Satrio memang terlihat tenang dalam menghadapi Ocean. Dia mulai paham dengan apa yang terjadi hingga Ocean menutup diri. Secara otomatis ingatannya melayang pada sedikit percakapan dengan Athena mengenai berhenti dekat-dekat dengan wanita, juga ucapan Raphael yang menyatakan dia kurang peka. Satrio mengakui mereka berdua benar dan itu membuatnya berpikir tentang banyak hal, termasuk membuat istrinya itu kembali seperti dulu.
Memendam emosi yang sebenarnya sudah naik hingga ubun-ubun, Satrio terus menatap Ocean yang hilir mudik di dapur. Prioritas utamanya adalah menangani Ocean. Dia sudah mengatakan kepada perawatnya untuk mengalihkan semua pasien pribadinya untuk konsultasi setelah tiga hari atau periksa ke dokter yang telah dia minta untuk menggantikannya. Masalah yang lain akan dia tangani belakangan, yang terpenting adalah istrinya terlebih dahulu.
Setelah semua telepon panjangnya, di sinilah Satrio berada. Di vila orang tuanya yang ada
Ocean mulai jengah dengan Satrio yang terus menempel padanya sejak mereka pulang dari liburan singkat minggu lalu. Setiap pagi Satrio mengantarnya bekerja dan datang satu jam lebih awal di jam makan siang. Keheranan Ocean tidak hanya sampai di situ. Hampir setiap ada waktu luang Satrio selalu datang ke kantornya atau mengekor ke mana pun Ocean pergi. Bahkan ke gudang sekalipun, suaminya itu tetap menjadi pengikut setia dan menanyakan banyak hal mengenai cara-cara Ocean menjalankan bisnis mereka.Kelakuan Satrio itu mau tidak mau jadi mengundang kecurigaan di hati Ocean. Jangan-jangan suaminya itu baru saja melakukan hal yang tidak menyenangkan dan sedang berusaha mencari alibi. Bagaimanapun Ocean tidak suka, Satrio tetap tidak mengindahkan. Suaminya tetaplah pria menjengkelkan dengan banyak alasan yang tidak mau mendengarkan pendapat orang lain."Bisa berhenti mengekori aku tidak, Sam?" tanya Ocean saat sudah sangat jengah."
Hati Satrio sedang senang. Tabiatnya yang dasarnya menyenangkan, jadi lebih menyenangkan karena hal itu. Sepanjang pagi, senyum ramah selalu tersungging dari wajahnya yang memang rupawan. Beberapa dokter obgyn yang kebetulan dinas di waktu yang sama sempat menggodanya."Dokter Sat, sepertinya anda sedang dalam mood yang baik hari ini," komentar Made, rekan sejawatnya."Tentu saja Dokter Made, Dokter Satrio kan baru pulang dari bulan madu yang sedikit terlambat," timpal Radit."Kita tinggal menunggu kabar baiknya kalau begitu." Ayu tak mau kalah.Satrio berdecak. "Kalian itu, suka bener godain saya. Bosan mingkem itu mulut?" Satrio menanggapi dengan santai. "Lagian nih, ya, pada gada kerjaan gitu? Sana kerja, jangan makan gaji buta!""Ada hal yang memang harus membuat kita itu wajib sedikit iseng dan hari ini sepertinya giliran anda yang menjadi korban keisengan, mengingat kebiasaan and
Ocean sedang mengunjungi apotek pusat di rumah sakit tempat suaminya bekerja. Tadi pagi mereka berangkat bersama dan Ocean langsung diantarkan Satrio hingga pintu apotek. Ocean merasa kalau suaminya sangat manis akhir-akhir ini. Terlebih lagi saat Ocean melihat sesuatu. Tidak sampai diminta, Satrio sudah membelikan benda itu untuknya. Ocean benar-benar harus mengendalikan matanya jika tidak mau banyak barang menumpuk tidak berguna di rumah mereka.Hingga tengah hari Ocean masih asyik melihat seluruh data dalam komputer dan menemukan kejanggalan yang sama dengan komputer apotek Satrio. Ocean menautkan alis, bagaimana bisa itu terjadi padahal karyawan di rumah sakit ini berbeda dengan di apoteknya? Ocean bingung, bukan masalah suaminya merugi. Rumah sakit membayar seluruh tagihan kepada Satrio tanpa kurang, tetapi rumah sakit ini jelas rugi.Ocean memutuskan terus bekerja dan mencari tahu sendiri apa yang harus dikirimkan ke rumah sakit ini. B
