Home / Romansa / Gelora Cinta Enrico / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Gelora Cinta Enrico: Chapter 21 - Chapter 30

130 Chapters

20. Gadis cantik

Kebagahagian terpancar dari wajah Francesca. Harapan kembali muncul. Kini ada dua kesempatan untuk bisa keluar dari pulau itu. Kesempatan pertama adalah mengunakan komuputer dikamar Enrico untuk menghubungi keluarganya. Dan jika gagal, dia bisa menyelinap ketika kapal barang muncul.Hari ini pertama kalinya  ~~setelah hampir dua bulan terkurung di pulau tersebut~~  Francesca dapat bersikap normal layaknya seorang anak gadis. Menikmati keindahan pantai pulau Olive ini sambil bermain biola ditemani gadis sebaya dirinya. Beberapa jam terlepas dari monster bermata biru itu.Dengan penuh harap, Francesca menggesek biolanya, menciptakan nada yang ceria. Sementara Seera asyik bermain air, sambil menari mengikuti gesekan nada biola. "Lihat budak itu,  dia pasti sangat rindu kembali ke kota, " bisik Eva pada seorang wanita yang lebih dewasa. "Apa enaknya di kota. Hidup disini lebih menyenangkan, " sahut w
last updateLast Updated : 2021-04-23
Read more

21. Terdesak

"Tuan, makanan anda ...." Francesca mengetuk pintu dan memanggil Enrico. Hanya sedetik saja, pintu sudah terbuka membuat Francesca keheranan. Wajah Enrico datar dengan mata yang menatap sekilas pada gadis itu. Francecsa langsung masuk dengan membawa baki berisi makanan, begitu Enrico memberinya jalan. Gadis itu hendak meletakan baki berisi makanan di meja, tetapi Enrico meminta hal lain."Letakan di balcony." Deg! Jantung Francesca berdetak kencang. Balcony  ... lantai dua kamar ini ... berarti kesempatan untuk memastikan penglihatannya. Jalan keluar yang dia harapkan. Signal untuk memberitahu keberadaan dirinya pada keluarganya. Francesca dengan penuh harap dan cemas, naik ke lantai dua. Tubuhnya menegang karena gejolak keingintahuan.Benar saja, sampai di lantai dua, mata gadis itu berkilat gembira dengan senyuman kecil tersungging di sudut bibir. &nbs
last updateLast Updated : 2021-04-25
Read more

22. Kehormatan

Francesca berdiri merapat pada pintu. Monster itu semakin mendekat. Kembali gadis itu menunduk menatap pada gagang pintu, berusaha menarik, menggoyangkan, segala cara dia lakukan agar pintu itu terbuka.Tapi terlambat! Saat dia menengadahkan wajahnya, monster itu sudah berdiri tegak dengan mengurung dirinya. Kedua tangan Enrico melekat di sisi kanan dan kiri gadis tersebut. Francesca menatap mata Enrico yang tajam dengan mata ketakutan. Bibirnya mengucapkan kata tuan tanpa bersuara. Tubuhnya sontak merasa lunglai bagai tak bertulang.Gadis cantik itu memalingkan wajahnya ke samping, sembari memejamkan kedua matanya dengan rapat-rapat dan dahi yang berkerut. Dia mengigit bibir bawahnya, sementara kedua tangan meremas gaun yang ia kenakan. Gadis malang itu bersiap menerima perlakuan kasar Enrico. Francesca dengan pasrah menanti serangan dari pria berwajah dingin tersebut. Mungkin cacian, mungkin s
last updateLast Updated : 2021-04-26
Read more

