All Chapters of DICINTAI LELAKI KAYA: Chapter 11 - Chapter 20

30 Chapters

Rasa Bersalah

Jonathan merasa tubuhnya begitu ringan kali ini, padahal dengan jelas semalam ia tidur sembari mendekap Jenia. Ia tidak bisa merasakan keberadaan gadis yang semalam menggigil kedinginan di dalam dekapannya. Jonathan membuka matanya ia segera membetulkan posisi duduknya. Jenia sudah tidak ada di dekatnya. Ia menatap ke sekitar, Jenia sudah tidak ada di dalam ruangan itu. Jonathan berdiri dan mencari Jenia keluar. Berharap gadis itu masih berada di dalam apartemennya. “Gadis itu sudah pergi, dia pasti berpikir yang tidak-tidak tentangku!” pikirnya sembari memukul-mukul kepalanya. Jonathan merasa bersalah pada Jenia, karena gadis itu baru saja keluar dari masalahnya dan kini ia memberikan masalah baru pada Jenia. “Bodoh… bodoh… bodoh!” ucap Jonathan mengatai dirinya sendiri. Jenia pasti tidak akan menerima alasannya hingga ia harus mendekap Jenia semalaman. Jonathan tidak bisa berpikir lain, selain memikirkan tanggapan Jenia kepadanya.  
Read more

Kembali Pulang

Jonathan kembali ke rumah sakit. Sedangkan Jenia tidak ingin berlama-lama berada di kamar kossan Cherry. Setelah mendengarkan cerita Bu Yuni panjang lebar, Jenia memberanikan dirinya untuk kembali pulang ke rumah. “Aku pulang!” sapa Jenia dengan lemas. Julia, Ibu tiri Jenia tengah sibuk membaca majalah harian terkejut dengan kedatangan Jenia kali ini. Ia berdiri bertolak pinggang menatap Jenia dengan tatapan yang begitu kejam berselimut amarah. “Oh, enak sekali ya hidupmu, setelah pergi tanpa kabar kamu pulang begitu saja!” omel Julia dengan nada tinggi. “Ma, aku lelah. Aku tidak ingin berdebat dengan Mama!” ucap Jenia terus melangkah masuk ke dalam rumahnya berusaha untuk mengabaikan Julia yang memerah karena marah. Julia berjalan menghampiri Jenia. Ia merasa kesal dengan sikap Jenia yang mengabaikannya. Plak!!! Satu tamparan melesat di pipi Jenia sehingga pipi itu berjejak merah. Jenia memegang pipinya yang terasa sakit. Ia b
Read more

Cerita Pria

Jonathan kembali masuk ke dalam ruangan di mana Ferdinand tampak tegang. Entah apa yang sedang mereka bicarakan kali ini membuat rasa penasarannya semakin membuncah. “Apa yang sedang kalian bicarakan? Kenapa sikap kamu seperti kawat tegang begitu?” tanya Jonathan menepuk pundak Ferdinand yang tengah berusaha menyembunyikan wajahnya dari sang kakak. “Ha, enak saja, lihat ini, bahkan aku lebih tampan darimu!” keluh Ferdinand. “Kami hanya sedang membicarakan pertemuan kita yang gagal.” “Oh ya, aku juga minta maaf karena ada hal yang mendesak sehingga aku tidak bisa mengunjungimu tadi malam!” ucap Jonathan penuh sesal. “Hal mendesak apa yang pernah kamu lakukan kak, selain pekerjaan? Bukankah semua pekerjaan sudah beres?” tanya Ferdinand merasa curiga. Ferdinand merasa heran karena kakaknya selalu menyibukkan diri dengan pekerjaan, bahkan dari yang Ferdinand tahu selama ini, Cherry berniat memutuskannya karena Jonathan tidak pernah memilik
Read more

