Home / Urban / Tentang Harga Diri / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Tentang Harga Diri: Chapter 131 - Chapter 140

1073 Chapters

132. Tidak Boleh Gegabah

"Adam!" teriak Nicko dengan suara sedikit tercekik saat melihat tubuh pengawal yang melindunginya."Diam kau. Kau kira kau cukup hebat berani menangang kami ha!" seru Bernard Bass mengejek."Jadi bagaimana? Apa kau masih mau mengambil uang mertuamu?" Ralph Simmons ikut-ikutan mengejek.Suami Josephine telah terkunci. Tiap kali ia mencoba bergerak, tangan pria yang melingkari lehernya sambil membawa pisau menekan semakin kuar. Membuat dirinya terasa tercekik, terlebih lagi saat melihat kilatan pada pisau di hadapannya."Kemarilah dan ambil ini!" seru Ralph Simmons meletakkan sekantung uang di dekat kaki Bernard Bass. Sementara pria itu mengarahkan senjata apinya ke bawah dan tertawa lepas.Semetara itu di balik pintu ....Russell dan anak buahnya tampak bimbang melihat apa yang ada di hadapannya. Tuan Muda dalam keadaan terjepit, jika mereka masuk sekarang tentu akan membahayakan nyawa Tuan Muda.
last updateLast Updated : 2021-06-19
Read more

133. Di Atas Balkon

Keributan juga terjadi di balkon. Saat kedua anak buah penipu itu memeriksa keadaan di luar jendela.Bugh!Penembak jitu yang bersembunyi di balik talang air langsung memukul salah satu dari mereka."Kurang ajar!" seru kawan anak buah penipu yang tidak terkena pukulan anak buah Russell.Ia pun mulai mengarahkan kakinya pada anak buah Russell dan bersiap menendang. Sayang, anak buah Russell berhasil menangkap pergelangan kakinya dan membuat laki-laki itu jatuh terpelanting.Perkelahian itu pun tak dapat dihindari lagi oleh mereka. Sepertinya kedua kubu memiliki kekuatan yang berimbang. Mereka bisa saling serang dan tangkis."Huh, kuat juga mereka," gumam anak buah Russell. Pria berkepala pelontos itu tak ingin gegabah. Ia pun mulai memperhatikan gerak-gerik lawannya dengan sangat detail, dan mencoba mencari titik lemah mereka.Saat itulah anak buah Russell memperhatikan gerakan kaki kanan
last updateLast Updated : 2021-06-19
Read more

134. Tak Semudah Itu

Senjata api baru saja meletus dan memekakkan telinga. Kemudian diikuti oleh suara rintihan kesakitan dari seorang lelaki yang mengalami luka tembak pada betisnya."Sialan! Kau rupanya!" katanya sambil memegangi kakinya yang terluka. Sesekali ia menggigit bibir karena menahan sakit dan rasa panas akibat peluru timah yang menembus betisnya."Iya ini aku! Kau tidak mengira ini akan terjadi kan? Kalian semua sungguh bodoh!"Laki-laki yang terluka itu tak mengerti dengan apa yang dimaksud olehnya. Ia hanya bisa tertegun di tengah nyeri yang dialami. Tak mengira pria di hadapannya mampu menembak kakinya.Pria yang memegang senjata itu pun melepas jas dan kemejanya. Sebuah rompi anti peluru yang tebal disertai kantung kecil berisi darah yang sudah merembes berada di balik kemejanya.Dengan tenang ia membuka baju anti peluru yang ditempeli kantong darah itu dan melemparkan begitu saja."Kau lihat, tak ada luka tem
last updateLast Updated : 2021-06-19
Read more

