Wajah mertua Nicko tampak memerah dan tak henti bersungut-sungut begitu keluar dari First Gems. Hinaan dan pengusiran yang dilontarkan oleh Tuan Hudson tentu saja tak bisa mereka terima.
"Kau ini bodoh sekali Edmund, bagaimana bisa kau tidak mengetahui kalau permata itu palsu," umpat Daisy pada suaminya."Mana mungkin aku mencurigai benda itu palsu. Benda itu dilelang oleh ketua perkumpulan pengagum permata, bahkan membuat Bernard Bass kecewa karena kalah denganku. Kalau kau tahu bagaimana kami berebutan lelang harga," bantah Edmund tak mau kalah."Tapi buktinya, benda itu pecah saat terjatuh dan membentur lantai marmer. Kenapa kau tak memeriksa permata-permata itu lebih dulu sebelum membelinya."Sepasang suami itu terus saja bertengkar di dalam mobil. Membuat Catherine yang bersama mereka merasa tidak nyaman karena keributan itu. Sebab Ibunya tak hanya mengumpat, tapi juga beberpa kali memukul suaminya dengan kipas tangan yang memSeperti biasa Daisy melempar tas nya begitu tiba di ruang tamu. Perempuan itu pun berteriak memanggil nama menantunya untuk dibuatkan minuman dingin."Nicko! Cepar buatkan aku air limun yang dingin!" teriak Daisy.Si menantu yang saat itu hendak masuk ke dalam kamarnya pun berhenti sejenak. Sedangkan istrinya mengangkat telapak tangannya dan mencegah suaminya melangkah.Perempuan berambut pirang itu pun berbalik begitu melihat suaminya tak melangkahkan kaki ke arah Ibunya. Dengan tegas ia pun berkata pada sang Ibu."Apa Ibu lupa dengan kesepakatan yang dibuat bersama Nicko?" tanya Josephine dengan sengit. Daisy yang tadinya meluruskan kakinya pada sofa pun langsung berdiri, karena tak suka ditentang oleh putrinya."Kau bilang apa? Kesepakatan? Kesepakatan yang bagaimana?"Josephine pun tersenyum sinis pada Ibunya yang entah lupa atau berpura-pura. Sambil melipat tangan di depan dada, ia pun melangkah
Josephine tampak mendampingi suaminya yang tengah memasang penutup kayu pada jendela kamar Catherine. Semalam, pemuda ini berjanji untuk memperbaiki jendela kamar Catherine agar kakak iparnya bisa istirahat dengan nyenyak dan aman.Kamar Catherine yang letaknya di samping kamar Jo memang tak memiliki dua lapis penutup jendela. Kalau dulu memang sangat nyaman, karena sinar matahari lebih banyak masuk ke kamarnya. Namun situasi sekarang, mereka tentu harus waspada, kalau-kalau Armando datang dan menyakitinya lagi.Cuaca yang panas membuat Nicko harus melepas t-shirtnya dan membiarkan bagian atas tubuhnya. Memperlihatkan dada bidang dan perut roti sobek serta rambut-rambut halus yang tumbuh di bawah pusar hingga ke bawah.Sesekali Josephine menggoda sang suami dengan memeluk tubuhnya dari belakang dan mengelus perutnya."Hmm, kenapa Sayang? Minta lagi? Semalam masih kurang ya?" balas Nicko nakal.Jo hanya mencubit lengan
