Home / Romansa / Janji Kedua / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Janji Kedua: Chapter 21 - Chapter 30

53 Chapters

21. Masih Tertolong

Ocean baru saja tiba di apotek pagi itu ketika Lina sedang berteriak pada Devi, kasir yang bertugas pagi itu. Langkahnya terhenti, ingin berbalik dan meninggalkan tempat itu. Namun, rasa tanggung jawab sebagai atasan mengalahkan semua rasa di hatinya. Melangkah tanpa ragu, Ocean mendekat dan berhenti persis di dekat mereka berdua.Melihat kehadirannya, Devi dan Lina langsung terdiam. Devi sedikit mengangguk dan mengucapkan selamat pagi pada Ocean yang hanya dibalas dengan anggukan. Sementara Lina hanya terdiam dan terus menatap garang pada Devi."Ada apa?" tanya Ocean.Devi dan Lina saling pandang. Lina seperti menyiratkan sesuatu yang dapat dilihat Ocean dengan baik."Devi?" Ocean mendesak."Mbak Lina marah karena kunci tempat pajang susu diganti, Bu," jawab Devi.Kedua alis Ocean bertaut. "Kenapa harus marah? Lina di sini sebagai apa?""Apoteker, Bu."
Read more

22. Jadi, kenapa?

Satrio menyelesaikan praktik sorenya setengah jam lebih cepat. Dia meninggalkan ruang kerjanya begitu saja dan pergi ke apoteknya. Langkah lebarnya terlihat santai dan senyumnya tersungging disertai anggukan kepala ramah saat beberapa orang menyapanya. Seorang petugas kebersihan sempat menyapa dan mengabarkan kalau Alfredo menitipkan sesuatu di meja pendaftaran. Satrio juga hanya mengangguk tanpa repot-repot untuk berbalik dan mengambil titipan temannya.Fokusnya hanyalah kantor Ocean. Dia lelah dan ingin membersihkan diri sesegera mungkin. Memasuki kantor Ocean, Satrio melihat istrinya itu sedang sibuk dengan komputernya. Fokusnya tak teralihkan meski pintu dia tutup agak kencang. Satrio menghempaskan dirinya di sofa panjang dan menatap Ocean dalam diam.Ocean dan pekerjaannya,rasanya seperti melihat sebuah dunia yang selama ini belum pernah dilihat oleh Satrio. Ocean yang sulit untuk ramah dan bersosialisasi menjadi sosok yang berbeda keti
Read more

23. Tak Terduga

Ocean sedang berada di gudang ketika bedak dan keperluan bayi datang, disusul popok sekali pakai yang seketika membuat Ocean sakit kepala. Dia tidak menyangka dengan semua ide-ide bisnisnya, gudang milik Satrio ternyata tidak mempunyai kapasitas besar. Tidak mungkin mengembalikan beberapa karton produk itu mengingat diskon maksimal yang sudah dia dapatkan.Ketika truk pengiriman sudah pergi, sakit kepalanya semakin menjadi. Gudangnya penuh dan hanya tersisa sedikit tempat untuk produk yang akan datang hari ini juga. Jika yang datang obat, maka tidak akan menjadi masalah karena untuk obat mereka mempunyai tempat tersendiri. Bagaimana jika yang datang adalah susu untukibu hamil? Sudah pasti dia harus mengirimkan sebagian besar barang yang sudah di-order oleh beberapa toko grosir dan minimarket di beberapa tempat dan itu adalah hari ini.Ocean ... kelar nasibmu, berbisnis nggak lihat-lihat kapasitas gudang, batinnya. Dia lupa
Read more

