"Jo, sebenarnya apa yang dibicarakan oleh keluargamu mengenai kehidupan rumah tangga kakakmu?" kata Nicko saat melewati malam bersama istrinya di kamar.
Sudah menjadi kebiasaan bagi mereka berdua untuk melakukan pillow talk. Terlebih setelah kejadian perang dingin diantara mereka kemarin.Josephine menyandarkan kepala bada dada bidang sang suami. Membiarkan tangan kokoh itu mengelus rambutnya."Mereka datang tiba-tiba dan membicarakan perceraian Catherine," kata Jo.Beberapa jam sebelumnya, di rumah kediaman keluarga Windsor ....Saat itu Daisy dan Edmund baru saja membersihkan diri setelah mereka membereskan rumah dan menyiapkan makan malam. Sementara Catherine dan Jo sedang berada di ruang duduk.Secara tiba-tiba Damian datang bersama kedua orang tuanya dan juga nenek. Tanpa basa-basi mereka pun langsung melabrak Catherine yang masih dipenuhi duka."Cathy, apa yang terjadi pada rumah tanggam"Apa kau yakin ini tempatnya?" tanya Nicko saat keluar dari belakang mobil Russell.Mereka baru saja tiba pada sebuah bangunan di salah datu pusat niaga yang sepi layaknya sudut mati. Pusat niaga ini cukup ramai beberapa tahun lalu, tapi berangsur-angsur sepi oleh persaingan bisnis.Banyak bangunan yang tak terawat di sekitar sini, bahkan ada yang bekas terbakar. Di sinilah mereka akan menemui Bernard Bass dan Ralph Simmons. "Benar Tuan Muda, kedua orang itu akan melakukan transaksi bagi hasi di sini," kata Russell.Nicko menghela napas panjang dan memperhatikan keadaan sekitar. Hanya ada beberapa orang di sana dan sebuah mobil berisi empat anak buah Russell."Anda tenang saja Tuan Muda, mereka akan mendapatkan apa yang menjadi milik Anda. Adam Reinhart sudah berada lebih dulu di sini," kata Russell meyakinkan.Kali ini entah kenapa Nicko merasa sedikit tegang dan pesimis. Apa yang akan dihadapinya kali ini berbe
"Mau apa kau anak muda? Hendak cari masalah dengan kita?" tanya salah seorang anak buah Ralph."Aku akan membantumu!" seru Bernard Bass mengayunkan tangannya dan meminta agar anak buahnya mengepung Nicko. Namun pemuda ini sama sekali tak takut, sebab dari sekian pengawal yang mengepung ada sosok yang ia kenal, lagipula di belakangnya masih ada Russell dan anak buahnya yang bersembunyi."Kau menginginkan lima puluh juta milik mertuamu? Baiklah, jika kau mampu memgadapi mereka, maka kau akan mendapatkan sepuluh kali lipat dari uangmu!" seru Ralph Simmons menantang.Saat itulah Nicko mulai memasang kuda-kuda sambil melirik ke arah delapan orang pengawal yang mengelilinginya. Seseorang tengah bersiap menyerangnya dari belakang dan mengayunkan pukulan.Pemuda berambut cokelat terang ini pun menajamkan pendengarannya hingga mampu menangkap suara gerakan dari belakangnya."Sial!" serunya dalam hati, kemudian menunduk dan memb
"Adam!" teriak Nicko dengan suara sedikit tercekik saat melihat tubuh pengawal yang melindunginya."Diam kau. Kau kira kau cukup hebat berani menangang kami ha!" seru Bernard Bass mengejek."Jadi bagaimana? Apa kau masih mau mengambil uang mertuamu?" Ralph Simmons ikut-ikutan mengejek.Suami Josephine telah terkunci. Tiap kali ia mencoba bergerak, tangan pria yang melingkari lehernya sambil membawa pisau menekan semakin kuar. Membuat dirinya terasa tercekik, terlebih lagi saat melihat kilatan pada pisau di hadapannya."Kemarilah dan ambil ini!" seru Ralph Simmons meletakkan sekantung uang di dekat kaki Bernard Bass. Sementara pria itu mengarahkan senjata apinya ke bawah dan tertawa lepas.Semetara itu di balik pintu ....Russell dan anak buahnya tampak bimbang melihat apa yang ada di hadapannya. Tuan Muda dalam keadaan terjepit, jika mereka masuk sekarang tentu akan membahayakan nyawa Tuan Muda.