Nicko berdiri sambil memandangi jendela kamar Catherine yang telah selesai ia perbaiki dengan susah payah."Akhirnya selesai sudah," kata Nicko sambil memandangi apa yang baru saja ia kerjakan. "Ini terlihat rapi," puji Jo kemudian menoleh ke samping dan mendapati sosok Catherine di sana."Eh Cathy? Kau sudah lama di sana?" tegur Jo kemudian."Sekarang kau bisa tidur nyenyak di kamarmu Cat. Aku sudah menambahkan jendela untukmu," kata Nicko."Terima kasih. Maafkan aku kalau selama ini selalu kasar terhadapmu," balasnya dengan penyesalan."Sudah lupakanlah," jawab Nicko santai.Pemuda itu pun melihat ke arah istrinya yang saat itu menunduk sambil memainkan jari, seolah ada hal yang dipikirkan. Ia pun melingkarkan lengan pada pundak Josephine dan berbisik untuk mencari tahu."Aku hanya memikirkan Ayah dan Ibu. Tidakkah kau berpikir kalau mereka berdua tertipu?" tanya Jo yang sepertinya khawatir de
Dengan alasan ada proyek dadakan, Nicko pun berpamitan pada istri dan iparnya. Ia harus mencari tahu tentang lelang permata yang diikuti oleh Edmund.Mobil van putih itu pun membelah jalanan ibukota. Ia harus bertemu dengan Russell yang selalu bisa diandalkan."Huh ada-ada saja mertuaku ini," gumam Nicko sambil mengarahkan mobilnya ke rumah kedua orang tuanya. Ia memang sengaja untuk bertemu Russell di kediaman orang tuanya. Mengobati rasa rindu pada sosok yang melahirkannya.***Pagar elektronik itu pun terbuka begitu van putih milik Nicko tiba di depan. Inilah satu-satunya rumah mewah yang menerima van bututnya dengan baik."Biar saya parkir mobil Anda Tuan Muda," sapa seorang pekerja rumah Lloyd sambil menadahkan tangan, saat sosok Nicko baru saja menutup pintu mobilnya."Terima kasih, tolong ya!" katanya kemudian masuk ke dalam.Pekerja itu hanya menggeleng saat melihat tingkah laku
Pria yang selalu berpakaian serba hitam itu pun berdiri menyambut saat melihat sosok Tuan Muda melangkah membuka pintu perpustakaan."Apa yang bisa kulakukan untuk Anda Tuan Muda?" tanyanya ramah.Nicko mulai menggeser kursi dan duduk dengan menyilangkan kaki dan mendongakkan wajah ke arah pengawalnya."Aku ingin kau cari tahu tentang lelang permata semalam, juga pria bernama Bernard Bass!" perintah Nicko."Baik Tuan Muda, beri saya waktu lima menit untuk mencari tahu.Pria berambut merah itu pun mulai menghubungi anak buahnya melalui benda pipih yang ada dalam genggaman. Tak butuh waktu lama, kurang dari lima menit saja, semua informasi yang dibutuhkan oleh Tuan Muda telah sampai di tangannya."Silakan Tuan Muda, kami sudah mendapatkan informasi yang Anda inginkan," katanya kemudian mengirimkan pesan pada Bos nya."Bagus!" kata Nicko kemudian mengambil gadget yang tersimpan di sakunya. Tepat
Pandangan tak bersahabat mengarah pada Nicko saat pemuda itu masuk ke dalam ruang duduk keluarga Windsor. Semuanya tampak menunggu penjelasan darinya, terkecuali Josephine yang berusaha untuk menenangkan Catherine."Apa yang kau lakukan hingga mencuci otak semua cucu perempuanku?" tanya Nenek sambil menghentakkan tongkatnya.Nicko yang baru saja datang tentu saja tak mengerti maksud dari wanita tua yang sedang duduk di kursi khusus untuknya. Kursi dengan sandaran tinggi yang mempertegas statusnya sebagai sosok yang paling disegani oleh keluarga Windsor."Maaf, maksud Nenek apa ya?" tanya Nicko dengan hati-hati, karena tak ingin membuat wanita itu tersinggung."Sudahlah Nek, beri saja dia pelajaran. Orang macam dia tentu saja tak akan mau mengakui kesalahannya. Masih bagus di sini diberi tumpangan oleh Paman Edmund, tapi ternyata malah tak tahu membalas budi," cibir Damian yang sepertinya sengaja membuat Nenek semakin murka.