24. Kesadaran Satrio

Satrio bukannya tidak tahu kalau istrinya masuk dan keluar secepat kilat tanpa mengatakan apa-apa. Sejujurnya dia ingin Ocean marah, mengomel, atau protes di saat yang sama. Sekalipun Ocean bertindak barbar, dia tetap akan menyukainya karena Satrio menganggap bahwa itu menunjukkan emosi sehat ketika seseorang mengusiknya.Satrio ingin merasa dimiliki seperti Alfredo dan Raphael dimiliki oleh istri-istri mereka. Bagaimana istri kedua temannya itu tampak begitu perhatian. Bahkan kedua temannya juga terlihat memuja wanita yang menjadi istrinya dan tidak malu-malu untuk menunjukkannya.Satrio ingin Ocean berteriak untuk mengatakan bahwa dia adalah suaminya. Sebenarnya itu hanyalah keinginan sederhana, tetapi sangat sulit dia dapatkan mengingat Ocean yang tidak peduli padanya. Istrinya lebih memilih pergi daripada mempertahankan apa yang sudah menjadi miliknya.Melihat Ocean yang tetap pasif, Satrio sadar bahwa cara untuk mengemba
Read more

25. Hari Berat

Ocean sedang serius dengan laptopnya saat suara pintu ruang tamu terbuka. Ocean tidak repot-repot bangkit untuk melihat siapa yang datang. Sudah bisa dipastikan kalau itu adalah Satrio. Tidak akan ada tamu yang datang saat waktu menunjukkan pukul sembilan. Mungkin ada dan yang pasti akan mengetuk pintu terlebih dahulu.Ocean membiarkan saja Satrio melangkah ke kamar mereka tanpa menyapanya. Dia juga tidak peduli pada kantong plastik yang diletakkan Satrio di depannya, tepat di samping laptopnya. Posisi duduknya yang memang di karpet membuat Ocean nyaman dan malas untuk bangkit mengambilkan minum untuk suaminya.Hampir 30 menit kemudian, Satrio muncul kembali. Mengenakan celana pendek sepanjang lutut berwarna krem dan kaos hitam longgar. Ocean melirik pria itu sekilas dan melihat wajah segar Satrio. Rambut bagian depannya masih sedikit basah dan tidak di sisir, ada cambang tipis yang menghiasi dagunya dan Ocean segera mengalihkan kembali pandangannya. Fokus pada pekerjaan
Read more

26. Kesal.

Satrio tidak mempermasalahkan apa pun yang sudah dilakukan oleh Ocean. Dia juga tidak protes saat istrinya itu terlihat tidak antusias ketika dia membawakan makanan sepulang kerja. Satrio juga tidak keberatan Ocean terus asyik dengan pekerjaan yang dia bawa pulang tanpa menyambut atau menyiapkan makan malamnya seperti biasa. Apa saja tidak akan dia komplain asalkan tidak bertemu Delta. Pria itu adalah batas kerasnya menyangkut segala hal yang berhubungan dengan Ocean.Ocean mengatakan sakit kepalanya membaik, tetapi selama tiga hari berturut-turut istrinya itu selalu menelan obat pereda sakit. Ocean tampak lesu dan malas selama beberapa hari serta terus menghindarinya tanpa alasan yang jelas. Jujur saja Satrio bingung. Dia tidak merasa membuat kesalahan yang bisa membuat kemarahan Ocean muncul. Namun, mengapa istrinya mendadak berubah menjadi segalak landak dan siap melemparkan duri-durinya.Sampai sejauh itu pun Satrio masih tidak mengeluh hingga dia mendapat kabar kala
Read more

27. Terharu

Tiga hari setelah kepulangannya dari rawat inap, Ocean sudah masuk kerja. Bagaimanapun Satrio menghalangi, dia tidak mendengarkan. Ocean hanya mengatakan kalau semakin lama di rumah maka semakin dia merasakan bosan hingga Satrio mengalah. Ocean pergi dengan menggunakan kendaraan online saat Satrio masih mandi.Sampai di kantornya, Ocean langsung menyalakan komputer dan memeriksa semua produk masuk dan keluar. Baginya semua harus sesuai dengan intruksi yang diberikannya. Dia bersyukur bahwa Supri, sopir baru, yang dia pekerjakan mengerti dengan maksudnya. Orang baru itu adalah karyawan Ocean saat masih menangani minimarket, jadi dia sudah tahu dengan baik ke mana saja harus mengirim produk sesuai dengan petunjuk Ocean. Boleh dikatakan kalau Supri itu hafal semua rekanan Ocean.Pagi itu juga sekitar pukul sembilan, Ocean sudah berada di gudang. Dia puas gudangnya hanya berisi obat-obatan seperti semula sementara stok lain hanya cukup
Read more

