sambil tersenyum kepada April. Kemudian Erik membukakan pintu mobilnya untuk April."Iya lama banget.""Lama mana sama nunggu kepastian?"April tertawa. "Apaan, sih. Nggak jelas."Selama mengenal Erik. April merasa dia lelaki yang baik. Dia juga tidak terlalu kaku. Meskipun tidak sehumoris Sean, sih.April menggelengkan kepala. Sean lagi, Sean lagi. Kenapa pikirannya selalu tentang Sean, sih? Padahal yang sedang di sebelahnya, kan, Erik."Jangan sampai magrib, ya, pulangnya, Rik."Dia tidak mau Sean khawatir."Oke."Erik merasa tadi sesi makan siang terlalu cepat karena diburu waktu. Jadi sekarang dia mengajak April untuk makan di luar lagi. April awalnya menolak karena sungkan selalu diajak makan melulu oleh Erik.Bilangnya tidak e
Read more

23. Ke Rumah Tante Anha

“Kamu sama dia udah kenal lama? Dia temen kuliah kamu? Kok, sampai dikasih cincin segala?" tanya Sean saat makan bersama dengan April di ruang depan.April melotot tajam. Kenapa bocah ini kepo sekali? Sampai menginterogasinya seperti itu. Pacar juga bukan. Dasar mau tahu urusan orang saja.
Read more

24. Ciuman di Bibir

“Makan yang banyak.”“Makasih, Tante.”Anha menyajikan makanan untuk Sean dan Eden. Tetapi bedanya Eden dizolimi oleh Sean dan disuruh makan di dekat trio bocil sekalian mengawasi mereka bermain.“Anak-anak itu, lho, makannya pada nggak dihabisin malahan sibuk main sama mainan barunya,” gerutu Anha mengomel kesal.Terlihat Ais dan Aim sedang bermain tamia barunya. Sedangkan Kalila duduk di depan boneka beruang besar sambil tertawa mengamati kedua kakaknya yang sengaha menabrakkan kedua tamia berwarna merah tersebut ke kakinya.“Emang cewek kalau udah jadi emak-emak galak dan suka ngomel-ngomel, ya, Om?” celetuk Sean membuat Hamkan yang berada di sebelahnya tertawa.“Iya. Udah biasa dia kayak gitu.”“Padahal dulu waktu belum nikah, mah, lemah lembut kayak putri keraton, ya.”Hamkan ikut mengangguk menyetujui. Sedangkan yang sedang diejek merengut sebal. Bisa
Read more

25. Malu-Malu Kucing

“Lebih baik telat menikah daripada menikah dengan orang yang salah.”-Mayangsu***Tanpa terduga sama sekali tiba-tiba Sean menarik lengan April hingga wanita tersebut terhuyung ke belakang. Untung saja Sean sigap menangkapnya.April berdecak, ia hendak memaki namun belum sempat April berucap, tiba-tiba Sean sudah membungkam bibirnya dengan sebuah ciuman.Mata April membulat penuh. Se-Sean menciumnya?Napas April tercekat. Lututnya terasa lemas. Bahkan April dapat merasakan napas Sean saat ini berembus menerpa pori-pori wajahnya. Terasa hangat dan teratur. Benar-benar menenangkan.Padahal ini bukan pertama kalinya April berciuman dengan seorang laki-laki. Tapi kenapa jantungnya berdegub kencang seperti ini? Kenapa gelenyar di dada yang tengah ia rasakan, rasanya sama persis dengan gelenyar ketika pertama kali dia berciuman dengan Tara.Apakah dia jatuh cinta dengan Sean? Kal
Read more

26. Terngiang

Paginya. Setelah kejadian kemarin malam, April masih merasa malu bukan main. Hanya sekadar bertemu dengan Sean saja sampai tidak berani.Rasanya dia ingin menenggelamkan kepalanya sendiri ke dalam kloset, atau kalau tidak, ya, menggali kubangan tanah dan mengubur dirinya sendiri ke dalamnya.Mana bisa dia bersikap biasa saja setelah kejadian kemarin malam itu?“Pagi, Bebeb Sayang. Mau berangkat kerja, ya? Gimana kalau Mas Sean ganteng aja yang anterin?” sapa Sean ketika April baru menginjakkan kakinya di depan kamar.Tuh, kan. Dibegitukan saja jantungnya sudah dag-dig-dug. Memang wanita mana yang tidak bersemu ketika digoda seperti itu. Apalagi tadi Sean berkata 'Mas'. Seperti mereka sudah menjadi pasangan suami istri saja.“Bab Beb Bab Beb, Ndasmu,” gerutu April sambil memanyunkan bibirnya.Mendengarnya Sean malahan tertawa dan semakin gencar menggoda April lagi.“Wih, Ayang Bebeb pagi-pagi udah ngegas a
Read more

27. Dari Calon Imammu di Masa Depan

“Punya kamu, Pril?” April menggeleng. “Terus dari siapa?” Mata Dina berbinar penasaran.April menggeleng lagi. “Nggak tahu, Din.”Karena setahunya, ini memang bukan miliknya.“Jangan-jangan dari penggemar gelapmu, Pril? Buka-buka! Cepetan buka!” ucap Dina sangat excited.“Woah....”Mulut keduanya menganga membentuk huruf 'o' ketika mengetahui isi kotak beludru tersebut tak lain adalah cincin permata berwarna merah yang terlihat begitu cantik sekali.“Gila! Dari siapa, nih? Itu ada suratnya, Pril. Coba buka. Mungkin dari si pengirim.”Apri menaruh kotak cincin tersebut di atas meja. Tangannya menarik kertas kecil yang dilinting dan sengaja diselipkan oleh pemiliknya di tengah-tengah lingkaran cincin.Perlahan April membuka dan mulai membaca.To Tante Galak Kesayanganku. Sebenernya aku udah beli ini dari jauh-jauh hari. Tapi belum sempat
Read more

28. Cari Kado

April dan Dina saling bertatapan. Orang tersebut tak lain adalah Erik.“Mau pulang.”April sedikit mengernyit, kenapa Erik seolah ada di mana-mana.“Yah, padahal hari ini aku pengin ngajak kamu pergi. Kamu beneran nggak ada waktu free hari ini?”April menggeleng mantap. “Nggak ada. Sorry. Lagian habis ini aku juga mau ambil motorku yang ada di bengkel.”Dina menggerutu dalam hati. April ini, pantas saja dia jomblo sampai sekarang. Dia tidak ahli dalam menggaet lelaki potensial seperti Erik. Kalau Dina jadi April. Pasti dia akan melakukan segala hal untuk membuat Erik jatuh hati kepadanya. Sayangnya saat ini Dina sudah memiliki tunangan yang sebentar lagi akan menikah.“Kamu serius nggak bisa?” pinta Erik lagi. “Sebentar aja. Nanti pulangnya aku anterin kamu ke bengkel, deh.”April masih menggeleng. Kemarin dia sudah menyisakan waktu untuk Erik sampai tidak jadi
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status