"Jo, sebenarnya apa yang dibicarakan oleh keluargamu mengenai kehidupan rumah tangga kakakmu?" kata Nicko saat melewati malam bersama istrinya di kamar.Sudah menjadi kebiasaan bagi mereka berdua untuk melakukan pillow talk. Terlebih setelah kejadian perang dingin diantara mereka kemarin.Josephine menyandarkan kepala bada dada bidang sang suami. Membiarkan tangan kokoh itu mengelus rambutnya."Mereka datang tiba-tiba dan membicarakan perceraian Catherine," kata Jo.Beberapa jam sebelumnya, di rumah kediaman keluarga Windsor ....Saat itu Daisy dan Edmund baru saja membersihkan diri setelah mereka membereskan rumah dan menyiapkan makan malam. Sementara Catherine dan Jo sedang berada di ruang duduk.Secara tiba-tiba Damian datang bersama kedua orang tuanya dan juga nenek. Tanpa basa-basi mereka pun langsung melabrak Catherine yang masih dipenuhi duka."Cathy, apa yang terjadi pada rumah tanggam
"Apa kau yakin ini tempatnya?" tanya Nicko saat keluar dari belakang mobil Russell.Mereka baru saja tiba pada sebuah bangunan di salah datu pusat niaga yang sepi layaknya sudut mati. Pusat niaga ini cukup ramai beberapa tahun lalu, tapi berangsur-angsur sepi oleh persaingan bisnis.Banyak bangunan yang tak terawat di sekitar sini, bahkan ada yang bekas terbakar. Di sinilah mereka akan menemui Bernard Bass dan Ralph Simmons. "Benar Tuan Muda, kedua orang itu akan melakukan transaksi bagi hasi di sini," kata Russell.Nicko menghela napas panjang dan memperhatikan keadaan sekitar. Hanya ada beberapa orang di sana dan sebuah mobil berisi empat anak buah Russell."Anda tenang saja Tuan Muda, mereka akan mendapatkan apa yang menjadi milik Anda. Adam Reinhart sudah berada lebih dulu di sini," kata Russell meyakinkan.Kali ini entah kenapa Nicko merasa sedikit tegang dan pesimis. Apa yang akan dihadapinya kali ini berbe
Matthew tidak berkata apa-apa, bahkan bereaksi terhadap Josephine yang masih keheranan. Ia malah menunjukkan sikap dingin pada Josephine. Saat ini jantung Josephine pun bergetar penuh ketakutan, ia langsung memeluk tubuh Ian yang saat ini sudah tertidur dengan erat.Matthew melirik sejenak dan tak mempedulikan Jo, ia malah melangkah keluar dan kembali dengan membawa kejutan. Matthew langsung menarik tubuh dua penjaga yang sedang pingsan ke dalam dan menggulingkannya pada tumpukan jerami.Tanpa diduga Matthew pun mendekat ke arah Jo dan melepas jaketnya dan memberikan pada Josephine, “Pakai ini di luar akan dingin!”Sedikit ragu Josephine pun menerima dan memakai jaket milik Matthew. Pemuda asing itu pun mengangkat tubuh Ian pada pundaknya dan mengangguk , “Aku akan mengantarmu ke kota, setelah itu hubungi suamimu untuk menjemput! Kita harus cepat sebelum mereka semua bangun!” ajak Matthew.
