Home / Romansa / Taruhan Cinta CEO / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Taruhan Cinta CEO: Chapter 81 - Chapter 90

207 Chapters

Bab 81. Gara-gara Bunga Mawar

Bunda Anin terkejut mendengar sang cucunya mengatakan semua itu. ‘Apa yang dimaksud Gara?’ Bunda Anin bertanya-tanya dalam hatinya.Wanita yang usianya hampir setengah abad itu duduk menghadap Gara yang sedang menggambar. “Cemburu? Tanya Bunda Anin kepada cucunya. “Abang tahu cemburu itu apa?”“Cemburu itu marah, Nek. Om ganteg tuh lagi marah sama Tante cantik,” jelas Gara pada neneknya.“Om ganteng marah gara-gara Abang ngasih bunga ke tante,” timpal Bara yang membuat Aldin menggaruk kepalanya yang tidak gatal.‘Nih anak persis seperti emaknya,’ batin Aldin.“Sayang, jangan ikut campur urusan Om dan Tante ya.” Bunda Anin menempelkan jari telunjuknya pada bibir supaya kedua cucunya berhenti berkomentar. “Urusan orang gede itu rumit.”“Siap, Nek,” jawab Bara dan Gara hampir bersamaan.“Al, kamu jelasin ke Bunda, kalian kenapa?&rd
last updateLast Updated : 2021-06-24
Read more

Bab 82. Mencari Sisil

Tidak ada pilihan lagi, ia harus ke rumah mertuanya dan mencari sang istri di sana. “Mungkin Ssil ada di rumah ibu,” gumam Aldin. Lalu, mengambil kunci mobil kesayangannya yang berada di laci nakas.Aldin yakin kalau sang istri ada di rumah ibunya karena tidak ada lagi yang lebih dekat dengan Sisil selain anggota keluarga dan sahabatnya.“Kamu mau ke mana, Al?” tanya sang bunda saat berpapasan dengan putranya di bawah tangga yang berjalan dengan sangat terburu-buru.“Aku mau ke rumah mertuaku, Bun,” jawab Aldin sembari mencium pipi sang bunda. “Mungkin Sisil ada di sana,” tebak Aldin.“Hati-hati, Al!” teriak sang bunda kepada putranya yang berjalan setengah berlari.Aldin khawatir kalau Sisil marah dan kembali meminta untuk berpisah. Baru saja merasakan kebahagiaan dengan wanita yang sangat dicintainya, laki-laki itu tidak mau kalau semuanya hancur karena kecemburuannya yang tidak bisa ia
last updateLast Updated : 2021-06-25
Read more

Bab 83. Seribu Mawar Putih

“Secepatnya kirim seribu mawar putih ke rumah!” titah Aldin kepada asistennya melalui sambungan telepon.“Gue lagi makan wooi,” seru Rudi yang tak lain adalah sahabatnya sendiri. ‘Nih anak pasti berantem lagi sama bininya. Mereka yang berantem kenapa gue yang diribetin,’ batin Rudi.“Aku nggak denger ucapanmu,” ujar Aldin sembari menahan tawanya.“Gue juga nggak denger omongan lo,” balas Rudi dengan kesal sembari mengunyah makanannya dengan cepat.“Kalau telingamu udah nggak bisa mendengar sebaiknya mulai besok nggak usah masuk kerja lagi.” Aldin langsung menutup teleponnya sebelum sang sahabat menyahuti ucapannya.“Kampret emang lo ya,” umpat Rudi kepada sahabatnya yang juga bosnya di kantor. “Begini nih kalau punya bos sahabat sendiri, nggak nanggung-nanggung kalau nyuruh gue,” omel Rudi sambil mengetuk-ngetuk ponselnya menggunakan jari telunjuk.
last updateLast Updated : 2021-06-26
Read more

