Home / Romansa / Gerimis Bulan Desember / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Gerimis Bulan Desember: Chapter 11 - Chapter 20

37 Chapters

Bab 11 Welcome to The Hell

Menurutku long flight alias penerbangan panjang adalah neraka mini. Lelahnya dobel, stresnya dobel. Kenapa aku bisa bilang gitu, karena beban pekerjaan serasa tambah berat. Harus menerjang zona waktu yang beda. Bedanya bisa nggak main-main, dua zona waktu dari WIB ke WITA, WITA ke WIT.Rasanya udah mirip kayak jetlag, padahal masih di satu wilayah Indonesia. Ya kayak sekarang inilah. Badan masih serasa di Jakarta, tapi fisik udah di Timika.Belum lagi ketemu penumpangnya yang banyak karakter. Rerata penumpang daerah timur itu agak susah dibilangi. Agak rumpik dan banyak maunya, menurutku sih. Jadi, membutuhkan kesabaran ekstra dalam menghadapinya.Ya udahlah bisa apa. Jalani aja meskipun bantalan mata panda mulai muncul saat aku berkaca. Gimana nggak setelah menempuh penerbangan panjang lokal rasa jetlag, aku cuma istirahat 9 jam di Timika. Setelah itu, aku harus balik kerja rute baru yakni, Timika – Bali – Jakarta.Tiga zona waktu da
Read more

Bab 12 Kontrak di Malam Berdebar

Suasana ramai terlihat di sebuah rumah berhalaman luas. Tampak sebuah acara pernikahan akan berlangsung sebentar lagi. Di depan rumah sudah ada dua buah janur kuning besar yang melengkung ke bawah. Tak hanya itu, jejeran karangan bunga bertuliskan “Happy Wedding Wisnu dan Bridgia” terlihat memenuhi sepanjang jalan rumah itu.Sudah jelas pernikahan siapa, Brie dan Inu. Di pagi yang tidak terlalu cerah ini keduanya akan menikah. Bahkan semenjak Subuh, Brie sudah dirias dengan riasan adat Putri Solo. Pramugari muda itu cantik sekali, berulang-ulang dapat pujian dari sana-sini.Namun, kesibukan itu berbanding terbalik dengan suasana hati Brie yang terasa sepi. Dia merasa sepi di tengah riuhnya suasana. Setelah dirias, dia lebih suka menepi di tepi jendela kamar. Tak banyak meminta sesuatu atau pun bersuara.Dia hanya ingin hening berteman air matanya.Iya, memang betul air mata Brie tak hentinya mengalir. Sama seperti hujan gerimis yang mulai turu
Read more

Bab 13 Not Honey, But Bee Moon

Aku membalur badan dengan cream sunblock. Demi kulit agar tak gosong sebab siang ini aku akan berjalan santai di pantai. Rupanya anggapan santai kayak di pantai itu benar. Otakku yang jenuh karena masalah akhir-akhir ini terasa mulai mengendur.Mulai rileks, meskipun suasana tegang. Gimana nggak, kedatanganku ke pantai ini adalah dalam rangka bulan madu. Yeap, bulan madu!Namun, ya udahlah. Aku nggak perlu membahas hal yang tidak penting. Terpenting adalah aku bisa liburan. Thanks to Inu karena ngajak aku ke penginapannya di kawasan Pulau Seribu. Walaupun, aku juga nggak mau deketan sama dia. Sumpah dia serem. Bergidik ngeri kala mengingat tindak tanduknya selama berada di dekatku.Dia suka mendekatiku, tak membiarkanku lepas dari pandangannya. Inu bahkan mulai menunjukkan gesture tubuh yang aneh. Semacam akan menerkamku. Jadi ngeri sendiri karena aku tak suka kontak fisik dengan lawan jenis. Sama penumpang aja aku jaran
Read more