Keributan juga terjadi di balkon. Saat kedua anak buah penipu itu memeriksa keadaan di luar jendela.Bugh!Penembak jitu yang bersembunyi di balik talang air langsung memukul salah satu dari mereka."Kurang ajar!" seru kawan anak buah penipu yang tidak terkena pukulan anak buah Russell.Ia pun mulai mengarahkan kakinya pada anak buah Russell dan bersiap menendang. Sayang, anak buah Russell berhasil menangkap pergelangan kakinya dan membuat laki-laki itu jatuh terpelanting.Perkelahian itu pun tak dapat dihindari lagi oleh mereka. Sepertinya kedua kubu memiliki kekuatan yang berimbang. Mereka bisa saling serang dan tangkis."Huh, kuat juga mereka," gumam anak buah Russell. Pria berkepala pelontos itu tak ingin gegabah. Ia pun mulai memperhatikan gerak-gerik lawannya dengan sangat detail, dan mencoba mencari titik lemah mereka.Saat itulah anak buah Russell memperhatikan gerakan kaki kanan
Senjata api baru saja meletus dan memekakkan telinga. Kemudian diikuti oleh suara rintihan kesakitan dari seorang lelaki yang mengalami luka tembak pada betisnya."Sialan! Kau rupanya!" katanya sambil memegangi kakinya yang terluka. Sesekali ia menggigit bibir karena menahan sakit dan rasa panas akibat peluru timah yang menembus betisnya."Iya ini aku! Kau tidak mengira ini akan terjadi kan? Kalian semua sungguh bodoh!"Laki-laki yang terluka itu tak mengerti dengan apa yang dimaksud olehnya. Ia hanya bisa tertegun di tengah nyeri yang dialami. Tak mengira pria di hadapannya mampu menembak kakinya.Pria yang memegang senjata itu pun melepas jas dan kemejanya. Sebuah rompi anti peluru yang tebal disertai kantung kecil berisi darah yang sudah merembes berada di balik kemejanya.Dengan tenang ia membuka baju anti peluru yang ditempeli kantong darah itu dan melemparkan begitu saja."Kau lihat, tak ada luka tem
Sementara di koridor ....Russell dan anak buahnya mengikat Tuan Simmons dan Tuan Bass beserta dua anak buah mereka.Mereka menyergap penipu itu yang dibawa keluar ruangan oleh anak buah mereka guna mendapat pertolongan. Kondisi mereka yang lemah, dan jumlah anggota yang lebih sedikit tentu membuat Russell dan anak buahnya mampu membekuk mereka dengan mudah."A ... Ampuni kami Tuan, jangan bunuh kami. Kami sungguh menyesal mempermainkan Bos Anda!" Ralph Simmons tampak memohon belas kasih. Sama halnya dengan Bernard Bass. Kepala pria ini tampak dipenuhi oleh keringat yang mengucur pada keningnya."A ... Ampuni kami. Kami melakukan itu karena kami memang membutuhkan uang," kata pria yang tadinya angkuh.Pria ini tak hanya memelas, tapi celana panjangnya juga basah karena mengompol. Belum lagi menahan nyeri akibat luka tembak pada betisnya.Plak!Russell menampar pipi Bernard Bass yang suda