Bangkit

Jenia menyeka air mata yang terus-terusan tumpah karena penyesalan atas diri yang tidak bisa ia jaga. Ia tidak ingin terus berada di ambang kehancuran seperti yang ia rasakan. Ia berdiri di depan pintu, berniat untuk keluar kamar. Namun, Jenia mengurungkan niatnya ketika mendengar suara perdebatan antara Erliza dan Erlina di depan kamarnya. Di luar kamar,  Erlina membawakan makanan untuk Jenia. Ia merasa iba kepada Jenia, meskipun Jenia hanyalah adik tirinya saja, tetapi rasa sayangnya kepada Jenia sama besar dengan kasih sayang yang Erlina berikan kepada Erliza. “Kakak kenapa selalu bersikap sok baik sama Jenia? Biarkan saja dia mati kelaparan karena tidak makan. Siapa suruh dia mengurung diri saja di kamar sejak dia pulang?” gerutu Erliza merasa cemburu melihat Erlina yang selalu baik kepada Jenia. “Za, kamu tidak boleh berkata kasar seperti itu, bagaimanapun Jenia adalah adikku, aku tidak ingin terjadi sesuatu hal kepadanya,” “Dia hany
Read more

Seorang Pelanggan

Sudah dua bulan lamanya Jenia kembali pulang ke rumah. Ia juga memutuskan untuk kembali menjalankan aktifitasnya di sebuah toko kue tempat ia bekerja. Jenia tidak ingin menghabiskan waktu dan tenaganya untuk menangisi apa yang telah terjadi padanya saat ini.  Ia masih terus berusaha untuk membungkam semua rahasia tentang malam itu dari keluarga besarnya. Jenia tidak ingin menjadi beban pikiran bagi keluarganya, Jenia memutuskan untuk selalu diam dan bersikap seolah semuanya baik-baik saja.  "Je, kamu terlihat pucat, apa kamu sedang kurang sehat?" tanya Dion, salah seorang rekan kerja Jenia.  "Iya, sepertinya aku agak sedikit pusing," ucap Jenia memija-mijat pelipisnya.  "Kalau kamu merasa pusing, sebaiknya kamu duduk dan istirahat saja dulu, biar aku yang menggantikan kamu mengadon kue-kue ini." "Tidak Dion, pekerjaanmu juga masih banyak bukan? Aku masih bisa mengerjakan semua ini." Jenia menolak. Jenia tidak ingin Dion men
Read more

Ada apa dengan Jenia?

Jonathan menghentikan mobilnya di parkiran sebuah café. Namun, ia tidak segera turun dari mobil. Dia masih duduk diam menantikan jawaban dari bibir Jenia yang masih bungkam.Sementara di sebelahnya, Jenia hanya bisa melentikkan jarinya. Jenia enggan menjawab pertanyaan yang disodorkan oleh Jonathan kepadanya.“Apa begitu sulitnya bagimu untuk menjawab pertanyaanku?” Tanya Jonathan tidak mampu untuk menunggu lama atas pertanyaan itu.“Aku tidak tahu, apa sebenarnya hubunganku dengan Cherry dan kenapa kamu sangat ingin tahu apa yang terjadi antara aku dan Cherry?” Tanya Jenia dengan nada datar.Jonathan memandang tak percaya kepada gadis yang hanya menatap ke arah depan tanpa mengabaikannya.“Hm…” Jonathan mengembuskan napas dengan kasar.Hatinya berkata lain, ada sesuatu yang telah terjadi antara Jenia dan Cherry. Jonathan semakin penasaran, ia semakin ingin tahu apa yang telah membawa Cherry
Read more

Jenia Hamil

“Apa yang Dokter katakan? Kenapa Anda tidak bisa memeriksa putri kami? Bukankah Anda seorang Dokter professional?” Tanya Maheza.Maheza tidak memahami dengan pasti apa yang dimaksud oleh Dokter Vina. Entah alasan apa yang membuat Dokter Vina meminta Jenia untuk diperiksa oleh Dokter kandungan dan melakukan test.“Sebaiknya,  tunggu Jenia sampai sadar dan minta dia untuk melakukan test pack, Julia.” ucap Dokter Vina kepada Julia.“Apa maksudmu, Vin? Apa yang terjadi pada Jenia? Katakan kepada kami, Vin! Jangan membuat kami merasa bodoh seperti ini!” Julia tampak tidak bisa menerima apa yang sahabatnya katakan.Selain menjadi Dokter keluarga, Dokter Vina merupakan sahabat Julia sejak mereka masih kuliah.“Aku tidak bisa memberikan diagnosis pasti, Julia, tetapi dari hasil pemeriksaan dan diagnosisku, Jenia hamil!”Bagaikan guruh dan petir yang menyambar bersamaan di atas puncak kepala, semua
Read more

