"Evan!" seru Yuka setengah menjerit, "Coba, lihat ponsel kamu!" Tanpa menunggu reaksi apa pun dari Evan, Yuka merangsek ke depan, merebut ponsel dari tangannya. "Kok, bisa kebetulan gini, sih? Atau jangan-jangan …?" Mati kutu. Itu yang dirasakan Evan sekarang. Sungguh, ini bukan hal yang diharapkannya sekarang. Memang, pernah dulu dia menguatkan tekad untuk berterus terang mengakui segala kejahatannya. Dulu, jauh sebelum Prameswari ditemukan. Tetapi nyalinya langsung mengkerut, menyusut dengan sempurna, begitu berhadapan dengan Abah. Konyol rasanya, seperti seekor kucing yang menyerahkan ikan bakar hasil curiannya. Apalagi waktu itu Abah sedang terbaring sakit. "Evan, ternyata kamu ya yang sudah menipu Wari?" tuding Yuka dengan kemarahan membara di w
Read more