Bab 14 Drizzle

Suara gerimis terdengar sampai ke kamar ini. Mungkin karena nuansa terlalu hening. Hanya suara desah napas kami dan sesekali pekikan kecil dariku. Oh iya, jangan melupakan suara debur ombak yang riuh itu. Maaf aku terlalu tak fokus pada suasana. Sebab dia terlalu menguasai diri ini.Tubuh hangatnya bak selimut besar yang membalut seluruh tubuhku. Tanpa ada penolakan kini dia ada di atas badanku. Keintiman ini makin ditunjang dengan temaram lampu kecil hanya menyala satu. Apa ini yang disebut romantis?Aku memberanikan diri menatap ke dalam sorot matanya yang teduh. Keteduhan yang hanya akan terlihat saat mata kami berpadu dari dekat. Seperti saat ini, dia di atasku dengan napas yang tersengal-sengal. Inu Adikara melepas predikat perjakanya bersamaku, istri hasil pernikahan bodoh ini.Kurasakan gejolak estrogen, testosteron, dan progesteron yang memacu adrenalin. Awalnya sakit dan takut serta sedih kurasakan saat Inu memulainya. Namun, semakin dia melakukan itu,
Read more

Bab 15 My Rival Husband

Bab 15 My Rival HusbandMy husband my rival, suamiku musuhku, sepertinya itu judul film yang bagus, ya? Sama seperti situasiku saat ini, di mana aku mulai tertarik pada suami pernikahan aneh ini – yang awalnya seperti musuh. Akhirnya, tak dapat berbohong pada sisi hati yang lain, aku sepertinya mencintai Inu Adikara.Apalagi setelah dia merenggut kesucian yang terjaga selama 22 tahun milikku, rasa itu makin menancap. Merasuk ke dalam tubuhku, sama seperti benihnya. Oh iya, semoga benih yang tersebar itu tak jadi janin. Kumohon Tuhan, biarkan kepelikan ini terurai dulu, jangan ditambah kepelikan baru lagi.Damn, kenapa semalam aku lupa perihal alat kontrasepsi? Heuks, nooo! Please, lupain Bridgia! Bukankah kalian udah sepakat nggak bahas itu lagi? Nggak anggap tindakan semalam itu ada? Yeaps, lupakan saja!            Jam sepu
Read more

Bab 16 Butuh Aspirin

Bab 16 Butuh AspirinWisnu Adikara POVBridgia Gantari Hyacinta, si merpati berseragam toska itu adalah manusia dengan lonjakan sikap paling aneh sedunia. Sebentar dia baik, sebentar jahat. Kadang pendiam manis, sesaat langsung barbar. Sebentar pemalu, sebentar memalukan dirinya sendiri. Pokoknya dia adalah manusia yang berhasil membuatku sakit kepala sepanjang hari.Bagaimana tidak, sikapnya nggak ada yang tentu, nggak bisa ditebak. Kayaknya gampang dimanipulasi, nyatanya nggak. Kayaknya gampang dirayu, bahkan sampai suka hati melakukan bulan madu denganku saat itu. Nyatanya, dia masih enggan menyerahkan hatinya. Sulit digenggam, kayak belut.Brie adalah spesies manusia yang membuatku tak berhenti memikirkannya. Bahkan, sejak pertama kali bertemu dengannya lagi setelah 9 tahun, dia selalu dalam benakku. Brie, burung kolibri, kecil lincah dan cantik. Tingkahnya unik dan menarik. Sangat berbeda dengan Belva karena memang keduanya
Read more

Bab 17 Memori Akhir Tahun

Bab 17 Memori Akhir TahunPernikahan mengubah hidup manusia, termasuk Bridgia alias me. Hidupku berubah 190 derajat setelah menikah dengan manusia psikopat bernama Inu Adikara. Aku yang tak pernah peduli dengan hidup orang lain, mulai mempedulikan hidup Inu. Aku yang cuek dan independen mulai memikirkan nasib orang lain, termasuk nama baiknya.Perubahan yang tak mudah, tapi harus kujalani. Mau protes nggak bisa, aku kadung nerima risiko saat mengucapkan bersedia dinikahi Inu. Sejak saat itulah, kehidupan aneh mulai kujalani.Lazimnya, orang menikah itu ada tahapannya kenal, pacaran, lamaran, nikah. Sedang aku ketemu, berantem, pisah, berantem lagi, dijodohin, pengajuan nikah, nikah. Mana tahapan pacaran dan lamarannya. Dilamar pakai seribu bunga di landasan pesawat cuma impian semu belakaku saja. Nggak akan pernah terjadi sampai kapan pun!Ngerasain lamaran yang manis aja kagak. Lamaranku itu berasa takeaway fastfood pakai drivethru. Sudah d
Read more

