All Chapters of Tentang Harga Diri: Chapter 121 - Chapter 130
1073 Chapters
122. Sebuah Kejanggalan
Wajah mertua Nicko tampak memerah dan tak henti bersungut-sungut begitu keluar dari First Gems. Hinaan dan pengusiran yang dilontarkan oleh Tuan Hudson tentu saja tak bisa mereka terima."Kau ini bodoh sekali Edmund, bagaimana bisa kau tidak mengetahui kalau permata itu palsu," umpat Daisy pada suaminya."Mana mungkin aku mencurigai benda itu palsu. Benda itu dilelang oleh ketua perkumpulan pengagum permata, bahkan membuat Bernard Bass kecewa karena kalah denganku. Kalau kau tahu bagaimana kami berebutan lelang harga," bantah Edmund tak mau kalah."Tapi buktinya, benda itu pecah saat terjatuh dan membentur lantai marmer. Kenapa kau tak memeriksa permata-permata itu lebih dulu sebelum membelinya."Sepasang suami itu terus saja bertengkar di dalam mobil. Membuat Catherine yang bersama mereka merasa tidak nyaman karena keributan itu. Sebab Ibunya tak hanya mengumpat, tapi juga beberpa kali memukul suaminya dengan kipas tangan yang mem
Read more
123. Jangan Pura-Pura Lupa
Seperti biasa Daisy melempar tas nya begitu tiba di ruang tamu. Perempuan itu pun berteriak memanggil nama menantunya untuk dibuatkan minuman dingin."Nicko! Cepar buatkan aku air limun yang dingin!" teriak Daisy.Si menantu yang saat itu hendak masuk ke dalam kamarnya pun berhenti sejenak. Sedangkan istrinya mengangkat telapak tangannya dan mencegah suaminya melangkah.Perempuan berambut pirang itu pun berbalik begitu melihat suaminya tak melangkahkan kaki ke arah Ibunya. Dengan tegas ia pun berkata pada sang Ibu."Apa Ibu lupa dengan kesepakatan yang dibuat bersama Nicko?" tanya Josephine dengan sengit. Daisy yang tadinya meluruskan kakinya pada sofa pun langsung berdiri, karena tak suka ditentang oleh putrinya."Kau bilang apa? Kesepakatan? Kesepakatan yang bagaimana?"Josephine pun tersenyum sinis pada Ibunya yang entah lupa atau berpura-pura. Sambil melipat tangan di depan dada, ia pun melangkah
Read more
124. Menodai Pandangan
Josephine tampak mendampingi suaminya yang tengah memasang penutup kayu pada jendela kamar Catherine. Semalam, pemuda ini berjanji untuk memperbaiki jendela kamar Catherine agar kakak iparnya bisa istirahat dengan nyenyak dan aman.Kamar Catherine yang letaknya di samping kamar Jo memang tak memiliki dua lapis penutup jendela. Kalau dulu memang sangat nyaman, karena sinar matahari lebih banyak masuk ke kamarnya. Namun situasi sekarang, mereka tentu harus waspada, kalau-kalau Armando datang dan menyakitinya lagi.Cuaca yang panas membuat Nicko harus melepas t-shirtnya dan membiarkan bagian atas tubuhnya. Memperlihatkan dada bidang dan perut roti sobek serta rambut-rambut halus yang tumbuh di bawah pusar hingga ke bawah.Sesekali Josephine menggoda sang suami dengan memeluk tubuhnya dari belakang dan mengelus perutnya."Hmm, kenapa Sayang? Minta lagi? Semalam masih kurang ya?" balas Nicko nakal.Jo hanya mencubit lengan
Read more
125. Dugaan Catherine