Operasi beruntun yang dilakukan sejak pukul sebelas membuat Satrio melewatkan makan siang. Sudah pasti lelah, tetapi pikirannya hanya dipenuhi segala hal tentang Ocean. Khawatir kalau istrinya itu juga melewatkan makan siang karena menunggunya.Satrio menyandarkan tubuh di kursi kebesarannya. Bermaksud istirahat sejenak dengan memejamkan mata dan melemaskan otot-ototnya yang terasa kaku."Dokter Sat, boleh saya masuk?" Ranti, bidan yang biasa membantunya berdiri di ambang pintu setelah mengetuknya dua kali.Satrio membuka mata dan menegakkan duduknya. "Masuk, Mbak Ranti! Ada apa?"Ranti masuk dan duduk di depan Satrio. Memberikan tumpukan map yang sudah dipahami oleh Satrio. Satrio meraih map teratas dan mulai membacanya."Dokter, saya dengar gosip nanas," kata Ranti saat Satrio menekuni isi map."Nanas?" Satrio tidak mengerti. "Mau bikin acara rujakan? Tapi saya nggak ikut, ya?
Sudah hampir tiga bulan Ocean mengikuti program kehamilan pada dokter langganan temannya. Semuanya dia lakukan diam-diam tanpa membicarakannya dengan Satrio. Suaminya benar-benar menyebalkan jika berurusan dengan keinginannya yang satu ini.Dokternya mengatakan bagus dan tidak ada masalah dengan dirinya. Dokter itu juga mengatakan kalau sel telurnya matang dengan ukuran yang cukup besar setiap bulannya. Ocean gembira dan sering merayu Satrio di masa suburnya. Bukan hal yang sulit untuk melakukan hal itu mengingat Satrio adalah pria yang mengabulkan setiap keinginannya dengan mudah selama hal itu tidak memancing emosinya.Kini Ocean bingung. Kata dokternya tidak ada masalah, tetapi kehamilannya tak kunjung terjadi. Dokternya justru menyarankan supaya suaminya juga bisa datang untuk memeriksakan diri. Apa yang akan dia katakan pada Satrio untuk mengikuti saran dokternya? Suaminya yang super usil itu pasti akan menertawakan perbuatannya, lagipula Satrio juga pasti hafal pro
Satrio mengurungkan niatnya untuk mengantar Ocean ke apotek mereka. Dia mengajaknya ke rumah sakit dan bermaksud meminta istrinya menunggu di ruang kerjanya saja. Hatinya merasa tidak tenang meninggalkan Ocean sendirian.Beruntung Ocean menyambut baik niat Satrio. Belakangan Satrio selalu merasa senang karena Ocean yang hampir tidak pernah membantah kata-katanya. Ocean bahkan mengatakan ingin selalu dekat dengannya. Satrio tentu tidak keberatan, dia menyukai semua yang dilakukan Ocean termasuk bermanja-manja dan membuatnya harus bangun tengah malam."Sam," panggil Ocean. "Aku mau ikut visit pasienmu. Pengen tau kamu kerjanya gimana.""Yakin?" tanya Satrio. "Beberapa koas biasanya mengikuti aku dan aku bisa sedikit ... galak pada mereka.""Nggak papa. Boleh ikut, ya?""Boleh."Satrio meraih snelli dan mengenakannya. Dia meraih stetoskop dan memasukkannya ke saku. Setelah itu,
Ocean merasa tegang karena kedatangan Lina ke ruang kerja suaminya. Ada begitu banyak hal yang berlarian di kepalanya. Pertanyaan antara seberapa sering Lina datang ke tempat itu dan mengapa perempuan itu selalu berkeliaran di sekitar Satrio. Sekarang Lina bahkan menatapnya garang seolah dia adalah kuman berbahaya yang pantas untuk disingkirkan.Ocean menyeka dahinya yang mendadak berkeringat. Namun, lengan Satrio yang melingkari pinggangnya memberikan sedikit rasa nyaman. Ditatapnya Lina yang kini sudah duduk di depannya. Pengganggu kenyamanan itu meletakkan kotak makan sementara matanya masih menatap garang pada Ocean."Mas Dokter, aku ke sini pas jam makan siang. Ke mana kok nggak pamitan?" Lina bertanya dengan suara manja yang terdengar memuakkan di telinga Ocean.Ada rasa tidak suka dalam hati Ocean dengan kelakuan Lina. Pegawai satu itu benar-benar tidak tahu malu dan menganggapnya tidak ada. Ocean memejamkan mata, meng