23. Sensual

FrrancescaEnrico mengambil lagi sebotol bir  dari lemari pendingin. Pria itu menegak bir dengan mata tersenyum melihat wajah bingung Francesca yang masih mencari keberadaan kunci pintu kamar.Setiap pojokan kamar sudah ditelusuri kecuali lemari pakaian yang cukup besar. Kamar besar ini memang tidak memilili closet pakaian, karena Enrico merasa tidak terlalu memerlukannya. Apalagi pulau kecil ini, jauh dari kehidupan sosialita. Pria beramata biru dengan rahang kokoh persegi itu, memasukan tangan kanannya ke dalam saku celana. Di dalam saku celana tersebut, jari jemarinya memainkan benda pipih, berbentuk logam dan terasa dingin.Enrico menyeringai licik. Gadis itu tidak akan menemukan dimanapun benda yang dia cari.  Karena saat ini benda pipih yang dia inginkan berada dalam jepitan jemarinya.Enrico memandang Francesca yang terdiam di sudut ruangan dengan frustasi. Gadis itu kembali berulang- ulang mengigit bi
last updateLast Updated : 2021-04-28
Read more

Tertusuk

Dengan satu tangan Francesca menahan baki menempel pada tubuhnya, sementara tangan kanan dia gunakan untuk mengetuk pintu kamar tersebut. Penuh harap, Francesca berdoa dalam hati agar monster itu tidak muncul. Biarkan saja pria itu tertidur pulas dan tidak muncul lagi di hadapannya. Tapi, keinginannya menjadi sirna ketika mendengar suara serak dan berat dari dalam kamar, "Masuklah Serra." Dengan tangan yang gemetaran, Francesca membuka pintu kamar. Dia melirik ke balik pintu, memastikan kunci masih tetap menempel pada tempatnya.Francesca melangkah masuk ke dalam kamar.  Tiba-tiba dia merasakan kakinya tertusuk sesuatu yang tajam.  Sandal tipis yang dia kenakan  menginjak pecahan botol yang menembus hingga ke jempol kaki. Francesca mengigit bibir, meringis menahan sakit. Dia melihat pecahan botol yang hancur di lantai granit berwarna gelap. Dengan menahan sakit, Frances mema
last updateLast Updated : 2021-04-29
Read more

Mencengkeram

Francesca tidak pernah menyangka jika Enrico akan kembali dengan membawa baki berisi makanan.  Pria itu meletakan makanan tersebut di meja, membuat Francesca merasa heran dengan dua porsi makanan yang sudah tersedia. Pria dingin bermata biru itu duduk di sampingnya dalam diam. Dia memakan sarapan paginya dengan perlahan. Francesca menelan ludah melihat bagaimana pria itu menikmati makanannya .Gadis itu memalingkan wajah, enggan menyaksikan pemandangan yang membuatnya semakin kelaparan. Sudah cukup  tersiksa dengan aroma makanan tersebut. "Makan, Bodoh!" perintah Enrico. Francesca menoleh, menatap Enrico dengan heran. "Saya, Tuan?" tanyanya dengan heran. "Tentu saja Kau, Bodoh! Apa ada orang lain lagi di sini?" "Benar ini untuk saya?" tanya Francesca tak percaya. Pagi ini, Enrico terasa berbeda bagi Francesca. "Apa ada orang lain se
last updateLast Updated : 2021-04-30
Read more

Penyesalan

Pandangan mata Enrico berubah menjadi gelap. Ingatan akan Caroline, wanita kejam yang sudah menghancurkan kebahagiaan masa kecilnya, memicu kebencian yang luar biasa memenuhi pikiran Enrico.Dan tepat dihadapannya adalah pantulan wanita jalang itu. Wajah dan tubuh yang serupa ~ doppleganger~.  Wanita yang dia benci dengan segenap jiwa dan raganya. Nurani Enrico menggelap, terbawa oleh dendam dan kebencian yang mengakar dengan kuat."Semua karena kau, Wanita jalang!"  teriaknya penuh dendam.Kedua tangan Enrico mencengkeram leher Francesca. Gadis itu terkejut ketika merasa cengkeraman tangan besar itu semakin menguat, mencekik lehernya.Francesca meronta!  Ia memukul-mukul dada Enrico, menggapai wajah pria itu ... meninggalkan cakaran di wajahnya. Gadis itu  kemudian meremas kuat tangan Enrico. Kakinya menjejak dengan sekuat tenaga di lantai, mendorong, berusaha mengangkat tubuh,
last updateLast Updated : 2021-05-01
Read more

