All Chapters of Pernikahan yang Keliru : Istri Penuh Dosa: Chapter 1411 - Chapter 1420

Mendengar jawaban Karen, Madeline membuat suara bingung tak percaya.Mata tajam Jeremy terbuka dan tatapannya jatuh pada ekspresi serius di wajah mungil Madeline.Madeline mengunci tatapannya dengan Jeremy sambil terus mendengarkan Karen berbicara melalui telepon.Tak berapa lama kemudian, Madeline menutup telepon.Jeremy menariknya ke dalam pelukannya dan bertanya dengan hati-hati, "Apa sesuatu terjadi pada Mom?"Madeline menggelengkan kepalanya. "Dia baik-baik saja. Hanya saja…""Hanya apa?" Jeremy menatap mata Madeline yang berkilauan.Madeline mengambil ponsel Jeremy dan membuka Twitter di mana dia menemukan cuitan yang trending nomor satu hari ini. Dia merasa berada dalam dilema."Lihat, Jeremy." Dia menyerahkan ponsel itu kepada Jeremy dan rasa frustrasinya semakin dalam.Jeremy melirik isinya dan pusaran dingin mengalir di kedua mata dalamnya.Isi surat yang ditulis Old Master Jones kepada Old Master Whitman sedang trending!Cuitan itu mengatakan bahwa petunjuk berasal dari oran

Dia menoleh dan menatap pria di sampingnya, mendapati pria itu menatapnya dengan lembut. Madeline merasakan wajahnya makin panas dan jantungnya berpacu lebih cepat.Meskipun telah jatuh cinta dengan pria itu selama sekian tahun, dia masih bengong seolah-olah telah berubah menjadi gadis muda yang sedang jatuh cinta.Dia mendongak dan melihat profesor mengajar mata kuliah dengan penuh semangat. Madeline mau tak mau mengikuti permainan pria di sebelahnya, membiarkan pria itu mengaitkan jari-jarinya dengan jarinya. Jari-jari mereka saling bertautan hingga bel tanda berakhirnya kuliah berbunyi.Madeline tak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika dia dan Jeremy mendapat kesempatan untuk menghidupkan kembali masa sekolah mereka. Jika masa lalu bisa ditulis ulang, dia bertanya-tanya apakah pria ini akan berubah menjadi anak tampan yang suka memerintah yang akan terus berada di dekatnya setiap hari selama dan setelah kelas, mencegah anak laki-laki lain mendekatinya.Kemungkinan besar.Madelin

Setelah semua musibah dan insiden tak terduga yang terjadi, Jeremy sekarang sangat berhati-hati.Terlebih lagi ketika menyangkut Madeline. Dia tentu saja menolak untuk lengah.Membuka pintu, mereka bertemu dengan seorang pelayan yang tersenyum.“Pelanggan VIP terhormat, dalam satu jam lagi, akan ada pesta topeng di teras atas hotel kami. Tamu kami yang terhormat dipersilakan untuk bergabung jika berkenan. Ini undangan Anda, dan saya harap Anda berdua akan pulang dengan kenangan yang tak terlupakan dan membahagiakan selama Anda tinggal di sini.”Ternyata begitu adanya. Madeline menerima undangan itu. "Terima kasih.""Terima kasih kembali." Pelayan tersenyum sopan dan berbalik. Madeline dan Jeremy datang ke sini untuk bersenang-senang, jadi tidak ada alasan bagi mereka untuk melewatkan acara seperti itu.Namun, Madeline terkejut mengetahui bahwa Jeremy sudah mengetahui acara semacam itu dan bahkan telah menyiapkan pakaian mereka. Dia bahkan membantu Madeline mengenakan gaun panjang hita

Jeremy mengejarnya. Dia sudah bisa merasakan kalau suasana hati Madeline sedang tidak bagus.Mengingat kembali enam bulan itu, sungguh bukan kenangan yang ingin dia ingat kembali.Madeline duduk di pantai dekat hotel dan melepas topengnya. Dia langsung berhadapan dengan angin malam saat berjalan maju tanpa tujuan.“Linnie.”Suara Jeremy terdengar dari belakang dan langkah kaki Madeline perlahan terhenti.Dia tidak ingin bertengkar dengan pria itu, tetapi itu tidak akan mengubah fakta kalau dia kesal.Jeremy berjalan mendekat lalu berdiri di depan Madeline. Angin laut bertiup dan mengacak-acak rambut pendeknya. Di bawah lampu jalan berwarna kuning, ekspresi melankolis di wajah mungil Madeline jelas terlihat oleh Jeremy. Alisnya yang tajam berkerut meminta maaf saat dia membuka tangannya untuk menarik Madeline ke sebuah pelukan erat."Ini tidak seperti yang kau pikirkan, Linnie." Dia memeluk Madeline erat-erat, suaranya yang lambat dan lembut terdengar di telinganya. “Kami hanya bertema

Setelah membaca isi pesannya, Jeremy mendongak dan melirik Madeline.Takut mengganggu tidurnya, dia mengangkat selimut dengan hati-hati dan turun dari tempat tidur.Tepat ketika memakai sandalnya, dia mendengar Madeline menggumamkan namanya, "Jeremy." Dia berhenti dan berbalik dengan perasaan bersalah. Ketika menyadari bahwa Madeline hanya mengigau, dia menghela nafas lega. Namun, rasa bersalah menggelegak di dadanya.'Linnie.’'Maafkan aku.’‘Aku akan kembali padamu setelah menangani ini.’Dia berjanji dalam hati sebelum mengenakan blazernya. Dengan langkah ringan, dia meninggalkan kamar.Teras hotel kosong dan sunyi sekarang karena pesta sudah berakhir.Jeremy masuk ke dalam dan melihat seorang wanita duduk di dekat bar.Di bawah lampu jalan kuning samar, wanita itu terlihat memegang segelas anggur dan dengan santai menyesapnya. Rambut ikal ungunya terbentang di atas bahunya yang halus, dan sosoknya yang seksi tampak makin memikat di bawah cahaya lampu.Meski begitu, Jeremy tidak te