Beranda / CEO / TAWANAN CINTA CEO / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab TAWANAN CINTA CEO: Bab 11 - Bab 20

145 Bab

11

Nana berjalan dengan langkah cepat untuk menghampiri Chris. "Tuan Chris, berapa dokumen penting yang tidak bisa diselesaikan bagian devisi 2 dan wanita itu sengaja memperlambat pekerjaanya. Sehingga banyak yang repot di buat olehnya," kata Nana dengan suara tajam pada Chris. Nana sengaja mengadukan semua tentang kinerja Lily yang di anggap tidak becus. "Apakah benar?" Chris bertanya dengan wajah terheran. "Aku harus menyakinkan CEO Chris," batin Nana yang dendam kesumat kepada Lily. Nana pura-pura mengeluh lagi atas ketidak puasan kinerja dari devisi 2 yang merupakan tempat Lily bekerja. Chris terdiam dan mengingat jika ada beberapa dokumen penting mesti di tanda tangani. Chris yang terhasut oleh perkataan Nana. Ia langsung berjalan ke bagian devisi 2 dengan wajah hitam. Kedatangan Chris tentu memancing beberapa wanita untuk melirik. sedangkan Lily tidak tertarik untuk melihat atau mendengar sedikit pun. Dirinya lebih sibuk mengerjakan berapa file di laptop. Melihat bayangan di
Baca selengkapnya

12

"Sudah periksa ke dokter?" lanjut Nelson bertanya. "Sudah, terima kasih atas perhatian Wakil CEO. Saya sudah baikkan sekarang," balas Lily sungkan akan pertanyaan Nelson Jong. Pintu lift terbuka, Lily segera keluar dan Nelson Jong memperlambat langkah kaki untuk mengikuti Lily di sampingnya agar beriringan. "Wakil CEO, kenapa mengikuti saya?" kata Lily yang bingung. "Kita satu arah, saya mau ke kantin. Dari tadi saya belum makan siang," jawab Nelson cepat. "Maaf," Dengan wajah malu, Lily menunduk melihat kedua telapak kakinya. Terlihat suasana kantin yang sudah sepi. Lily mencari tempat duduk yang tidak jauh dari pintu. Nelson Jong menawarkan Lily untuk mengambil makanan dan meminta Lily untuk duduk berjaga di tempat. Dengan cepat, Nelson Jong sudah mengambil beberapa menu makanan dan meletakkan di meja. "Aku tidak tahu apa yang kamu suka. Jadi, aku ambilkan semua yang masih ada stock saja. Semoga saja kamu suka," kata Nelson Jong sambil meletakkan makanan ke meja.
Baca selengkapnya

13

Chris menahan lengan Lily. Lily melotot pada Chris dengan tidak senang, hingga lift berhenti di area pakiran dan Chris menarik Lily keluar dari dalam lift. "Tunggu di sini, jangan coba-coba kabur!" pesan Chris dengan penuh penekanan. Chris mengancam Lily dan segera mencari mobil di pakiran, lalu masuk ke dalam. Dia mengemudi ke depan Lily dan membuka pintu di samping driver. Mau tidak mau, Lily masuk ke dalam sebelum CEO gila kembali emosi sambil meletakkan paper bag di antara kedua pahanya dan di lihatin oleh Chris yang menelan ludah. "Kita mau ke mana?” tanya Lily pelan. Chris tidak menjawab dan terus mengemudi mobil dan terus bungkam. Mobil melaju ke arah apertemen mewah dan memasuki pakiran di bawah tanah. Pintu mobil dibuka, Chris keluar dari mobil. Sedangkan Lily mengikuti dari belakang. Keduanya memasuki lift menuju lantai 6. Melihat suasana di lantai 6 dan memasuki ruangan apertemen. Lily sudah menebak, apa yang akan dilakukan oleh Chris selanjutnya. Tebakkan Lily benar,
Baca selengkapnya

