Beranda / Romansa / Little Seducer / Bab 71 - Bab 80

Semua Bab Little Seducer: Bab 71 - Bab 80

182 Bab

Misleading feeling

"Kenapa Kak Damian bohong pada Tristan?" tiba-tiba Rosie bersuara setelah diam, berpikir sejak tadi."Apa? Oh... Aku hanya menyimpan kebenaran. Tristan dan kebanyakan anak lain di panti pasti belum bisa menerima bahwa mereka di tinggalkan orang tuanya. Hati mereka terlalu lembut dan lugu untuk mencerna hal kejam seperti itu. Setidaknya mereka belum siap. Kalau mereka sudah lebih besar, pasti kami akan mengatakan yang sebenarnya." Damian menjawab tanpa menoleh. Matanya berfokus pada jalan."Apa yang akan terjadi ketika mereka tahu yang sebenarnya? Bahwa orang tua mereka...meninggalkan...mereka...." Rosie bertanya lagi. Menyuarakan kekuatiran di benaknya meski dia tidak ada hubungan dengan para bocah itu."Karena mereka sudah cukup besar untuk mengerti, kebanyakan akan menerima keadaan. Lagi pula saat itu mereka sudah terbiasa bersama dengan anak panti dan pengurus, jadi tidak akan terlalu merasa sendiri.""Tapi..teta
Baca selengkapnya

True love

Gadis itu merebahkan tubuhnya di balik selimut tebal. Meringkuk seperti janin dalam kandungan. Ocehan Claire setelah itu mulai sayup di telinga Rosie. Kesadaran perlahan pergi, meninggalkan Rosie terlelap di balik selimutnya. Hangat dari selimut lembut mengurungnya dalam tidur yang tidak bertahan lama. Sudah beberapa hari ini Rosie mampu tidur nyenyak tanpa mimpi, tapi tidak malam itu. Mimpi buruk itu kembali datang, mengusik ketenangan si gadis remaja hingga dia terpaksa bangun di tengah malam. Tubuh mungil Rosie mengejang, gemetar ketakutan. Nafas memburu layaknya dia telah berlari jauh karena dikejar hantu. Peluh membasahi wajah hingga sekujur tubuhnya. Matanya membelalak kaget menemukan kegelapan yang membuatnya makin cemas. Rosie baru sadar ada seseorang yang tengah merengkuhnya dalam pelukan saat dia gagal menggerakkan tubuhnya. Orang itu, dia pasti siapa yang menempelkan dadanya pada punggung Rosie, mengunci kedua tangannya di perut R
Baca selengkapnya

Thrilling joke

Susah sekali menemukan Annette sendirian. Si cantik tidak penah memberikan kesempatan bagi Rosie dan Claire bicara dengannya. Jangankan bicara, menyapa saja sulit sekali bagi Rosie dan Claire. Itu sebabnya kedua gadis nekat 'menculik' Annette di sela pergantian mata pelajaran.Tubuh kurus Annette tiba-tiba diseret saat dia baru keluar dari toilet. Tangan mungil Claire di mulutnya untuk mencegahnya teriak, lalu Rosie menariknya masuk ke kelas kosong di pojok. Setelah menutup pintu, Rosie memaksa Annette duduk di salah satu bangku. Kedua gadis juga duduk di samping kanan dan kiri Annette."Lihat wajahnya! Bonyok, persis maling ayam baru dikeroyok massa," komentar Rosie pada Claire sambil memperhatikan wajah yang penuh memar.Kondisi wajah Annette memang sudah lebih baik dari tiga hari lalu, tapi belum bisa di sebut sembuh. Masih ada memar yang mulai memudar di pipi kanan, pelipis, juga ujung bibir dan luka gores di pipi kiri dan pangk
Baca selengkapnya