Bab 84. Menjauh Untuk Mendekat

"Sayang, kamu maafkan aku 'kan?" Aldin berjalan cepat menyusul istrinya menuju meja makan."Nggak!" jawab Sisil dengan ketus. "Sekarang aku maafin kamu, besok-besok juga kayak gitu lagi," ketus Sisil. Lalu wanita yang sedang marah duduk di kursi dengan meja yang penuh makanan di depannya.Jam makan malam sudah terlewat, sang bunda dan Aldin tidak mau makan sebelum Sisil diketemukan. Dan akhirnya mereka makan bersama setelah wanita cantik yang dicari-cari itu keluar kamar. Aldin sudah mencari istrinya dengan penuh kecemasan, tapi ternyata wanita yang dicari-cari itu sedang terlelap di kamar tamu di rumahnya sendiri.Hari ini mereka makan malam tanpa canda tawa seperti biasanya. Aldin tidak berani membujuk sang istri saat wanita bertubuh mungil itu sedang makan. Ia takut membuat nafsu makan istrinya hilang kalau dirinya terus berbicara."Bunda duluan ya, takut anak-anak nyariin." Bunda Anin segera pergi meninggalkan Aldin dan Sisil supaya anak
last updateLast Updated : 2021-06-28
Read more

Bab 85. Sama-sama Merajuk

Sisil kembali ke kamarnya saat Bara dan Gara sudah terlelap. Padahal ia ingin bermain dengan kedua keponakannya itu. "Aldin juga udah tidur, mungkin dia lelah nyariin aku," gumam Sisil sembari memandangi wajah suaminya yang sedang terlelap. Lalu wanita bertubuh mungil itu naik ke tempat tidur, dan berbaring di samping suaminya yang sudah terlelap. Kedua anak manusia itu tidur saling membelakangi. Hingga keesokan paginya tanpa terasa mereka tidur saling berpelukan. Saat Sisil membuka mata, wajah sang suami yang pertama ia lihat. Wajah tampan suaminya berada sangat dekat dengannya, sehingga embusan napas laki-laki yang berbrewok tipis itu terasa hangat di wajahnya. 'Al terlihat sangat kelelahan,' ucap Sisil dalam hati sembari mengelus wajah tampan itu. "Maafin aku, Al," gumam Sisil dengan sangat pelan. Wanita cantik itu segera turun dari tempat tidur setelah mencium pipi sang suami. Aldin tetap tertidur pulas tidak merasa terganggu sama
last updateLast Updated : 2021-06-28
Read more

Bab 86. Saling Merajuk

Aldin dan Sisil keluar dari kamar bersama-sama, tapi di antara mereka tidak ada yang saling menyapa satu sama lain.Sisil merasa suaminya sudah berubah, tidak mau memperjuangkannya lagi, padahal Aldin memberinya waktu untuk menenangkan diri. Sedangkan Aldin berpikir kalau wanita yang dicintainya itu terlalu egois dan tidak menghargai usahanya untuk meminta maaf, kesabarannya merasa sudah habis menghadapi sang istri.Pasangan suami istri itu bersikap seolah-olah tidak saling kenal. Sampai di meja makan pun mereka sarapan dengan tenang. Tidak ada yang memulai percakapan. Membuat kedua keponakannya merasa heran. Bunda Anin menoleh pada kedua cucunya yang hendak berbicara. Wanita paruh baya itu menggelengkan kepalanya dengan pelan supaya kedua anak laki-laki itu tidak berbicara apa-apa kepada Om dan tantenya. Bara dan Gara pun tidak jadi berbicara. Mereka menghabiskan sarapannya dengan tenang.'Mereka nggak boleh melihat pemandangan aneh seperti ini. Ba
last updateLast Updated : 2021-06-30
Read more

Bab 87. Pura-pura Bahagia

Hari-hari pun berlalu dengan cepat, tapi bagi pasangan suami istri itu terasa sangat lama. Hidup satu atap, tapi saling membenci adalah hal yang sangat menyakitkan bagi keduanya.Pagi ini Sisil bangun pagi-pagi sekali. Ia segera masuk ke kamar mandi untuk mencuci muka dan mengganti pakaiannya, wanita cantik itu berniat melakukan olahraga pagi di hari libur ini.Sejak mertua dan keponakannya pulang dari rumahnya, Sisil kembali tidur di kamar pribadinya. Ia menghindari suaminya supaya tidak sering berdebat yang akan menambah buruk keadaan rumah tangganya."Apa keputusanku udah benar, tidur di kamar terpisah dengan suamiku sendiri?" gumam Sisil sembari berlari kecil mengelilingi halaman belakang rumahnya.Setelah berlari cukup lama, wanita cantik itu duduk selonjoran di rerumputan yang ada di taman bunga mawar di belakang rumahnya."Kalau aku balik lagi tidur di kamar utama, mau ditaruh di mana harga diriku. Aku kan pergi dari kamar itu atas kemauanku
last updateLast Updated : 2021-07-01
Read more