"Apa yang terjadi denganmu Nick?" tanya Catherine saat Nicko baru saja pulang.Kakak dari Josephine itu memperhatikan sosok Nicko yang baru pulang dalam keadaan lusuh. Ia pun tak dapat menyembunyikan kekhawatirannya, apalagi saat melihat luka gores do bawah leher Nicko."Kenapa kau bisa terluka seperti ini?" Cathy terus memberondongnya dengan pertanyaan-pertanyaan."Duduklah dulu Nick, biar kubuatkan minuman dingin," tawar Catherine yang terkesan berlebihan. Sampai-sampai membuat Jo yang berada di sana merasa tersisih dan cemberut.Nicko yang mengerti keadaan dang istri pun langsung merangkul dan mencium keningnya."Aku baru saja menemui Bernard Bass," jawab Nicko tak melepaskan lengannya dari pundak Jo.Perempuan yang tadinya ngambek itu pun berbalik menatap suaminya. Ia ingin tahu tentang apa yang baru saja dilakukannya.Kesempatan ini tentu tak disia-siakan oleh Nicko untuk menunjukkan sisi
Daisy yang saat itu baru pulang membeli makanan beku pun langsung mendekat ke arah Jo dan juga menantunya. Wanita itu sepertinya tak sabar untuk mendapatkan sesuatu."Jadi kau berhasil meminta uang suamiku?" tanyanya dengan mata yang berbinar."Ya Bu, aku berhasil membuat mereka mengembalikan uang Ayah. Sekarang mereka tak akan berani menipu Ayah lagi," kata Nicko meyakinkan mertuanya."Baguslah kalau begitu. Sekarang kemarikan uangnya!" perintah Daisy sambil menadahkan tangannya."Ibu, bisakah Ibu tak hanya memikirkan uang dan uang saja?" tegur Jo yang terlihat kesal dengan perangai Ibunya."Tidakkah Ibu lihat bagaimana susahnya Nicko meminta kembali uang itu? Gara-gara kalian suamiku harus terluka," protes Jo lagi."Buat apa kau memprotes, sudah sewajarnya ia membela mertuanya. Lagipula suamimu masih hidup kan, jadi untuk apa dikhawatirkan?" balas Daisy enteng sambil tetap menadahkan tangan.
Matthew tidak berkata apa-apa, bahkan bereaksi terhadap Josephine yang masih keheranan. Ia malah menunjukkan sikap dingin pada Josephine. Saat ini jantung Josephine pun bergetar penuh ketakutan, ia langsung memeluk tubuh Ian yang saat ini sudah tertidur dengan erat.Matthew melirik sejenak dan tak mempedulikan Jo, ia malah melangkah keluar dan kembali dengan membawa kejutan. Matthew langsung menarik tubuh dua penjaga yang sedang pingsan ke dalam dan menggulingkannya pada tumpukan jerami.Tanpa diduga Matthew pun mendekat ke arah Jo dan melepas jaketnya dan memberikan pada Josephine, “Pakai ini di luar akan dingin!”Sedikit ragu Josephine pun menerima dan memakai jaket milik Matthew. Pemuda asing itu pun mengangkat tubuh Ian pada pundaknya dan mengangguk , “Aku akan mengantarmu ke kota, setelah itu hubungi suamimu untuk menjemput! Kita harus cepat sebelum mereka semua bangun!” ajak Matthew.