28. Titik Terang

Satrio senang memperhatikan Ocean yang semakin bersemangat setiap harinya. Kemudahan bekerja dengan beberapa penambahan fasilitas dan tenaga kerja nyatanya sanggup membuat Ocean sibuk tanpa harus merasa lelah. Istri cantiknya itu bisa pulang tepat waktu atau keluar menikmati sore bersama Athena atau Aegea.Satu-satunya hal yang belum Satrio bereskan adalah rekan Ocean yang bernama Delta. Rasanya pria itu sudah seperti virus yang menyerang kehidupannya dan dia harus berusaha untuk mengenyahkannya sesegera mungkin. Bagaimanapun caranya, Delta harus keluar dari lingkaran kehidupannya. Batasan-batasan itu harus jelas karena dia sudah rela seandainya Ocean benar-benar melupakan kepemilikannya atas minimarket yang baginya hanya merupakan sesuatu yang tidak penting.Suasana hati Satrio sedang baik. Dia baru saja mengunjungi mertuanya dan melihat Bapak sudah benar-benar sehat serta kembali bekerja dan menurut beliau sudah sesibuk sebelumnya. Bekerjanya kembali sang mertua, membu
Read more

29. Yang Terpendam

Ocean benar-benar merasa muak dengan yang terjadi dalam hidupnya yang menurutnya tidak biasa. Dia tidak pernah ingin hidup dalam kemewahan bersama Satrio, tetapi tanpa ketenangan sama sekali. Ocean lebih memilih hidup sederhana di rumah orang tuanya dan menjalani hari demi hari dalam ketenangan. Untuk apa semua kemewahan yang dia dapatkan jika setiap hari merasakan gundah yang tidak pernah berhenti.Satrio menuntut Ocean untuk menjelaskan semua kesalahan yang menurut pria itu tidak pernah dia lakukan. Tentu saja Satrio merasa tidak bersalah, pria itu adalah jenis makhluk paling tidak sensitif yang suka mengentengkan segala sesuatu. Mengaku simpel, tetapi selalu masa bodoh. Ocean bosan dengan hidupnya yang tertekan.Desakan Satrio untuk mengetahui semua perasaan bencinya memang benar-benar menjengkelkan. Namun, melihat situasinya maka Ocean memang harus mengatakan semuanya. Lebih baik melemparkan semuanya ke wajah Satrio yang menyebalkan lalu
Read more

30. Cinta Samudera

Satrio memang terlihat tenang dalam menghadapi Ocean. Dia mulai paham dengan apa yang terjadi hingga Ocean menutup diri. Secara otomatis ingatannya melayang pada sedikit percakapan dengan Athena mengenai berhenti dekat-dekat dengan wanita, juga ucapan Raphael yang menyatakan dia kurang peka. Satrio mengakui mereka berdua benar dan itu membuatnya berpikir tentang banyak hal, termasuk membuat istrinya itu kembali seperti dulu.Memendam emosi yang sebenarnya sudah naik hingga ubun-ubun, Satrio terus menatap Ocean yang hilir mudik di dapur. Prioritas utamanya adalah menangani Ocean. Dia sudah mengatakan kepada perawatnya untuk mengalihkan semua pasien pribadinya untuk konsultasi setelah tiga hari atau periksa ke dokter yang telah dia minta untuk menggantikannya. Masalah yang lain akan dia tangani belakangan, yang terpenting adalah istrinya terlebih dahulu.Setelah semua telepon panjangnya, di sinilah Satrio berada. Di vila orang tuanya yang ada
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status