14

"Hmmm ...." gumam Chris dengan suara tidak jelas dan hatinya masih banyak rasa penasaran. Salah satu cara yang dilakukan Chris hanya mengirim pesan ke ponsel Lily berulang kali seperti psikopat yang sedang meneror calon korban. Lily yang sudah selesai berendam air panas. Ia melihat baterai hp sudah penuh dan langsung mencabut colokkan. kemudian menghidupkan ponsel. Serangan bunyi dari pesan pun masuk secara bersamaan membuat perasaan Lily tidak enak. "Ini pasti pesan dari bajingan Chris," batin Lily yang menebak serangan pesan yang masuk ke dalam ponselnya secara serentak. Di data ponsel hanya ada panggilan dari nomor James Holland dan Chris. Saat Lily akan membuka isi pesan di hp, suara pangilan dari Chris pun masuk secara mendadak. "Hallo, Tuan Chris!" "Di mana kau?" seru Chris dengan suara keras. Lily menjauhi ponsel dari telinga. "Di rumah, ada apa?” Lily membalas dengan suara judes. "Oh.” Setelah mendengar jawaban Lily, Chris langsung mematikan layar ponsel. Sedangka
Baca selengkapnya

15

Rasa sakit yang tak kunjung hilang, semakin menambah keringat bercucuran di tubuh Lily yang kini di nikmati oleh Chris. Chris semakin menyerang Lily dengan ganas tanpa pemanasan dan kasar. Di bagian bawah tubuh Lily terus dipaksa oleh Chris untuk menerima ukuran yang besar dan keras. Lily tidak punya keinginan untuk menangis dan melawan, hanya bisa menatap Chris yang terus sibuk di bawah tubuhnya. Seperti serigala lapar yang memakan daging korban buruan dengan lahap. Semakin lama perbuatan Chris bertambah ganas. Seperti terbawa perasaan kebencian, Chris sangat ingin menghancurkan tubuh Lily di saat ini juga. Kedua tangan Lily mengenggam erat sprai kasur yang putih untuk menyalurkan rasa sakit di bagian bawah. "Cih," decak Chris yang membalikkan tubuh Lily, kemudian memasukkan lagi miliknya ke dalam tubuh Lily dengan satu kali hentakan kuat. Lily yang membelakangi Chris, ia memilih untuk menggingit erat bawah bibir dengan tujuan menahan suara dan air mata ag
Baca selengkapnya

16

Mendengar suara pesan masuk, Lily mengambil hp di tas dan melihat isi pesan dari James Holland. Bibir Lily yang merah langsung tersenyum bahagia. Bersamaan dengan Chris yang datang untuk menagih dokumen rapat hari ini. Chris yang mencuri lihat ke arah Lily merasa sangat cemburu dengan orang yang pesannya dibalas oleh Lily. Selama ini, Chris mengirim banyak pesan ke Lily, tapi tak pernah dibalas oleh Lily sekali pun. Dalam hati, Chris memutuskan akan mengawasi Lily dan tidak perduli apapun caranya yang akan di gunakan olehnya. *** Beberapa jam kemudian, melihat waktu yang sebentar lagi menunjukkan jam 5 sore, James Holland bergegas keluar dari rumah sakit dengan mengendarai mobil ke salah satu toko bakery untuk mencari kue ulang tahun. Melihat ada rasa green tea macha, James Holland meminta pelayan bakery untuk dituliskan ucapan selamat ulang tahun di kue tersebut. Pelayan toko bakery itu melakukan sesuai permintaan James Holland untuk menulis kata selamat ulang tahun. J
Baca selengkapnya

17

"Benarkah?" balas Lily yang tidak yakin dengan perkataan James Holland. "Apa wajah aku terlihat berbohong padamu?" James Holland mendekatkan wajahnya ke arah Lily. "Kok, aku kurang yakin kalau kau bisa belanja di tempat seperti itu?" sambung Lily lagi. "Tentu bisa?" sahut James Holland sambil tersenyum renyah. James Holland tidak berani bilang sejujurnya ke Lily karena takut ditolak oleh Lily, jadi mencari alasan untuk berbohong saja. Melihat perilaku James Holland kepada Lily, entah mengapa Chris merasa menjadi pria terburuk dalam sejarah manusia. Karena untuk menyenangkan hati wanita saja, ia tidak pernah melakukannya apalagi memberi kejutan seperti yang dilakukan James Holland pada Lily. Saat Chris berdiri, seluruh ruangan menjadi gelap karena pemadaman lampu secara tiba-tiba. James Holland tahu jika Lily tidak suka gelap dan ia pun menutup mata Lily dengan jas di kepala Lily, lalu membawa Lily pergi tanpa menunggu lampu dihidupkan. Tidak sampai 3 menit, lampu kembali h
Baca selengkapnya