Rasa Curiga

“Apa yang membuat kakak termenung seperti ini? Tidak biasanya seorang Jonathan murung seperti ini karena wanita!” Ferdinan mengambil pena yang berada di tangan Jonathan dengan paksa, membuyarkan lamunan Jonathan yang menerawang jauh entah kemana. Jonathan hanya bisa pasrah ketika sang adik, Ferdinan mengganggunya di saat-saat seperti ini. Sebelum pulang, pria jangkung itu sudah terbiasa mendatangi ruang kerja kakaknya untuk memastikan bahwa Jonathan sudah pulang atau masih sibuk dengan pekerjaannya. “Kak, kenapa kakak tidak pulang? Kenapa harus termenung di sini? Apa kakak masih memikirkan Cherry?” goda Ferdinand. “Jangan asal bicara, aku hanya sedang memikirkan pekerjaanku saja!” ucap Jonathan kembali duduk di atas kursi kerjanya. “Kakak tidak akan bisa berbohong kepadaku, matamu focus menatap langit. Mana ada pekerjaanmu di atas langit,” kekeh Ferdinand. “Aku hanya memikirkan tentang proyek kerja sama kita dengan Marvin,” sela Jonath
Read more

Kabur dari Mama

Jenia duduk tersandar di sudut kamarnya. Kedua tangannya memeluk lutut dengan kepala dimiringkan ke samping. Ia menatap ke arah langit luar di mana langit mendung seakan menemaninya. Tatapannya begitu kosong, sorot mata itu seakan tidak ada kegairahan dalam hidup. Menerawang jauh akan masa depan yang akan ia hadapi saat ini. Ia semakin mengeratkan tangannya, tangisannya kembali pecah. Namun, ia sembunyikan di balik lipatan tangannya. Jenia bingung, ia tidak tahu harus berbuat apa lagi setelah keluarganya mengetahui kehamilannya. Menjadi seorang wanita yang gagal dalam menjaga kehormatan dirinya sendiri dan keluarganya membuat Jenia semakin merasa bersalah. Bagaikan seorang benalu yang hanya bisa memberikan malu dan aib bagi keluarganya, itulah yang dirasakan oleh Jenia saat ini. Jenia terus menangis penuh penyesalan. “Jenia, bersiap-siaplah, kita harus ke rumah sakit!” panggil Julia dari luar kamar. Mendengarkan suara Julia yang memang
Read more

Amarah Orang Tua

“Je? Apa kamu bisa mendengarkan aku?” Tanya Jonathan lagi menegaskan pertanyaan sebelumnya.“Apa yang terjadi padamu, Je?”“Maksudmu?”“Apa yang membuat kamu berlari dan bersembunyi dari wanita itu?” Tanya Dave menimpali.“Oh … hm …  itu, karena aku tidak suka dengan obat-obatan, apalagi dengan jarum suntik. Itu sebabnya aku bersembunyi dari mamaku!” ucap Jenia berbohong.Jenia terpaksa berbohong kepada Jonathan dan Dave karena Jenia merasa sangat  tidak mungkin mengatakan bahwa dirinya tengah hamil dan hampir saja melakukan tindakan aborsi. “Seperti anak kecil saja, karena takut obat dan jarum suntik harus bersembunyi di ruangan orang lain. Kalau kamu tertangkap satpam karena dianggap sebagai penyusup bagaimana?” goda Jontahan.“Iya, ya, aku tidak terpikirkan hal itu sama sekali. Oh, ya, sepertinya mamaku sudah pergi, jadi aku
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status