Hari-hari terasa begitu menyenangkan bagi Satrio setelah Ocean lebih membuka diri. Ada begitu banyak hal baru yang mereka lakukan berdua dan sejujurnya Satrio tidak keberatan sama sekali untuk menuruti kemauan Ocean yang terkadang tidak tahu tempat. Seperti tiba-tiba ingin pulang lebih awal dengan alasan ingin tidur siang. Saat sampai di rumah, bukannya tidur siang seperti keinginan awalnya, Ocean malah ke dapur dan membuat kue.Setelah adonan masuk ke oven, Ocean akan memanggil Satrio dan memintanya duduk santai sambil nonton berita siang. Ocean selalu bersandar padanya dan mengomentari beberapa fenomena terkini, kemudian membahasnya sambil lalu. Kadang-kadang membiarkan televisi tetap menyala sementara dia memainkan ponselnya dan berujung pada belanja online yang membeli barang-barang yang akan digunakan oleh Satrio.Menjelang sore, Ocean meminta suaminya mandi karena perempuan yang semakin ekspresif di mata Satrio itu mengatakan ingin jal
Saat kehamilan Ocean semakin besar, Satrio benar-benar mengurangi jam praktiknya. Di sore hari dia praktik hanya satu jam, itu pun dengan perjanjian tepat waktu. Pasien lainnya dia tangani pada praktik pagi. Beberapa pasien mengatakan kalau dokter mereka sedang menjadi suami siaga. Satrio menanggapinya dengan senyum ramah dan meminta maaf jika perubahan yang dia lakukan membuat tidak nyaman, tetapi pasiennya mengerti dan tidak keberatan dengan jadwal baru Satrio.Selepas praktik sore, waktu menunjukkan pukul lima lewat sepuluh. Satrio sudah keluar dari ruang kerjanya dan sudah pasti dia akan pergi menemui istrinya. Dia disapa beberapa pasien yang memilih untuk pindah periksa ke rekannya. Satrio tetap membalas sapaan itu dengan ramah.Ketika hampir sampai di pintu masuk apoteknya, Satrio melihat Ocean yang sedang berjalan keluar. Dengan perut membuncit seperti itu, istrinya terlihat begitu seksi. Setidaknya begitulah di mata Satrio. Tidak ada sedetik pun waktu terlewat
Ocean tidak menyangka bahwa kehamilan itu akhirnya datang setelah dia memutuskan untuk menghentikan seluruh program yang ditawarkan oleh Satrio. Dia memegang janji Satrio bahwa mereka akan tetap bersama meski kehamilan itu akan terjadi lima atau bahkan sepuluh tahun lagi. Dalam gurauannya, Satrio juga mengatakan kalau tidak keberatan saat Ocean mengandung di masa menjelang menopause sekalipun. Satrio hanya ingin Ocean bahagia hidup bersamanya dan itulah yang sudah dilakukan oleh Ocean.Mengingat semua itu membuat Ocean terharu. Kadang-kadang dia bangun tengah malam dan menyalakan lampu di sampingnya hanya untuk memandangi wajah Satrio. Suaminya itu diam-diam telah memberikan perawatan untuknya. Sejak keputusannya untuk berhenti program kehamilan, sejujurnya Ocean sudah tidak peduli dengan asupan yang masuk ke tubuhnya. Cukup baginya apa yang disediakan oleh Simbok dan dia selalu memakannya tanpa mengeluh.Dalam hari-hari yang dijalani Ocean, tak sedikit pun perempuan i
Satrio tersenyum sendiri begitu keluar dari ruang kerja pribadinya di rumah sakit. Dia berjalan menyusuri lorong panjang seperti biasa sebelum mencapai area parkir. Beberapa perawat dan staf menyapanya dan dibalas dengan anggukan serta sedikit senyum. Pikirannya hanya tertuju pada Ocean yang sudah pasti sedang duduk mengamati komputer sambil mengunyah emping belinjo.“Tingkahmu sudah seperti orang gila yang perlu rawat inap.”Satrio tidak perlu menoleh untuk tahu siapa yang tengah berbicara padanya. Orang yang berani berbicara dengan kalimat mengejek hanyalah dua orang. Pertama adalah Alfredo yang saat ini pasti sedang sibuk di meja operasi dan yang lainnya adalah Raphael. Keduanya sama-sama mempunyai mulut dengan kadar ketajaman melebihi pisau. Meskipun begitu, dia menyukai para sahabatnya yang super royal terhadap satu sama lain.“Memang repot kalau punya teman yang nggak pernah tahu rasanya bahagia,” komentar Satrio tak kalah pedas.
