“Kamu mau merebut Inu, lagi?” tanyaku percaya diri di kafe bandara.Kukeluarkan ponsel dari tas kecil. Tak hanya itu, sebuah kertas kecil juga jatuh ke tanah. Ah, mungkin struk Indomaret yang terselip di dekat HP. Abai. Lantas kupencet nomor Inu dengan percaya diri dagu terangkat. Tentu untuk memanasi Belva.“Hai, Mas. Aku udah landing. Bisa jemput, nggak? Malas pulang sendiri,” ucapku sok imut di panggilan kepada Inu. Kurasa dia sudah sesak napas mendengar lonjakan sikapku.“Kamu sehat, Dek?” balasnya dari seberang dengan menyebalkan.“Hemm, jemput, ya, Mas. Aku pusing, kepala berputar-putar,” lanjutku nggak nyambung, tapi makin bahagia karena wajah Belva menggelinjang kepanasan.“Kenapa sih, kamu bikin aku takut deh!” Sepertinya di seberang Inu makin sakit kepala.“Okay, Mas. Aku tunggu, ya! Aku di Starbucks depan ban
Read more