“Jadi ini perbuatanmu?” tanya Nicko dengan geram. Kali ini wajahnya memerah dan matanya menatap tajam ke depan.“Ha ha ha kenapa? Apa ini terdengar menyakitkan untukmu? Baguslah kalau ini terdengar menyakitkan untukmu. Setidaknya dengan begini kau tahu telah berhadapan dengan siapa, dan kau bisa berpikir ulang untuk menghianati putriku!”“Watson, kau!” amuk Nicko. Kali ini ia benar-benar marah sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tangannya mulai mengepal kuat dan memaki pria yang meneleponnya. Tak ada yang pernaha mengira kalau Robert Watson, ayah Camilla terlibat penculikan istri dan anaknya sekarang.“Brengsek kau Watson, apa maumu! Aku peringaktan kau kalau aku tidak pernah mengkhianati putrimu. Itu hanya sebuah permainan konyol di masa kecil!” balas Nicko.“Permainan konyol masa kecil katamu? Sayang sekali sampai sekarang putriku masih saja
Pria yang dikenal Josephine melipat tangannya di depan dada lalu berjalan mendekati Josephine. “Kau ingin tahu kenapa aku bisa berada di sini? Tentu saja karena aku ingin bertemu denganmu manisku.”Tentu saja pria itu adalah Gerlad Jones, laki-laki paling egois yang pernah dikenal oleh Josephine.“Apa kau tidak bosan menggangguku terus menerus? Bukankah kau sudah tahu kalau aku dan kau tidak lagi ada hubungan apa-apa?” balas Josephine dengan ketus.Gerald langsung berjongkok dan menjajari posisinya dengan Josephine. Kali ini ia menyentuh lembut pipi Josephine dan membuat mantan kekasihnya itu jijik.Josephine tampak menepiskan tangan Gerald yang terus saja berusaha untuk menyentuhnya. Semakin Josephine menghindar semakin ia senang untuk menggodanya.“Kulitmu tetap saja mulus dan lembut, hanya saja sekarang kau sedikit berbeda. Sepertinya kau sedikit
Sore ini Nicko tengah menemani Josephine dan Ian untuk pergi ke taman. Kali ini mereka hanya ditemani oleh Jacklyn dan juga Owen pengawal Ian dan Jo.Sepertinya sudah cukup lama Josephine tidak menghabiskan waktu bertiga seperti sekarang ini. Belakangan, Nicko memang sibuk dengan segala aktivitasnya sendiri dan juga dunia pengobatan yang baru saja didapatkan olehnya. Kini mereka pun berpikir untuk beristirahat sejenak, lagipula semalam Jo berkata kalau ia ingin berbagi.Dengan bantuan Owen dan juga Jacklyn mereka pun menggelar meja dan meletakkan beberapa kotak makanan di sana yang akan diberikan pada siapapun yang membutuhkan secara cuma-cuma. Kali ini bukan hanya Jo saja yang terlihat begitu senang, tapi juga Ian, karena ia sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama ayah angkatnya itu.Begitu Nicko selesai membereskan meja dan meletakkan beberapa makanan, seorang wanita paruh baya dengan pakaian lusuh pun mendatangi mereka. Dilihat dari pakaian yang dikenakan sepertinya dia adalah
Saat ini Andrew Young benar-benar terdesak. Ia benar-benar tidak menyangka akan mengalami nasib seperti ini.Orang yang dulu pernah dia remehkan tiba-tiba saja membalikkan keadaan hanya dalam hitungan beberapa menit saja. Dulu ia menganggap remeh keluarga Watson karena mereka memiliki kelas ekonomi di bawahnya.Apalagi dengan Nicko, dia justru tak pernah memperhitungkan pemuda itu sama sekali. Justru menganggap Nicko seperti hama yang harus segera dibasmi. Namun sekarang dialah hama itu. Bahkan Chuck yang jadi sekutunya juga menyalahkan dirinya.“Chuck, kau tidak menganggapku lagi? Apa kau tidak mengingat hubungan baik kita terdahulu?” tanya Tuan Young dengan suara yang terdengar bergetar karena mengandung kesedihan.Chuck menggeleng dan kembali berkata, “Apa kau tidak dengar apa yang telah dikatakan oleh pamanku tadi? Kami keluarga Watson sama sekali tidak menyambut kedatangan seorang pembohong. Sekarang lebih baik kau pergi dari sini!”“Chuck kau,—” Andrew tak lagi melanjutkan ucapa