Hal yang membuat Ocean bersemangat adalah mengisi rumah barunya dengan perabotan yang dia sukai. Satrio memercayakan urusan itu padanya dan Ocean menerima pekerjaan dengan senang hati. Untuk hal-hal yang sekiranya akan digunakan oleh Satrio, Ocean bertanya satu atau dua kali untuk meminta pendapat. Selebihnya dia memilih sendiri segala sesuatunya dan langsung disetujui oleh Satrio.Hanya dalam seminggu rumah itu telah rapi dengan seluruh perabot pilihan Ocean mengisi seluruh ruangannya. Ocean memilih perabot fungsional dan dengan bijaksana membuat rumah itu menjadi terkesan hangat, elegan, dan menyenangkan. Tinggal menanyakan kepada Satrio kapan mereka bisa pindah secara resmi.Sejak Ocean meminta liburan ke vila, mereka memang tidak pernah kembali lagi ke rumah lama Satrio. Entah mengapa, Ocean begitu malas melihat rumah itu. Bukannya tidak indah, justru rumah lama Satrio bisa dikatakan mewah. Semua yang ada di sana meneriakkan rupiah yang tak bisa dibayangkan oleh Oc
Satrio merasa harinya semakin menyenangkan. Ocean menjadi sangat manis dan manja serta tidak mau berpisah darinya untuk waktu yang lama. Pekerjaannya lancar dan apoteknya semakin besar. Entah apa yang sudah dilakukan Ocean hingga semuanya berkembang sepesat itu. Klinik bersalinnya juga tak luput dari campur tangan istrinya. Kebijakan baru yang diterapkan oleh Ocean terbukti mudah untuk dilakukan. Ocean juga menambahkan beberapa dokter praktik di sana dengan jadwal yang sudah dia tetapkan.Saat jam praktiknya telah selesai, Satrio masih duduk dalam ruang kerjanya untuk beristirahat sejenak sebelum menjemput Ocean dan pulang ke vila. Sudah hampir sebulan mereka tinggal di sana sementara Ocean membuat jadwal Satrio menjadi satu jam lebih awal. Satrio tersenyum sendiri menyadari kecerdasan istrinya. Ada saja caranya untuk memperoleh apa yang dia mau dan sejujurnya hal itu membuat Satrio senang.Menyelesaikan pekerjaan pada pukul delapan adalah hal yang sangat menyenangkan.