Nicko berdiri sambil memandangi jendela kamar Catherine yang telah selesai ia perbaiki dengan susah payah."Akhirnya selesai sudah," kata Nicko sambil memandangi apa yang baru saja ia kerjakan. "Ini terlihat rapi," puji Jo kemudian menoleh ke samping dan mendapati sosok Catherine di sana."Eh Cathy? Kau sudah lama di sana?" tegur Jo kemudian."Sekarang kau bisa tidur nyenyak di kamarmu Cat. Aku sudah menambahkan jendela untukmu," kata Nicko."Terima kasih. Maafkan aku kalau selama ini selalu kasar terhadapmu," balasnya dengan penyesalan."Sudah lupakanlah," jawab Nicko santai.Pemuda itu pun melihat ke arah istrinya yang saat itu menunduk sambil memainkan jari, seolah ada hal yang dipikirkan. Ia pun melingkarkan lengan pada pundak Josephine dan berbisik untuk mencari tahu."Aku hanya memikirkan Ayah dan Ibu. Tidakkah kau berpikir kalau mereka berdua tertipu?" tanya Jo yang sepertinya khawatir de
Read more
126. Kasih Ibu
Dengan alasan ada proyek dadakan, Nicko pun berpamitan pada istri dan iparnya. Ia harus mencari tahu tentang lelang permata yang diikuti oleh Edmund.Mobil van putih itu pun membelah jalanan ibukota. Ia harus bertemu dengan Russell yang selalu bisa diandalkan."Huh ada-ada saja mertuaku ini," gumam Nicko sambil mengarahkan mobilnya ke rumah kedua orang tuanya. Ia memang sengaja untuk bertemu Russell di kediaman orang tuanya. Mengobati rasa rindu pada sosok yang melahirkannya.***Pagar elektronik itu pun terbuka begitu van putih milik Nicko tiba di depan. Inilah satu-satunya rumah mewah yang menerima van bututnya dengan baik."Biar saya parkir mobil Anda Tuan Muda," sapa seorang pekerja rumah Lloyd sambil menadahkan tangan, saat sosok Nicko baru saja menutup pintu mobilnya."Terima kasih, tolong ya!" katanya kemudian masuk ke dalam.Pekerja itu hanya menggeleng saat melihat tingkah laku
Read more
127. Siapa Dalangnya
Pria yang selalu berpakaian serba hitam itu pun berdiri menyambut saat melihat sosok Tuan Muda melangkah membuka pintu perpustakaan."Apa yang bisa kulakukan untuk Anda Tuan Muda?" tanyanya ramah.Nicko mulai menggeser kursi dan duduk dengan menyilangkan kaki dan mendongakkan wajah ke arah pengawalnya."Aku ingin kau cari tahu tentang lelang permata semalam, juga pria bernama Bernard Bass!" perintah Nicko."Baik Tuan Muda, beri saya waktu lima menit untuk mencari tahu.Pria berambut merah itu pun mulai menghubungi anak buahnya melalui benda pipih yang ada dalam genggaman. Tak butuh waktu lama, kurang dari lima menit saja, semua informasi yang dibutuhkan oleh Tuan Muda telah sampai di tangannya."Silakan Tuan Muda, kami sudah mendapatkan informasi yang Anda inginkan," katanya kemudian mengirimkan pesan pada Bos nya."Bagus!" kata Nicko kemudian mengambil gadget yang tersimpan di sakunya. Tepat
Read more
128. Tertuduh
Pandangan tak bersahabat mengarah pada Nicko saat pemuda itu masuk ke dalam ruang duduk keluarga Windsor. Semuanya tampak menunggu penjelasan darinya, terkecuali Josephine yang berusaha untuk menenangkan Catherine."Apa yang kau lakukan hingga mencuci otak semua cucu perempuanku?" tanya Nenek sambil menghentakkan tongkatnya.Nicko yang baru saja datang tentu saja tak mengerti maksud dari wanita tua yang sedang duduk di kursi khusus untuknya. Kursi dengan sandaran tinggi yang mempertegas statusnya sebagai sosok yang paling disegani oleh keluarga Windsor."Maaf, maksud Nenek apa ya?" tanya Nicko dengan hati-hati, karena tak ingin membuat wanita itu tersinggung."Sudahlah Nek, beri saja dia pelajaran. Orang macam dia tentu saja tak akan mau mengakui kesalahannya. Masih bagus di sini diberi tumpangan oleh Paman Edmund, tapi ternyata malah tak tahu membalas budi," cibir Damian yang sepertinya sengaja membuat Nenek semakin murka.