Tubuh Andrew Young tiba-tiba terasa kaku dan lemas. Sekarang ia sudah tidak punya uang lagi dan itu sangat menyakitkan. Sekarang ia mendengar kabar kalau putra bungsunya mati bunuh diri, hidupnya benar-benar hancur saat ini.Dengan langkah yang gontai ia pun berjalan ke arah panggung kembali. Saat itu ia sudah melihat keadaan yang porak poranda. Semuanya penuh dengan sampah dan tak ada satu orangpun di sana.Ia pun berjalan dengan gontai, tapi seketika seorang pelayan pun datang untuk mengejarnya, “Maaf Tuan Young, ini tagihan untuk acara malam ini!”Saat itulah Andrew Young langsung menepuk dahinya dan bergumam kalau ia hampir lupa dengan tagihan yang harus dilunasinya. Saat menyewa tempat ini memang ia baru membayar setengah dari total layanan banket yang dipesan olehnya.Saat ini ia masih bisa bernapas lega sebab dalam saldo rekeningnya masih tersisa uang untuk biaya pelunasan acara kali ini. Namun untuk setelah itu ia tidak tahu harus bagaimana. Bahkan tidak yakin bisa membeli tik
Andrew Young tersentak dengan pernyataan mantan pengawalnya itu. Apalagi mereka malah menahannya dan membuat dirinya tidak lagi bisa bergerak dan mengumpankan pada orang-orang yang kini memburunya.Sebenarnya sekarang dia sudah benar-benar terjepit, tak ada yang bisa menolongnya. Ingin berteriak dan meminta tolong pada Matthew tapi sekarang anak muda itu sudah tidak bersamanya lagi. Lalu Tuan Watson, seharusnya pria itu bisa diandalkan olehnya. Sementara Chuck, adalah benar-benar sekutu baginya. Namun posisi mereka terlalu jauh dan tak memungkinkan untuknya berteriak.Kalaupun ia berteriak meminta bantuan mereka, sebelum Chuck datang ke sini dirinya pun sudah babak belur.Kini yang bisa dilakukannya hanya menggertak mantan pengawalnya lagi agar mau melindunginya. Pengawal yang telah dipecatnya adalah kumpulan orang-orang bodoh dengan badan yang kekar. Dengan memberikan mereka sedikit harapan saja, mereka pasti akan bergerak melindunginya, tak peduli sesulit apa rintangan yang harus di
Andrew Young mencoba untuk mengejar Nyonya Eleanor yang sekarang sudah menuruni panggung dan mengarah pada jalan keluar. Ia terus saja memanggil wanita itu dan memintanya untuk kembali.Namun sayang saat ia baru saja menuruni panggung ia sudah dihadang oleh beberapa orang yang telah membeli obatnya.Salah satunya adalah Tuan Austin. Ia berdiri merentangkan tangan dan menghalanginya untuk pergi. “Kau mau kemana? Segera bertanggung jawab atas apa yang telah kau lakukan pada kami! Kembalikan uang kami!”Beberapa yang telah membeli obat itu pun ikut membantu Tuan Austin. Mereka semua tampak mengepungnya.“Cepat kembalikan uang kami!” seru orang-orang itu sambil berteriak marah.Andrew Young justru menggelengkan kepala dan mencoba untuk menolak, “Tidak … tidak kalian sudah tahu kan kalau jika barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan.”Namun orang-orang tidak mau mengerti dan berkata kepadanya dengan lantang, “Tidak bisa, uang ini harus dikembalikan karena kau telah melakukan penip
Andrew Young tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “Tentu tidak Tuan. Harga itu adalah harga yang sangat sepadan dengan apa yang kalian dapatkan.”“Huh kau pasti ingin merampok kami dengan membayar biaya yang tak sedikit itu! Aku tak mau membeli!” seru salah satu pengunjung.Andrew Young pun tersenyum sinis an berkata, “Aku tidak memiliki niat merampok pada kalian. Aku menetapkan harga yang pantas. Seperti yang kalian lihat pada pesta ulang tahun Tuan Watson, dan juga perubahan pada diriku. Kalian semua bahkan sudah menyentuhku dan merasakan perbedaan yang terjadi. Jadi menurutku 2,5 miliar itu sangat pantas.”Para pengunjung yang mengerubunginya pun berbicara seperti dengung kumbang. Setelah itu ia pun berkata lagi dengan memberikan penjelasan pada semuanya. “Apa kalian semua tidak tahu kalau di masa muda kita banyak menghabiskan waktu untuk bekerja keras, memikirkan banyak hal bahkan membuat kita lupa akan makan dan kurang tidur. Seringkali kita harus memakan makanan cepat saji unt