Home / Romansa / Janji Kedua / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Janji Kedua: Chapter 41 - Chapter 50

53 Chapters

41. Harapan Baru

Ini sudah pemeriksaan yang kesekian kali dan profesor, pembimbing Satrio, mengatakan kalau dia juga tidak mengerti mengapa tidak terjadi pembuahan. Beliau mengatakan kalau hal itu bisa disebabkan oleh banyak faktor. Bisa lelah, bisa stres, dan kemungkinan yang paling pasrah adalah belum diberi rejeki untuk mendapatkan momongan.Satrio tahu kalau hal itu bisa saja terjadi, tetapi keinginan Ocean kadang-kadang turut menumpulkan otaknya. Dia bertingkah seperti bapak-bapak panik dengan keingintahuan selangit mengapa ini dan itu belum atau tidak terjadi kepada sang istri. Perasaannya benar-benar muncul ke permukaan dan bertolak belakang dengan ketenangannya saat dia bekerja. Semua yang ada di kepalanya adalah ilmu yang pernah dia pelajari dan mendedikasikannya untuk kemanusiaan dan sepertinya menghilang hanya karena mendengar keluhan Ocean."Begini saja, Sat. Kamu kan sudah paham kalau hal seperti ini kadang-kadang terjadi. Belakangan sel telur y
Read more

42. Meluruskan

Ocean keluar dari ruangan ahli gizi setelah sesi konsultasinya. Bukannya kurang gizi, tetapi dia hanya ingin memastikan apa yang baik dan tidak baik dimakan olehnya. Semua dilakukannya demi program kehamilan yang kini menjadi lebih serius. Katakanlah Ocean berlebihan, siapa pun bisa mengatakan hal itu. Namun, apa yang terjadi hanya bisa dirasakan oleh Ocean sendiri. Dia tidak ambil pusing dengan suara-suara yang mengatakan hal negatif tentangnya.Selama konsultasinya, Ocean sudah membuat daftar menu dan makanan apa saja yang boleh dan tidak boleh dia makan. Beberapa saran dia terima dan dia berencana untuk berbelanja sendiri untuk kebutuhannya itu. Tentu saja Satrio dan Simbok tidak harus mengikuti menunya ynag sudah pasti tidak cocok untuk lidah mereka.Ketika langkahnya melewati departemen bedah, Ocean melihat Alfredo dengan wajah garangnya. Menatap wajah tegas itu dari jarak sejauh ini, membuat Ocean ingin tertawa. Beberapa koas sudah lan
Read more

43. Kecewa

Satrio tergesa-gesa meninggalkan tempat praktiknya. Sudah jam sembilan tepat dan dia tidak mau menambah pasiennya. Dia bukannya melupakan tanggung jawab, tetapi saat ini dia juga seorang suami yang harus mendampingi istrinya. Tidak akan dia biarkan Ocean berjuang sendirian menghadapi proses demi proses sebagai usaha untuk menghadirkan anak mereka."Dokter Sat," seru salah satu perawat jaga. "Ada dua pasien yang katanya datang jam sembilan tiga puluh. Baru saja konfirmasi."Satrio yang menghentikan langkah langsung memperhatikan ucapan perawatnya. "Saya sudah bilang hanya akan praktik sampai jam sembilan. Kalau ibu itu tetap mau periksa hari ini, alihkan saja pada Dokter Made."Satrio melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti menuju pintu keluar dan melihat Ocean baru saja muncul dari apotek. Istrinya mengenakan gaun pendek berwarna perak dengan parka yang membuatnya hangat. Sepatu boot-nya membuat Ocean tampil cant
Read more