“Jadi ini perbuatanmu?” tanya Nicko dengan geram. Kali ini wajahnya memerah dan matanya menatap tajam ke depan.“Ha ha ha kenapa? Apa ini terdengar menyakitkan untukmu? Baguslah kalau ini terdengar menyakitkan untukmu. Setidaknya dengan begini kau tahu telah berhadapan dengan siapa, dan kau bisa berpikir ulang untuk menghianati putriku!”“Watson, kau!” amuk Nicko. Kali ini ia benar-benar marah sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tangannya mulai mengepal kuat dan memaki pria yang meneleponnya. Tak ada yang pernaha mengira kalau Robert Watson, ayah Camilla terlibat penculikan istri dan anaknya sekarang.“Brengsek kau Watson, apa maumu! Aku peringaktan kau kalau aku tidak pernah mengkhianati putrimu. Itu hanya sebuah permainan konyol di masa kecil!” balas Nicko.“Permainan konyol masa kecil katamu? Sayang sekali sampai sekarang putriku masih saja
Pria yang dikenal Josephine melipat tangannya di depan dada lalu berjalan mendekati Josephine. “Kau ingin tahu kenapa aku bisa berada di sini? Tentu saja karena aku ingin bertemu denganmu manisku.”Tentu saja pria itu adalah Gerlad Jones, laki-laki paling egois yang pernah dikenal oleh Josephine.“Apa kau tidak bosan menggangguku terus menerus? Bukankah kau sudah tahu kalau aku dan kau tidak lagi ada hubungan apa-apa?” balas Josephine dengan ketus.Gerald langsung berjongkok dan menjajari posisinya dengan Josephine. Kali ini ia menyentuh lembut pipi Josephine dan membuat mantan kekasihnya itu jijik.Josephine tampak menepiskan tangan Gerald yang terus saja berusaha untuk menyentuhnya. Semakin Josephine menghindar semakin ia senang untuk menggodanya.“Kulitmu tetap saja mulus dan lembut, hanya saja sekarang kau sedikit berbeda. Sepertinya kau sedikit
Sore ini Nicko tengah menemani Josephine dan Ian untuk pergi ke taman. Kali ini mereka hanya ditemani oleh Jacklyn dan juga Owen pengawal Ian dan Jo.Sepertinya sudah cukup lama Josephine tidak menghabiskan waktu bertiga seperti sekarang ini. Belakangan, Nicko memang sibuk dengan segala aktivitasnya sendiri dan juga dunia pengobatan yang baru saja didapatkan olehnya. Kini mereka pun berpikir untuk beristirahat sejenak, lagipula semalam Jo berkata kalau ia ingin berbagi.Dengan bantuan Owen dan juga Jacklyn mereka pun menggelar meja dan meletakkan beberapa kotak makanan di sana yang akan diberikan pada siapapun yang membutuhkan secara cuma-cuma. Kali ini bukan hanya Jo saja yang terlihat begitu senang, tapi juga Ian, karena ia sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama ayah angkatnya itu.Begitu Nicko selesai membereskan meja dan meletakkan beberapa makanan, seorang wanita paruh baya dengan pakaian lusuh pun mendatangi mereka. Dilihat dari pakaian yang dikenakan sepertinya dia adalah
Saat ini Andrew Young benar-benar terdesak. Ia benar-benar tidak menyangka akan mengalami nasib seperti ini.Orang yang dulu pernah dia remehkan tiba-tiba saja membalikkan keadaan hanya dalam hitungan beberapa menit saja. Dulu ia menganggap remeh keluarga Watson karena mereka memiliki kelas ekonomi di bawahnya.Apalagi dengan Nicko, dia justru tak pernah memperhitungkan pemuda itu sama sekali. Justru menganggap Nicko seperti hama yang harus segera dibasmi. Namun sekarang dialah hama itu. Bahkan Chuck yang jadi sekutunya juga menyalahkan dirinya.“Chuck, kau tidak menganggapku lagi? Apa kau tidak mengingat hubungan baik kita terdahulu?” tanya Tuan Young dengan suara yang terdengar bergetar karena mengandung kesedihan.Chuck menggeleng dan kembali berkata, “Apa kau tidak dengar apa yang telah dikatakan oleh pamanku tadi? Kami keluarga Watson sama sekali tidak menyambut kedatangan seorang pembohong. Sekarang lebih baik kau pergi dari sini!”“Chuck kau,—” Andrew tak lagi melanjutkan ucapa