18

Mau tidak mau Chris mengambil berapa dokumen untuk diselesaikan daripada mengabaikannya sehingga menumpuk lebih tinggi lagi. Sejam kemudian, dokumen yang belum diselesaikan masih banyak dibandingkan yang sudah selesai. Emosi Chris langsung kembali membara bagaikan lautan api sambil mengumpat tak jelas di dalam kantor. Tidak lupa melampiaskan emosinya kepada barang yang bernasib na'as. *** Jam makan siang akhirnya tiba. Semua staff berhamburan ke arah kantin kantor. Seperti biasa, Lily akan datang terlambat untuk menghindari rebutan makanan dan tempat duduk. Karena para sikap staff yang kelaparan sungguh menakutkan untuk Lily. Seperti para napi yang merebut makanan enak di sel penjara. Chris berjalan ke arah ruangan Nelson Jong, lalu masuk tanpa permisi lagi. Ia meletakan sebagian dokumen yang sudah selesai di meja Nelson Jong dan menatap wajah Nelson Jong dengan tatapan super tajam. "Kenapa lagi?" tanya Nelson Jong santai. "Kau pasti sengaja melakukan ini," oceh Chris deng
Baca selengkapnya

19

"Aku kira kau akan mati," suara Nelson Jong mengaketkan Chris yang sedang bermalas-malasan. Chris langsung duduk dengan tegap untuk menjaga imej sebagai CEO yang berwibawa. Nelson Jong langsung duduk di depan Chris. Kedua mata berlensa coklat memandangi Chris dari rambut sampai ke arah pakaian. Chris mengerutkan dahinya. Ia meraaa tatapan mata Nelson Jong sungguh membuat dirinya tidak nyaman. "Ha... Ha.. ha... Ha ...." Nelson Jong tertawa ngakak sampai memegangi perutnya dan tidak henti-hentinya. Wajah Chris langsung memerah. Penderitaan dirinya telah ketahuan oleh Nelson Jong kini. "Tawa saja terus sampai puas," kata Chris memutar bola matanya kesal. "Chris, kau ini kenapa makin goblok belakangan ini? Apa yang menyebabkanmu jadi seperti ini, huh?" tanya Nelson Jong dengan wajah serius. "Tidak ada," Balas Chris dingin. Chris melanjutkan pekerjaannya kembali dan melihat isi dokumen, sedangkan Nelson Jong masih lanjut ketawa sampai terpingkal-pingkal akan kebodohan Chris yang
Baca selengkapnya

20

"Nel, kamu kenapa di sini?” tanya Lily bingung dan penasaran. "O, aku melihatmu ke arah sini, jadi aku ikuti saja. Siapa tahu mau melakukan hal aneh?" jawab Nelson Jong sangat jujur pada Lily dan tidak ada yang ditutupi. Kedua mata Lily terbelalak besar, ia pun mengaruk pipinya dengan jemari. "Aku mau turun ke bawah lewat tangga," balas Lily dengan wajah tersipu malu. Nelson Jong yang tidak bisa menahan tawa. Ia langsung tertawa ngakak sembari memeluk perutnya. "Di sanakan ada lift. Kenapa pakai tangga sih?" ucap Nelson Jong menujuk ke arah lift yang dekat dengan anak tangga darurat. Lily melihat arah tangan yang di tunjukan oleh Nelson Jong. "Kok aku baru sadar kalau di sana ada lift?" ucap Lily terheran karena selama beberapa tahun tidak menyadarinya. "Dibuat berapa bulan lalu. Ayo," ajak Nelson Jong. "Kok aku bisa sampai tidak sadar?" gumam Lily yang akhirnya mengikuti Nelson Jong dari belakang. Perasaan Chris yang awalny
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
15
DMCA.com Protection Status