44. Sebatas Rencana

Sudah berbulan-bulan sejak Ocean setuju untuk menjalani proses inseminasi, rencana itu masihlah tetap sebatas rencana. Bukannya tidak dilakukan tetapi dalam setiap pemeriksaan, sel telur yang siap selalu hanya satu. Kalaupun lebih dari satu, ukurannya tidak memenuhi standar sehingga Dokter Suroso kembali menangguhkan proses inseminasi.Ocean menyibukkan diri dalam pekerjaannya. Dia tidak ingin melakukan banyak komunikasi secara langsung. Cukup baginya semua pekerjaan dilakukan melalui pesan singkat serta pembayaran secara online. Sejauh ini pekerjaannya sangat lancar, bahkan cenderung berkembang pesat seiring ide-ide yang terus dia kembangkan melalui meeting online bersama teman-temannya.Saat bekerja seperti itu Ocean bisa melupakan kesusahan hatinya. Menepikan keinginan untuk segera memiliki momongan dan tidak melihat kekhawatiran suaminya karena emosinya yang tidak stabil. Sebentar marah, sebentar senang silih berganti hanya dala
Read more

45. Cara Lain

Satrio mengurangi jam praktiknya dan memilih fokus pada Ocean. Istrinya sedang membutuhkan dirinya lebih dari yang sudah-sudah. Hatinya begitu tidak senang ketika tahu Ocean lebih banyak menyendiri dan meratapi inseminasi yang tak kunjung terlaksana karena standar yang ditetapkan oleh Dokter Suroso.Satrio bukannya tidak tahu kalau Ocean diam-diam menangis setelah mengira kalau dia terlelap. Satrio juga tahu Ocean menangis dalam perjalanan pulang dari tempat praktik Dokter Suroso dengan berpura-pura melihat keluar jendela. Semua tingkah laku Ocean tidak ada yang luput dari mata Satrio.Seperti hari itu. Setelah pemeriksaan semalam, Ocean terdiam dan tidak banyak bicara. Istrinya hanya mengeluarkan kata-kata seperlunya. Itu pun harus ditanya terlebih dahulu. Ocean tidak punya inisiatif untuk memulai sesuatu. Kabarnya, orang-orang gudang juga tidak bisa menemuinya. Semua pekerjaan disampaikan Ocean melalui aplikasi percakapan sementara dia men
Read more

46. Kenyataan

Beberapa hari belakangan Ocean merasa jauh lebih baik. Kesabaran Satrio menghadapinya benar-benar bisa diacungi jempol. Dia tidak menyangka, mengingat cara pernikahan mereka yang tidak biasa semuanya bisa menjadi sebaik saat ini. Apa pun yang terjadi di masa lalu mereka, Ocean sudah tidak mau mengingatnya lagi. Belakangan dia banyak merenung bahwa semua yang terjadi adalah kesalahannya. Seandainya dia tidak langsung percaya pada ucapan orang lain maka dia dan Satrio pasti sudah bahagia sejak lama.Beruntung Satrio tetap memilih Ocean dan masih memiliki perasaan yang sama. Pria itu juga dengan sabar membimbingnya dan berusaha untuk menyembuhkan semua ketakutannya. Ocean merasa beruntung bisa dicintai begitu besar oleh Satrio. Dia bertekad untuk mempertahankan pernikahan mereka dan mengusir semua halangan yang ada. Berdua dengan Satrio semuanya tampak begitu mudah. Rasanya memang belum ada kesulitan berarti jika suaminya itu turun tangan. Ditambah dukungan te
Read more

47. Keputusan

Ocean memasuki minimarket miliknya setelah sekian bulan tidak pernah datang meski hanya untuk memeriksa. Delta memastikan semuanya lancar bersama satu orang teman lainnya. Belakangan Delta juga membayar tunai semua produk yang dikirimnya, tidak peduli berapa pun banyaknya tagihan. Melangkah lagi di tempat yang pernah begitu akrab dengannya di masa lalu seperti memanggil semua ingatan kelam yang pernah dilewatinya sendirian.Pikirannya kembali melayang pada beberapa tahun silam, ketika dirinya masih begitu bodoh dan memercayai segala yang pernah didengarnya tanpa memedulikan perasaan Satrio. Dia begitu cepat menghakimi lalu mengasingkan diri dalam kesakitan panjang hingga bertahun-tahun. Syukurlah Satrio memang jodohnya hingga dengan cara apa pun mereka kembali bersama.“Sam, aku ke minimarket untuk menyelesaikan sesuatu. Jemput aku setelah kamu selesai bekerja.”Ocean mengirimkan pesan itu sebelum masuk ke tempat kerja lamanya. Dia membuka pintunya dan
Read more