Bab 18 Akting, Tapi Nyaman

Bab 18 Akting, tapi Nyaman“Cinta itu tak selalu harus diucapkan 'aku cinta kamu', 'I love you', atau 'te amo'. Kepedulian pada hal kecil dan detail, perhatian seseorang pada sesuatu yang mungkin tidak kamu sadari juga bisa karena cinta.”Jawaban Inu Adikara berhasil melarutkan emosiku sore ini. Itu adalah jawaban atas pertanyaanku, “Apa maksud perhatianmu di lapangan tadi?”. Kutanyakan saat gerimis turun di malam hari saat kami duduk berdua di ruang makan tanpa banyak ekspresi.Gerimis melanda di penghujung Desember adalah judul yang pas. Terdengar sendu dan penuh kerinduan, ada kesedihan juga. Gerimis yang kusuka selalu membawa perasaan yang biru.Inikah rasanya hati yang mulai disusupi cinta? Entah bagaimana hatinya Inu padaku, aku tak berani memikirkannya. Toh, aku tak serta merta mengaku mencintainya, gengsiku masih kokoh.Sama seperti sore gelap menjelang malam ini, banyak hal yang harus kubicara
Read more

Bab 19 Mengenal Kata Rindu

Sebenarnya saya nggak sepenuhnya kasih Dek Bridgia izin, mengingat acara nanti malam adalah acara perdana Adek di Persit. Namun, karena menyangkut pekerjaan dan tanggung jawab, saya tidak bisa berbuat banyak. Hanya tolong diinfokan kalau mau terbang atau bekerja. Sesuaikan dengan kegiatan di asrama. Jangan sampai saya dianggap pilih kasih antara Adek dengan anggota yang lain. Apalagi Adek istri perwira.”Aku perlu menghela napas sekali lagi. Meredakan gemuruh di benakku karena ‘wejangan’ bu Rifki 10 menit yang lalu. Baru saja aku pulang dari aula karena harus bersiap kerja. Dan tentu saja dapat pesangon berupa kalimat panjang sentimen macam tadi.Ya, aku memang salah. Aku yang nggak tahu prioritas, cuma memikirkan diri dan kesukaan sendiri. Beliau hanya menunaikan tugasnya sebagai ibu pimpinan. Jadi, beliau emang apa adanya, bukan karena ada apanya.Jam 13.00, udara terasa dingin karena gerimis melanda sejak pagi. Aku baru pulang dari
Read more

Bab 20 Gerimis Bulan Desember

Bab 20 Gerimis Bulan DesemberGerimis bulan Desember telah berganti menjadi hujan bulan Januari semalam. Bukannya mereda, gerimis justru makin menderas. Ricik air hujan berubah menjadi guyuran, membuat bumi sekaligus hati membasah. Namun, rasanya masih kemarin kurasakan gerimis bulan Desember, sekarang rupanya sudah bulan Januari.Namun, rasanya masih sama. Bahkan, mungkin semakin larut. Awal Desember statusku masih lajang bahagia, awal Januari aku telah menjadi seorang istri – yang entah bahagia atau sengsara.Bahkan, di gerimis Desember, aku telah menyerahkan semuanya pada seorang lelaki bergelar suami. Entah apa perasaanku malam itu, aku mau saja. Sekedar nyaman atau terbawa suasana, semua mengalir begitu saja. Inu Adikara membawaku ke puncak asmara.            Bermuara pada tindakan nekatku di malam pekat waktu Malaysia. Kucelupkan sebuah benda tipis ke air seni saat itu juga. Tenan
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status