Become lovers

"Kak Damian, mau tidak jadi pacarku?" Rosie bertanya dengan suara halus tapi mantap. Mata hazel-nya menatap Damian kian lekat. Gadis itu menopang wajahnya yang menghadap Damian dengan tangan yang bertumpu pada meja. Damian langsung saja terperangah mendapat pertanyaan seperti itu. Matanya membelalak kaget dan mulutnya sedikit terbuka. Rosie adalah gadis cantik penuh percaya diri dan Damian menyukai sikap itu dari Rosie. Namun dia tidak pernah mengira akan merasakan langsung efek dari rasa percaya diri milik Rosie. Itu mengagetkan tapi juga...menarik. "Ro-Rosie, a-aku...." "Aku bercanda..." celoteh Rosie sambil cekikikan. Dia tidak tega melihat wajah merah dan gelagapan karena pertanyaannya. Mungkin dirinya terlalu frontal. Mengajak seseorang untuk jadi pacarnya di depan orang lain mungkin terlalu berlebihan. Tapi tadi sejujurnya dia serius mengajak Damian pacaran. Sikap Damian yang dewasa, selalu bisa menyayomi sikap kek
Baca selengkapnya

Dating has come true

Jika Rosie ingin Edward berhenti menyukainya maka itu yang akan dia dapat. Bukan hanya berhenti, Edward bisa lebih dari sekedar itu. Dia akan melakukan lebih dari sekedar itu. Edward akan membenci Rosie. Semoga gadis itu puas. Toh ini pilihannya. Mudah saja untuk Edward menghempaskan perasaan tidak berguna yang dia rasakan untuk sang adik.Gadis tersebut dengan baik hati membantunya. Dengan sengaja berciuman dengan Damian Marley di taman malam itu supaya Edward memergoki mereka, bermesraan di depan Edward hari-hari berikutnya, bahkan tak sungkan mengumumkan hubungan mereka secara resmi."Aku dan Kak Damian sudah resmi pacaran."Dia mengatakannya di pagi hari berikutnya, setelah Edward menyaksikan pemandangan menyakitkan itu. Tidak punya belas kasih memberi jeda dari rasa sakit bekas kemarin malam, Rosie langsung menggempur Edward dengan rasa sakit lebih dahsyat. Hatinya patah.Edward diam. Layaknya patung pajangan t
Baca selengkapnya

Edward's birthday

Claire bilang padanya untuk tidak ikut. Datang ke pesta ulang tahun Edward yang notabene membencinya adalah ide buruk plus idiot. Persetan dengan Jinyoung yang baik bak malaikat. Gadis itu bodoh dan naif, membawa Rosie ikut dalam kekacauan besar tanpa dia sadari.Apa lagi waktu Damian bilang dia tidak bisa ikut tepat satu hari sebelum mereka berangkat. Damian mendadak harus menyelesaikan beberapa pekerjaan penting dan dia harus tetap bekerja saat akhir pekan.Claire hampir merobek lembaran tiket itu supaya sahabatnya tidak bisa pergi ke Bali dan acara sialan. Claire punya insting yang kuat. Hampir selalu tepat. Atau bisa kalian bilang sembilan puluh sembilan persen tepat. Kecuali saat dia bilang akan lulus audisi, biasanya itu salah. Tapi kalau untuk hal lain, selalu tepat."Pokoknya kau tidak boleh ikut, Rosie." Claire berkata dengan tegas. Dia memegangi tiket erat-erat supaya Rosie tidak bisa merebutnya."Tapi Kak
Baca selengkapnya

Got into trouble

"Kak Alice, gelangmu bagus," kometar Rosie akhirnya. Mengabaikan wajah sok manis Jackson yang duduk di sebelahnya. Axel dan para sepupu Alice, Caroline dan Olivia terkikik geli sekaligus puas melihat Jackson dapat kacang. Axel menepuk pundak sahabatnya, menguatkannya. "Ah, iya. Ini hadiah dari Edward." Alice tersenyum, tangan kirinya meraba gelang putih yang dia pakai.  Edward Quin, dua hari lalu, tahu-tahu menyerahkan gelang tersebut padanya. Saat Alice bertanya dalam rangka apa? Edward hanya membalas ringan, "Tidak ada. Hanya ingin memberimu hadiah saja." "Ah, manis sekali Kak Edward. Kak Alice sangat beruntung!"' seru Caroline sambil tersenyum iri. "Kalian memang pasangan serasi." Sambung Olivia juga tersenyum manis.***Sudah jam sepuluh malam. Waktu pesta ulang tahun Edward akan segera di mulai. Rosie memeriksa lagi penampilannya di cermin toilet restoran. Dia sekilas melihat
Baca selengkapnya