Memar

"Francescaaaaa! Keluar kau dari bawah tempat tidur! Anak tidak tahu diri!" Wanita berambut coklat expresso yang bergelombang indah itu menarik tubuh gadis kecil yang meringkuk ketakutan.Wajah wanita itu memerah dengan mulut yang berbau alkohol. Matanya menyala, membulat menatap gadis kecil di bawah kolong tempat tidur dengan tajam.Tangan dengan kuku-kuku panjang bercat merah itu berusaha menggapai tubuh gadis yang meringkuk ketakutan dan menutupi  wajah dengan telapak tangannya yang kecil.Tangan panjang wanita itu berhasil menggapai kaki kecil gadis tersebut. Dia menariknya dengan kuat, memaksa gadis itu keluar dari tempat tidur. "Tidakkkk! Jangannn! Jangan sakiti aku," teriaknya pilu ketika wanita itu berkali-kali menampar wajahnya."Kau berani melawan ku?! Anak tidak tahu diri!" Wanita itu tanpa belas kasihan menarik rambut gadis kecil tersebut.Tubuh gadis itu yang awalnya duduk di lantai,
last updateLast Updated : 2021-05-01
Read more

Dermaga

Hujan turun sangat deras mengguyur bumi. Angin berhembus dengan kencang membawa ombak bergulung-gulung menghantam daratan dengan keras. Langit gelap gulita, pepohonan kelapa bergoyang seakan hendak tercabut dari akarnya.Cuaca malam ini sangat menakutkan. Tidak ada tanda-tanda kehidupan, semua manusia  telah meringkuk di balik selimut. Menghangatkan tubuh, mengusir rasa dingin yang diantarkan oleh cuaca.Enrico duduk terdiam dalam kegelapan, memandang tajam pada sosok wanita yang berbaring tenang, dalam balutan selimut tebal. Kegelapan tak menghalangi pandangan matanya untuk menatap gadis itu. Dia diam tanpa menghiraukan waktu yang bergulir. Bahkan dirinya mampu duduk tak bergerak berjam-jam lamanya hanya untuk menatap gadis yang mulai menyentuh hatinya.Monster dalam diri Enrico seakan mengkerdil dihadapan gadis itu. Gadis yang terbuai di peraduan dengan nyenyak, tanpa menyadari sepasang mata biru memperhatikan dirinya.M
last updateLast Updated : 2021-05-02
Read more

Jurang

Serra menggandeng tangan Francesca dengan riang. Dia banyak bercerita mengenai kehidupannya di pulau ini. Bagaimana penduduk yang hanya sedikit di tempat ini, selalu hidup dengan rukun. Penduduk pulau sangat tertutup dengan dunia luar. Mereka menghormati Pompei sebagai anak dari kepala desa, mandor dan kepercayaan Enrico di pulau ini. Bagi mereka Enrico bukan saja tuan tanah, melainkan dewa penolong. Enrico kecil  datang ke pulau ini bersama Leonardo ~adiknya~ dan ibu dari Seera. Seluruh anggota keluarga Enrico telah meninggal. Enrico saat itu baru berusia sepuluh tahun. Namun tekadnya yang bulat untuk membalas dendam pada Caroline, membuat anak kecil itu berubah. Berkat ketekunan dan kecerdasan Enrico, dia bisa memajukan kehidupan penduduk pulau dan menyekolahkan Leonardo. Dari cerita Serra, Francesca juga mengetahui jika Enrico setelah dewasa tidak pernah lama tinggal di pulau ini. Namun, selama lebih
last updateLast Updated : 2021-05-02
Read more
PREV
123456
...
13
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status