Mereka baru duduk sebentar ketika para pria bertopeng satu demi satu datang untuk mengajak Madeline berdansa.Terlepas dari cahaya fantastis dan topeng di wajah Jeremy, Madeline bisa dengan mudah membayangkan bagaimana ekspresi pria itu saat ini.Dengan hanya melihat bunga es yang mengalir dari tatapan dingin pria itu, Madeline sudah bisa menebak betapa kesalnya Jeremy. Bahkan minum sesuatu yang dingin tak akan bisa memadamkan amarahnya.Sekarang setelah dia memikirkannya, aneh juga karena tidak ada wanita yang datang untuk meminta Jeremy berdansa meskipun penampilan pria itu luar biasa.Madeline mengambil minuman dingin dan hendak menggoda pria yang sedang kesal di depannya ketika seorang wanita muda dalam pakaian penyihir berjalan ke arah Jeremy.Musiknya keras, tapi Madeline bisa dengan mudah mendengar wanita itu menyapa Jeremy.“Aku tak menyangka akan melihatmu di sini, Jeremy. Kebetulan sekali!"Jeremy sama sekali tidak menyadari kalau wanita itu ada di dekatnya sampai dia menden
Jeremy mengejarnya. Dia sudah bisa merasakan kalau suasana hati Madeline sedang tidak bagus.Mengingat kembali enam bulan itu, sungguh bukan kenangan yang ingin dia ingat kembali.Madeline duduk di pantai dekat hotel dan melepas topengnya. Dia langsung berhadapan dengan angin malam saat berjalan maju tanpa tujuan.“Linnie.”Suara Jeremy terdengar dari belakang dan langkah kaki Madeline perlahan terhenti.Dia tidak ingin bertengkar dengan pria itu, tetapi itu tidak akan mengubah fakta kalau dia kesal.Jeremy berjalan mendekat lalu berdiri di depan Madeline. Angin laut bertiup dan mengacak-acak rambut pendeknya. Di bawah lampu jalan berwarna kuning, ekspresi melankolis di wajah mungil Madeline jelas terlihat oleh Jeremy. Alisnya yang tajam berkerut meminta maaf saat dia membuka tangannya untuk menarik Madeline ke sebuah pelukan erat."Ini tidak seperti yang kau pikirkan, Linnie." Dia memeluk Madeline erat-erat, suaranya yang lambat dan lembut terdengar di telinganya. “Kami hanya bertema
Penglihatan Madeline perlahan kabur saat menatap ekspresi damai di wajah pria itu."Apa kau tahu kenapa warna rambut dan iris mataku berubah?" Jeremy bertanya sambil tersenyum. "Itu memang ada hubungannya dengan racun yang bekerja lambat yang diberikan Lana padaku, tapi ada lebih dari itu."Saat berbicara, alis indahnya tiba-tiba berkerut.“Ini lebih berkaitan dengan bagaimana aku mencoba segala macam obat tidak jelas hanya agar aku bisa hidup lebih lama lagi. Wanita yang tadi itu adalah dokter yang menemukan obat yang bisa mencegah penyebaran racun yang bekerja lambat itu. Aku menghabiskan setengah tahun berjuang dalam keputusasaan ketika mencoba untuk bertahan hidup.”“Dia mengatakan kepadaku bahwa tidak ada cara untuk bisa menghilangkan racun dari tubuhku sepenuhnya dan aku hanya memiliki waktu paling lama dua tahun lagi. Itulah kenapa ketika aku kembali kepadamu dan anak-anak, aku menemukan diriku dalam posisi yang sangat bertentangan.”Jeremy tertawa putus asa.“Aku ingin bersamam