Tubuh Andrew Young tiba-tiba terasa kaku dan lemas. Sekarang ia sudah tidak punya uang lagi dan itu sangat menyakitkan. Sekarang ia mendengar kabar kalau putra bungsunya mati bunuh diri, hidupnya benar-benar hancur saat ini.Dengan langkah yang gontai ia pun berjalan ke arah panggung kembali. Saat itu ia sudah melihat keadaan yang porak poranda. Semuanya penuh dengan sampah dan tak ada satu orangpun di sana.Ia pun berjalan dengan gontai, tapi seketika seorang pelayan pun datang untuk mengejarnya, “Maaf Tuan Young, ini tagihan untuk acara malam ini!”Saat itulah Andrew Young langsung menepuk dahinya dan bergumam kalau ia hampir lupa dengan tagihan yang harus dilunasinya. Saat menyewa tempat ini memang ia baru membayar setengah dari total layanan banket yang dipesan olehnya.Saat ini ia masih bisa bernapas lega sebab dalam saldo rekeningnya masih tersisa uang untuk biaya pelunasan acara kali ini. Namun untuk setelah itu ia tidak tahu harus bagaimana. Bahkan tidak yakin bisa membeli tik
Andrew Young tersentak dengan pernyataan mantan pengawalnya itu. Apalagi mereka malah menahannya dan membuat dirinya tidak lagi bisa bergerak dan mengumpankan pada orang-orang yang kini memburunya.Sebenarnya sekarang dia sudah benar-benar terjepit, tak ada yang bisa menolongnya. Ingin berteriak dan meminta tolong pada Matthew tapi sekarang anak muda itu sudah tidak bersamanya lagi. Lalu Tuan Watson, seharusnya pria itu bisa diandalkan olehnya. Sementara Chuck, adalah benar-benar sekutu baginya. Namun posisi mereka terlalu jauh dan tak memungkinkan untuknya berteriak.Kalaupun ia berteriak meminta bantuan mereka, sebelum Chuck datang ke sini dirinya pun sudah babak belur.Kini yang bisa dilakukannya hanya menggertak mantan pengawalnya lagi agar mau melindunginya. Pengawal yang telah dipecatnya adalah kumpulan orang-orang bodoh dengan badan yang kekar. Dengan memberikan mereka sedikit harapan saja, mereka pasti akan bergerak melindunginya, tak peduli sesulit apa rintangan yang harus di
Andrew Young mencoba untuk mengejar Nyonya Eleanor yang sekarang sudah menuruni panggung dan mengarah pada jalan keluar. Ia terus saja memanggil wanita itu dan memintanya untuk kembali.Namun sayang saat ia baru saja menuruni panggung ia sudah dihadang oleh beberapa orang yang telah membeli obatnya.Salah satunya adalah Tuan Austin. Ia berdiri merentangkan tangan dan menghalanginya untuk pergi. “Kau mau kemana? Segera bertanggung jawab atas apa yang telah kau lakukan pada kami! Kembalikan uang kami!”Beberapa yang telah membeli obat itu pun ikut membantu Tuan Austin. Mereka semua tampak mengepungnya.“Cepat kembalikan uang kami!” seru orang-orang itu sambil berteriak marah.Andrew Young justru menggelengkan kepala dan mencoba untuk menolak, “Tidak … tidak kalian sudah tahu kan kalau jika barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan.”Namun orang-orang tidak mau mengerti dan berkata kepadanya dengan lantang, “Tidak bisa, uang ini harus dikembalikan karena kau telah melakukan penip
Andrew Young tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “Tentu tidak Tuan. Harga itu adalah harga yang sangat sepadan dengan apa yang kalian dapatkan.”“Huh kau pasti ingin merampok kami dengan membayar biaya yang tak sedikit itu! Aku tak mau membeli!” seru salah satu pengunjung.Andrew Young pun tersenyum sinis an berkata, “Aku tidak memiliki niat merampok pada kalian. Aku menetapkan harga yang pantas. Seperti yang kalian lihat pada pesta ulang tahun Tuan Watson, dan juga perubahan pada diriku. Kalian semua bahkan sudah menyentuhku dan merasakan perbedaan yang terjadi. Jadi menurutku 2,5 miliar itu sangat pantas.”Para pengunjung yang mengerubunginya pun berbicara seperti dengung kumbang. Setelah itu ia pun berkata lagi dengan memberikan penjelasan pada semuanya. “Apa kalian semua tidak tahu kalau di masa muda kita banyak menghabiskan waktu untuk bekerja keras, memikirkan banyak hal bahkan membuat kita lupa akan makan dan kurang tidur. Seringkali kita harus memakan makanan cepat saji unt