135. Kalian Menyesal Kan?

Sementara di koridor ....Russell dan anak buahnya mengikat Tuan Simmons dan Tuan Bass beserta dua anak buah mereka.Mereka menyergap penipu itu yang dibawa keluar ruangan oleh anak buah mereka guna mendapat pertolongan. Kondisi mereka yang lemah, dan jumlah anggota yang lebih sedikit tentu membuat Russell dan anak buahnya mampu membekuk mereka dengan mudah."A ... Ampuni kami Tuan, jangan bunuh kami. Kami sungguh menyesal mempermainkan Bos Anda!" Ralph Simmons tampak memohon belas kasih. Sama halnya dengan Bernard Bass. Kepala pria ini tampak dipenuhi oleh keringat yang mengucur pada keningnya."A ... Ampuni kami. Kami melakukan itu karena kami memang membutuhkan uang," kata pria yang tadinya angkuh.Pria ini tak hanya memelas, tapi celana panjangnya juga basah karena mengompol. Belum lagi menahan nyeri akibat luka tembak pada betisnya.Plak!Russell menampar pipi Bernard Bass yang suda
last updateLast Updated : 2021-06-19
Read more

136. Perhatian Berlebih

"Apa yang terjadi denganmu Nick?" tanya Catherine saat Nicko baru saja pulang.Kakak dari Josephine itu memperhatikan sosok Nicko yang baru pulang dalam keadaan lusuh. Ia pun tak dapat menyembunyikan kekhawatirannya, apalagi saat melihat luka gores do bawah leher Nicko."Kenapa kau bisa terluka seperti ini?" Cathy terus memberondongnya dengan pertanyaan-pertanyaan."Duduklah dulu Nick, biar kubuatkan minuman dingin," tawar Catherine yang terkesan berlebihan. Sampai-sampai membuat Jo yang berada di sana merasa tersisih dan cemberut.Nicko yang mengerti keadaan dang istri pun langsung merangkul dan mencium keningnya."Aku baru saja menemui Bernard Bass," jawab Nicko tak melepaskan lengannya dari pundak Jo.Perempuan yang tadinya ngambek itu pun berbalik menatap suaminya. Ia ingin tahu tentang apa yang baru saja dilakukannya.Kesempatan ini tentu tak disia-siakan oleh Nicko untuk menunjukkan sisi
last updateLast Updated : 2021-06-20
Read more

137. Tak Tahu Terima Kasih

Daisy yang saat itu baru pulang membeli makanan beku pun langsung mendekat ke arah Jo dan juga menantunya. Wanita itu sepertinya tak sabar untuk mendapatkan sesuatu."Jadi kau berhasil meminta uang suamiku?" tanyanya dengan mata yang berbinar."Ya Bu, aku berhasil membuat mereka mengembalikan uang Ayah. Sekarang mereka tak akan berani menipu Ayah lagi," kata Nicko meyakinkan mertuanya."Baguslah kalau begitu. Sekarang kemarikan uangnya!" perintah Daisy sambil menadahkan tangannya."Ibu, bisakah Ibu tak hanya memikirkan uang dan uang saja?" tegur Jo yang terlihat kesal dengan perangai Ibunya."Tidakkah Ibu lihat bagaimana susahnya Nicko meminta kembali uang itu? Gara-gara kalian suamiku harus terluka," protes Jo lagi."Buat apa kau memprotes, sudah sewajarnya ia membela mertuanya. Lagipula suamimu masih hidup kan, jadi untuk apa dikhawatirkan?" balas Daisy enteng sambil tetap menadahkan tangan.
last updateLast Updated : 2021-06-20
Read more

138. Tak Ingin Ada Pertengkaran Lagi

Diam-diam Catherine mengamati adiknya yang menuju ke kamar sambil dirangkul oleh suaminya. Tak dapat dipungkiri, ada rasa iri yang memenuhi pikirannya saat melihat pemandangan itu.Diam-diam ia meletakkan kembali nampan berisi minuman dingin yang barusan ia buat untuk Nicko."Huh kenapa aku jadi memikirkan dia ya? Tidak aku tak boleh melakukannya. Dia itu suami adikku," batin Catherine.Ia masih ingat bagaiamana sosok pemuda itu menolongnya dan bagaimana penampilannya saat bertelanjang dada. Nalurinya sebagai wanita tak dapat diingkari kalau ia terpesona akan semua itu.Perempuan mana yang tak akan terpesona melihat tubuh pria yang terpahat dengan sempurna. Ditambah lagi sikap romantis yang terus-terusan ditunjukkan pada pasangannya. Terlebih bagi mereka yang baru saja mendapat perlakuan buruk dari pasangannya.Dalam hati ia sangat ingin bertukar tempat dengan adiknya. Ia tak keberatan jika harus menjadi tulang punggun
last updateLast Updated : 2021-06-20
Read more