Setelah membaca isi pesannya, Jeremy mendongak dan melirik Madeline.Takut mengganggu tidurnya, dia mengangkat selimut dengan hati-hati dan turun dari tempat tidur.Tepat ketika memakai sandalnya, dia mendengar Madeline menggumamkan namanya, "Jeremy." Dia berhenti dan berbalik dengan perasaan bersalah. Ketika menyadari bahwa Madeline hanya mengigau, dia menghela nafas lega. Namun, rasa bersalah menggelegak di dadanya.'Linnie.’'Maafkan aku.’‘Aku akan kembali padamu setelah menangani ini.’Dia berjanji dalam hati sebelum mengenakan blazernya. Dengan langkah ringan, dia meninggalkan kamar.Teras hotel kosong dan sunyi sekarang karena pesta sudah berakhir.Jeremy masuk ke dalam dan melihat seorang wanita duduk di dekat bar.Di bawah lampu jalan kuning samar, wanita itu terlihat memegang segelas anggur dan dengan santai menyesapnya. Rambut ikal ungunya terbentang di atas bahunya yang halus, dan sosoknya yang seksi tampak makin memikat di bawah cahaya lampu.Meski begitu, Jeremy tidak te
Dia mengaduk-aduk cairan di gelasnya dan mendengus kesal.“Tidak mungkin aku akan kalah darimu, Adam. Apa kau pikir dirimu benar-benar bisa menyelamatkan Jeremy? Hmph. Tak mungkin aku akan membiarkanmu ikut campur tangan ke dalam subjek eksperimenku!"Jeremy berlari dari teras sepanjang jalan kembali ke pintu masuk hotel, tapi tiba-tiba pandangannya tak bisa lagi menemukan Madeline.Dia khawatir Madeline akan mendapat ide yang salah setelah apa yang dia dengar dari percakapan mereka. Belum lagi saat ini tengah malam dan Madeline berada dalam lingkungan yang asing. Dia takut Madeline akan tersesat.Dia buru-buru kembali ke kamar. Melihat tempat tidur yang kosong, dia merasakan jantungnya karam lebih dalam lagi.Dia mengeluarkan ponselnya untuk mencari lokasi Madeline. Tepat ketika akan berjalan ke pintu masuk, dia mendengar suara air mengalir dari kamar mandi.Langkah kaki Jeremy tiba-tiba berhenti saat mendongak dan melihat Madeline menyipitkan mata dengan muram saat berjalan keluar da
Jeremy tak mengira Madeline akan berjalan ke pintu juga dan diam-diam mengintip melalui lubang intip dari sudut matanya sebelum menjawab dengan jelas, “Tidak. Aku baru saja akan membuka pintu.”Dia tersenyum lembut lalu membuka pintu.Ketika pintu terbuka, Madeline bertemu dengan seorang wanita muda memikat yang berdiri tepat di luar kamar mereka.Tadi malam lampunya mungkin redup, tapi Madeline akan mengingat fitur-fitur halus seperti itu.Shirley melihat Madeline memperhatikan dirinya dan teringat bagaimana Madeline mengetahui pembicaraan larut malamnya dengan Jeremy. Dia tersenyum tidak setuju dan hendak berbicara ketika Madeline tiba-tiba berjalan ke arahnya sambil tersenyum ramah."Halo. Aku Eveline, istri Jeremy. Jeremy sudah memberitahuku tentang bagaimana kau membantunya ketika keadaannya tidak baik selama setengah tahun itu. Terima kasih telah mengizinkan suamiku kembali kepadaku.”“…” Ekspresi bingung melintas di kedua mata Shirley.Dia curiga Madeline mengejeknya, tetapi sen
"Untukku?" Madeline mengambil hadiah itu dengan bingung dan menyadari bahwa ada sebuah catatan di atasnya.Di catatan itu tertulis: [Aku sedang terburu-buru dan tidak punya waktu untuk mencarikan hadiah perkenalan yang lebih baik. Kuharap kau akan menyukai ini.], ditandatangani oleh Shirley.Hadiah perkenalan dari Shirley? Madeline terkejut. “Apa kau punya nomor telepon Shirley, Jeremy? Aku ingin berterima kasih padanya.”"Tidak," jawab Jeremy singkat, "Ayo pergi, Linnie. Kita tinggalkan