48. Janji Kedua

Ketika waktu pemeriksaan tiba dan Dokter Suroso berhalangan hadir karena sakit, Ocean memeriksakan dirinya pada Dokter Ayu tanpa sepengetahuan Satrio. Hanya untuk mengetahui tentang dirinya sendiri, begitu yang dia pikirkan. Dokter Ayu pun tak keberatan membantunya untuk sekadar memeriksa. Saat itulah Ocean mengetahui bahwa dia memiliki tiga sel telur matang dan mestinya dia siap untuk proses kehamilan.Setelah mengucapkan terima kasih pada Dokter Ayu, Ocean keluar dari ruang praktiknya. Dia bergegas kembali ke apotek dan menunggu suaminya selesai bekerja. Kali ini perasaannya begitu ringan. Ocean tidak lagi memikirkan tentang kehamilan dan prosesnya yang selain membutuhkan waktu ekstra serta segala sesuatu yang serba lebih. Lebih di sini adalah waktu dan tenaga. Dia berpikir untuk menikmati banyak waktu dengan Satrio saja.Memasuki ruang kerjanya, Ocean melihat Satrio sudah berada di sana. Dia heran dan melirik jam di pergelangan tangannya. Baru pukul delapan dan Ocea
Read more

49. Ingin Rumah Baru

Satrio merasa harinya semakin menyenangkan. Ocean menjadi sangat manis dan manja serta tidak mau berpisah darinya untuk waktu yang lama. Pekerjaannya lancar dan apoteknya semakin besar. Entah apa yang sudah dilakukan Ocean hingga semuanya berkembang sepesat itu. Klinik bersalinnya juga tak luput dari campur tangan istrinya. Kebijakan baru yang diterapkan oleh Ocean terbukti mudah untuk dilakukan. Ocean juga menambahkan beberapa dokter praktik di sana dengan jadwal yang sudah dia tetapkan.Saat jam praktiknya telah selesai, Satrio masih duduk dalam ruang kerjanya untuk beristirahat sejenak sebelum menjemput Ocean dan pulang ke vila. Sudah hampir sebulan mereka tinggal di sana sementara Ocean membuat jadwal Satrio menjadi satu jam lebih awal. Satrio tersenyum sendiri menyadari kecerdasan istrinya. Ada saja caranya untuk memperoleh apa yang dia mau dan sejujurnya hal itu membuat Satrio senang.Menyelesaikan pekerjaan pada pukul delapan adalah hal yang sangat menyenangkan.
Read more

50. Pindahan

Hal yang membuat Ocean bersemangat adalah mengisi rumah barunya dengan perabotan yang dia sukai. Satrio memercayakan urusan itu padanya dan Ocean menerima pekerjaan dengan senang hati. Untuk hal-hal yang sekiranya akan digunakan oleh Satrio, Ocean bertanya satu atau dua kali untuk meminta pendapat. Selebihnya dia memilih sendiri segala sesuatunya dan langsung disetujui oleh Satrio.Hanya dalam seminggu rumah itu telah rapi dengan seluruh perabot pilihan Ocean mengisi seluruh ruangannya. Ocean memilih perabot fungsional dan dengan bijaksana membuat rumah itu menjadi terkesan hangat, elegan, dan menyenangkan. Tinggal menanyakan kepada Satrio kapan mereka bisa pindah secara resmi.Sejak Ocean meminta liburan ke vila, mereka memang tidak pernah kembali lagi ke rumah lama Satrio. Entah mengapa, Ocean begitu malas melihat rumah itu. Bukannya tidak indah, justru rumah lama Satrio bisa dikatakan mewah. Semua yang ada di sana meneriakkan rupiah yang tak bisa dibayangkan oleh Oc
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status