Ketika waktu pemeriksaan tiba dan Dokter Suroso berhalangan hadir karena sakit, Ocean memeriksakan dirinya pada Dokter Ayu tanpa sepengetahuan Satrio. Hanya untuk mengetahui tentang dirinya sendiri, begitu yang dia pikirkan. Dokter Ayu pun tak keberatan membantunya untuk sekadar memeriksa. Saat itulah Ocean mengetahui bahwa dia memiliki tiga sel telur matang dan mestinya dia siap untuk proses kehamilan.Setelah mengucapkan terima kasih pada Dokter Ayu, Ocean keluar dari ruang praktiknya. Dia bergegas kembali ke apotek dan menunggu suaminya selesai bekerja. Kali ini perasaannya begitu ringan. Ocean tidak lagi memikirkan tentang kehamilan dan prosesnya yang selain membutuhkan waktu ekstra serta segala sesuatu yang serba lebih. Lebih di sini adalah waktu dan tenaga. Dia berpikir untuk menikmati banyak waktu dengan Satrio saja.Memasuki ruang kerjanya, Ocean melihat Satrio sudah berada di sana. Dia heran dan melirik jam di pergelangan tangannya. Baru pukul delapan dan Ocea
Ocean memasuki minimarket miliknya setelah sekian bulan tidak pernah datang meski hanya untuk memeriksa. Delta memastikan semuanya lancar bersama satu orang teman lainnya. Belakangan Delta juga membayar tunai semua produk yang dikirimnya, tidak peduli berapa pun banyaknya tagihan. Melangkah lagi di tempat yang pernah begitu akrab dengannya di masa lalu seperti memanggil semua ingatan kelam yang pernah dilewatinya sendirian.Pikirannya kembali melayang pada beberapa tahun silam, ketika dirinya masih begitu bodoh dan memercayai segala yang pernah didengarnya tanpa memedulikan perasaan Satrio. Dia begitu cepat menghakimi lalu mengasingkan diri dalam kesakitan panjang hingga bertahun-tahun. Syukurlah Satrio memang jodohnya hingga dengan cara apa pun mereka kembali bersama.“Sam, aku ke minimarket untuk menyelesaikan sesuatu. Jemput aku setelah kamu selesai bekerja.”Ocean mengirimkan pesan itu sebelum masuk ke tempat kerja lamanya. Dia membuka pintunya dan
Beberapa hari belakangan Ocean merasa jauh lebih baik. Kesabaran Satrio menghadapinya benar-benar bisa diacungi jempol. Dia tidak menyangka, mengingat cara pernikahan mereka yang tidak biasa semuanya bisa menjadi sebaik saat ini. Apa pun yang terjadi di masa lalu mereka, Ocean sudah tidak mau mengingatnya lagi. Belakangan dia banyak merenung bahwa semua yang terjadi adalah kesalahannya. Seandainya dia tidak langsung percaya pada ucapan orang lain maka dia dan Satrio pasti sudah bahagia sejak lama.Beruntung Satrio tetap memilih Ocean dan masih memiliki perasaan yang sama. Pria itu juga dengan sabar membimbingnya dan berusaha untuk menyembuhkan semua ketakutannya. Ocean merasa beruntung bisa dicintai begitu besar oleh Satrio. Dia bertekad untuk mempertahankan pernikahan mereka dan mengusir semua halangan yang ada. Berdua dengan Satrio semuanya tampak begitu mudah. Rasanya memang belum ada kesulitan berarti jika suaminya itu turun tangan. Ditambah dukungan te
Satrio mengurangi jam praktiknya dan memilih fokus pada Ocean. Istrinya sedang membutuhkan dirinya lebih dari yang sudah-sudah. Hatinya begitu tidak senang ketika tahu Ocean lebih banyak menyendiri dan meratapi inseminasi yang tak kunjung terlaksana karena standar yang ditetapkan oleh Dokter Suroso.Satrio bukannya tidak tahu kalau Ocean diam-diam menangis setelah mengira kalau dia terlelap. Satrio juga tahu Ocean menangis dalam perjalanan pulang dari tempat praktik Dokter Suroso dengan berpura-pura melihat keluar jendela. Semua tingkah laku Ocean tidak ada yang luput dari mata Satrio.Seperti hari itu. Setelah pemeriksaan semalam, Ocean terdiam dan tidak banyak bicara. Istrinya hanya mengeluarkan kata-kata seperlunya. Itu pun harus ditanya terlebih dahulu. Ocean tidak punya inisiatif untuk memulai sesuatu. Kabarnya, orang-orang gudang juga tidak bisa menemuinya. Semua pekerjaan disampaikan Ocean melalui aplikasi percakapan sementara dia men