Bab 88. Kegelisahan Aldin

Ketika Aldin sedang menyeruput kopinya, terdengar teriakan Sisil memanggil pelayan di rumahnya."Ayo Pak kita berangkat! Aku udah siap!" teriak Sisil yang terdengar sampai ke telinga suaminya yang sedang duduk di teras depan rumah sembari menikmati kopi di pagi hari."Mau ke mana dia?" gumam Aldin setelah menaruh cangkir kopi di meja."Aku pergi dulu." Sisil meraih tangan Aldin, lalu menciumnya.Walaupun tidak minta izin untuk pergi keluar rumah, setidaknya ia sudah berpamitan dengan suaminya.Aldin tidak berbicara satu patah kata pun, walau dalam hatinya ia begitu penasaran ke mana istrinya pergi. Padahal seandainya Aldin bertanya, dengan senang hati Sisil akan menjawabnya.Laki-laki dengan brewok yang semakin tebal di wajahnya terus menatap sang istri yang sudah berdandan cantik itu.Sejak berselisih paham dengan istrinya, ia merasa sangat malas merawat dirinya sendiri karena tidak ada lagi yang protes jika brewoknya semakin menebal
last updateLast Updated : 2021-07-01
Read more

Bab 89. Perpisahan Jalan Yang Terbaik

 Sisil menyilangkan tangannya di bawah dada, menunggu laki-laki yang mengendarai mobil sport itu keluar."Ada apa lagi sih sama mereka? Bang Al juga ngapain lagi, bikin senam jantung aja. Kalau gue kenapa-kenapa, gimana nasib anak-anak gue?" gumam Andin. Mama muda itu memerhatikan Abang dan istrinya dari dalam mobil sembari memegangi setir.Aldin keluar dari dalam mobil, langsung berhadapan dengan istrinya. "Mau ke mana kamu?" tanya Aldin dengan nada bicara seakan mengejek wanita cantik yang sedang emosi itu.Sisil menggelengkan kepalanya, lalu membalikkan badannya melangkah meninggalkan sang suami tanpa berniat untuk menjawab pertanyaan suaminya.Tapi, baru satu langkah wanita bertubuh mungil itu melangkah, tangannya dicekal oleh sang suami. "Kenapa nggak jawab pertanyaanku? Kamu mau pergi sama Nabil 'kan?" tuduh Aldin pada istrinya.Sisil membalikkan badannya, lalu menampar laki-laki tampan yang selalu menuduhnya berselingkuh dengan
last updateLast Updated : 2021-07-02
Read more

Bab 90. Sama-sama Bersalah

"Bunda!" teriak Sisil dan yang lainnya saat melihat sang bunda terkulai lemas sambil memegangi dadanya.Aldin langsung menahan tubuh sang bunda yang berdiri di sampingnya sebelum terjatuh. "Bunda, maafin, Al," ucap Aldin sembari membopong sang bunda."Kita bawa ke rumah sakit," kata Andin sembari menitikkan air mata, "Pake mobil aku aja, Bang."Haidar segera masuk ke dalam mobil istrinya, ia duduk di bangku kemudi, sudah siap untuk melajukan kendaraan itu. Aldin membopong sang bunda, masuk ke dalam mobil adiknya."Nenek!" teriak Bara dan Gara hampir bersamaan. Kedua anak laki-laki itu menangis histeris saat sang nenek jatuh pingsan."Bil, kamu jaga anak-anak!" titah Andin pada Nabil. Lalu, wanita cantik yang terus meneteskan air mata itu menyusul suaminya masuk ke dalam mobil."Baik, Nyonya." Nabil langsung membawa Bara dan Gara masuk ke dalam rumah. Laki-laki itu berusaha menenangkan kedua anak kembar itu yang menangis melihat sang nenek pi
last updateLast Updated : 2021-07-03
Read more
PREV
1
...
7891011
...
21
DMCA.com Protection Status