Read more
129. Ternyata Begini
"Jo, sebenarnya apa yang dibicarakan oleh keluargamu mengenai kehidupan rumah tangga kakakmu?" kata Nicko saat melewati malam bersama istrinya di kamar.Sudah menjadi kebiasaan bagi mereka berdua untuk melakukan pillow talk. Terlebih setelah kejadian perang dingin diantara mereka kemarin.Josephine menyandarkan kepala bada dada bidang sang suami. Membiarkan tangan kokoh itu mengelus rambutnya."Mereka datang tiba-tiba dan membicarakan perceraian Catherine," kata Jo.Beberapa jam sebelumnya, di rumah kediaman keluarga Windsor ....Saat itu Daisy dan Edmund baru saja membersihkan diri setelah mereka membereskan rumah dan menyiapkan makan malam. Sementara Catherine dan Jo sedang berada di ruang duduk.Secara tiba-tiba Damian datang bersama kedua orang tuanya dan juga nenek. Tanpa basa-basi mereka pun langsung melabrak Catherine yang masih dipenuhi duka."Cathy, apa yang terjadi pada rumah tanggam
Read more
130. Mendatangi Bernard Bass
"Apa kau yakin ini tempatnya?" tanya Nicko saat keluar dari belakang mobil Russell.Mereka baru saja tiba pada sebuah bangunan di salah datu pusat niaga yang sepi layaknya sudut mati. Pusat niaga ini cukup ramai beberapa tahun lalu, tapi berangsur-angsur sepi oleh persaingan bisnis.Banyak bangunan yang tak terawat di sekitar sini, bahkan ada yang bekas terbakar. Di sinilah mereka akan menemui Bernard Bass dan Ralph Simmons. "Benar Tuan Muda, kedua orang itu akan melakukan transaksi bagi hasi di sini," kata Russell.Nicko menghela napas panjang dan memperhatikan keadaan sekitar. Hanya ada beberapa orang di sana dan sebuah mobil berisi empat anak buah Russell."Anda tenang saja Tuan Muda, mereka akan mendapatkan apa yang menjadi milik Anda. Adam Reinhart sudah berada lebih dulu di sini," kata Russell meyakinkan.Kali ini entah kenapa Nicko merasa sedikit tegang dan pesimis. Apa yang akan dihadapinya kali ini berbe
Read more
131. Pemain Ganda
"Mau apa kau anak muda? Hendak cari masalah dengan kita?" tanya salah seorang anak buah Ralph."Aku akan membantumu!" seru Bernard Bass mengayunkan tangannya dan meminta agar anak buahnya mengepung Nicko. Namun pemuda ini sama sekali tak takut, sebab dari sekian pengawal yang mengepung ada sosok yang ia kenal, lagipula di belakangnya masih ada Russell dan anak buahnya yang bersembunyi."Kau menginginkan lima puluh juta milik mertuamu? Baiklah, jika kau mampu memgadapi mereka, maka kau akan mendapatkan sepuluh kali lipat dari uangmu!" seru Ralph Simmons menantang.Saat itulah Nicko mulai memasang kuda-kuda sambil melirik ke arah delapan orang pengawal yang mengelilinginya. Seseorang tengah bersiap menyerangnya dari belakang dan mengayunkan pukulan.Pemuda berambut cokelat terang ini pun menajamkan pendengarannya hingga mampu menangkap suara gerakan dari belakangnya."Sial!" serunya dalam hati, kemudian menunduk dan memb
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
108
DMCA.com Protection Status