139. Pengalihan Isu

"Jo, Nenek ingin kau menemuinya di hotel Windsor setelah pulang kerja," kata Edmund pada Jo dan membuat putri bungsunya terpaksa membatalkan menyuap pancake pada bibir merah mudanya."Untuk apa?" tanya Jo pada Ayahnya."Entahlah, kau datang saja!""Hmm," jawab Josephine sedikit malas.Permintaan Ayahnya membuat suasana sarapan pagi ini semakin tidak enak. Semenjak tadi ia berharap agar sang Ayah membahas kebaika. Suaminya, tapi ternyata itu semua percuma.Pria yang disebut Ayah itu sama sekali tak membahas masalah uang lima puluh jutanya, atau mengucapkan terima kasih pada menantunya. Diam-diam ia berpikir apa mungkin Ibunya belum mengembalikan uang milik Ayahnya."Ayah, kemarin Nicko telah mengambil kembali uang Ayah dari Tuan Bass, apa Ayah tak ingin mengucapkan sesuatu," tanya Jo.Edmund hanya mengernyitkan dahi dan melihat kedua putrinya."Jo, jangan sampai terlambat untuk dat
last updateLast Updated : 2021-06-21
Read more

140. Kegugupan Daisy

Wajah Daisy mulai sedikit pucat saat mendapati putri bungsunya menatapnya tajam. Wanita yang selalu berpenampilan wah ini sama sekali tak berani menatap sosok Jo di depannya, melainkan piring serta alat makan."Bu, apa Ibu tidak memberikannya pada Ayah?" ulang Jo.Edmund yang memang tak tahu menahu soal uangnya yang kembali pun ikut-ikutan menanyai istrinya."Daisy, apakah benar yang dikatakan oleh Jo?"Tak ingin harga dirinya runtuh. Ibu dua anak ini pun berdiri dan berkata dengan nada tinggi, bermaksud untuk menyembunyikan kegugupannya dengan kemarahan."Edmund, bukankah uangmu adalah uangku. Apa kau juga ingin ikut-ikutan tak menafkahi istrimu seperti laki-laki bodoh ini!" seru Daisy sambil menunjuk ke arah Nicko."Ibu, Ayah tak bermaksud begitu. Ayah hanya bertanya pada Ibu, apakah benar yang dikatakan oleh Jo," jawab Catherine tiba-tiba."Hei, kau kenapa jadi begini! Kenapa malah ikut-iku
last updateLast Updated : 2021-06-21
Read more

141. Permintaan Keluarga Windsor

Sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Nicko untuk menunggu istrinya di dalam mobil saat perempuan cantik itu menemui Nyonya Besar. Beberapa kali ia menemani Jo untuk berada dalam hotel Windsor, tapi tak satupun dari keluarga bahkan karyawannya yang bersikap ramah pada Nicko.Sementara itu di dalam Board Room Hotel Windsor ....Josephine tampak duduk dengan enggan sambil dikelilingi oleh keluarga besarnya. Entah apa yang membuat mereka memanggil dirinya kemari."Kau tahu kenapa kami memanggilmu kemari Jo!" kata Nenek masih dengan gaya khasnya yang menunjukkan kalau beliau adalah wanita berkelas yang memiliki kuasa.Jo menggeleng dengan malas."Kau sekarang kan sudah bekerja dengan Richmond, apa kau tak bisa meminta bantuan pada direktur untuk memberi keringanan pinjaman?" tanya Nenek."Maaf Nek, kalau soal itu aku tak bisa ikut campur," kata Josephine penuh harap agar keluarganya mengerti."Ka
last updateLast Updated : 2021-06-21
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
108
DMCA.com Protection Status