Shock

"Kalau aku bilang tidak, apa kau akanpercaya?" ucap Rosie terdengar lirih. Matanya yang merah dan basah mencoba membalas tatapan tajam Edward walau terlihat bergetar. "Itu bukan jawaban." Desis sang kakak penuh penekanan. "IYA! AKU MENCURINYA! APA KAU PUAS, TUAN EDWARD!" Rosie melepas dengan kasar gelang sial itu. Melemparnya ke muka Edward sekuat tenaga. Dia berlari menjauh dari lorong sial itu, melewati tiga manusia sial, masuk ke kamar sial, lalu mengunci pintu sial.***Untung dia masih punya David. Sahabat sejati yang bisa diandalkan. Mereka memang sudah berbulan-bulan tidak bicara, tepatnya sejak ia membatalkan janji mereka di Sabtu malam. Tapi, Rosie tahu dia selalu bisa mengandalkan pemuda jangkung itu. Claire, tentunya tidak mungkin dia mintai bantuan mengingat sang gadis cantik sedang ikut audisi penting. Menelponnya malam-malam begini hanya akan membuyarkan konsentras
Baca selengkapnya

It's getting better again

"Kau baik-baik saja?" Rosie hanya mengangguk pelan."Ayo." David menarik Rosie masuk ke mobil setelah mendapat jawaban.Tapi Youngjae bergeming. Manik hazel itu memandangi Edward dengan cemas. Pemuda itu tidak bergerak sejak David berhenti memukulinya. Dia memang masih bisa melihat dada Edward bergerak naik turun perlahan sebagai bukti pemuda itu masih hidup, namun Edward jelas bukan dalam keadaan baik."David..." Rosie berkata dengan ragu. Kerutan di dahinya, kecemasan di matanya, gigitan di bibir bawahnya, semua menjelaskan apa yang gadis itu pikirkan. Dan David, sebagai seorang sahabat yangbpengertian, langsung paham akan keinginan sulit terucap Rosie.Si jangkung mendengus frustasi. Keinginan tak terucap itu adalah hal yang dia benci untuk turuti. Dia tau bahwa akan ada sesuatu yang buruk terjadi jika dia mengamininya. Tapi dia tidak punya hak untuk menolak pasalnya ini sepenuhnya hak Rosie."Ok
Baca selengkapnya

Jealous

"S-sebenarnya bukan marah. Aku cemburu."Pupil mata Rosie sekejap melebar lantaran kaget teramat sangat. Dari segala bentuk kata yang menggambarkan perasaan, Rosie tidak menyangka sama sekali akan mendengar 'cemburu' meluncur dari mulut Edward. Terutama saat ini. Sebut dirinya munafik, tapi memang benar Rosie sekuat tenaga menyembunyikan kekagetan dan kesenangan di hatinya.Edward menghela nafas pelan, bukan karena lelah apalagi putus asa, melainkan lega. Ya. Dia lega setelah akhirnya mengungkapkan perasaannya. Selama ini terasa berat memikul rasa yang tak seharusnya kau miliki terhadap seseorang. Terlebih dia menderita sendiri menutupi segala hasrat terhadap Rosie."Iya, Rosie. Aku cemburu dengan Damian. Aku benci melihat dia dekat-dekat denganmu. Aku rasanya ingin mematahkan tangannya yang merangkulmu. Aku hampir gila menahan diri untuk tidak menghancurkan wajahnya yang sudah berani menciummu. Aku seharusnya tidak merasakan perasa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
19
DMCA.com Protection Status