saja ini di meja resepsionis.”"Bukankah tidak sopan melakukan itu saat seseorang memberikan hadiah?" Madeline akhirnya memutuskan untuk membawa hadiah itu ke kamar.Jeremy tidak banyak bicara dan kembali ke kamar bersama Madeline.Dalam perjalanan ke kamar, Madeline membuka kotak itu dan menemukan paket aromaterapi di dalamnya.Bentuk botolnya tidak biasa karena berbentuk ular.Dia sendiri sensitif terhadap aroma dan ditambah dengan profesinya sebagai pembuat parfum, dia mengendusnya dengan penasaran
Madeline berlari keluar dari kamar mandi dan melihat Jeremy terbaring di lantai di samping tempat tidur.“Jeremy!”Dia dengan panik menghampiri dan berlutut di samping pria itu. Alis tajam pria itu terajut seolah-olah sedang menahan penderitaan yang parah. Jantung Madeline berpacu dengan panik.“Apa yang terjadi, Jeremy? Apakah racunnya beraksi lagi?”Madeline menarik bahu Jeremy sehingga pria itu bisa bersandar di dadanya.Andai bisa, dia ingin membawa Jeremy ke tempat tidur, tapi dia tidak cukup kuat."Apa yang terjadi? Adam sendiri yang bilang kalau jeda antara setiap serangan akan menjadi lebih lama dan lebih lama lagi. Kenapa ini terjadi sekarang?”Madeline cemas dan air matanya mulai berjatuhan tanpa bisa dia tahan, jatuh ke wajah Jeremy."Jangan khawatir, Linnie," kata Jeremy melalui rasa sakit lalu mengulurkan tangannya dan membelai pipi Madeline. “Aku sudah terbiasa dengan rasa sakit. Ini tidak akan lama. Aku akan segera baik-baik saja.”Dia menghibur wanita itu saat bibirnya
Gina, yang berdiri di pintu, melihat adegan itu dan hendak masuk ketika dia dihentikan oleh suaminya.“Jangan membuat lebih banyak masalah lagi. Apa kau benar-benar ingin putramu menjadi bujangan selama sisa hidupnya?”“Siapa bilang aku akan membuat masalah? Aku akan memberi tahu mereka kalau aku sekarang setuju dengan pernikahan ini, oke?”Suaminya terkejut. "Kamu setuju?"Gina hendak menjawab ketika dari sudut matanya, tiba-tiba dia melihat sekilas cahaya di ruangan itu, disusul dengan sorakan dan tepuk tangan dari dalam.Ava melepaskan diri dari pelukan Daniel. Dia terkejut menemukan Madeline dan Jeremy, kedua orangtuanya, dan bahkan Tom dan Maisie perlahan mendekati mereka sambil tersenyum gembira. Ava menatap kosong ke arah Madeline. Kemudian, dia akhirnya mengerti kalau mereka semua telah bekerja sama untuk mengatur ini.Hanya dia dan kedua orangtua Daniel yang tidak diberi tahu.Daniel sama sekali tidak pernah berpikir untuk meninggalkannya. Pria itu hanya menggunakan pendekatan
Setelah mendengar ucapan Ava, Gina perlahan berhenti.Dia tak pernah menyangka kalau di hati Ava masih tersimpan rasa hormat padanya.Ini benar-benar mengejutkannya.Namun, sesaat kemudian dia mendengar Madeline membela Ava. “Ava, kau menghormati mereka, tetapi apakah mereka pernah menghormatimu? Rasa hormat itu harus secara timbal balik.”“Tapi Danny akan selalu menjadi putra mereka. Jika Dan dan aku bersikeras untuk menikah, kedua orangtuanya tidak akan bahagia selama sisa hidup mereka,” kata Ava dengan desahan tak berdaya. "Aku benar-benar tidak ingin Dan terjebak di tengah masalah ini."“Tapi Ava…”“Maddie, jangan bujuk aku. Kau seharusnya sudah tahu pasti bahwa ketika kau benar-benar mencintai seseorang, kau tidak harus tinggal bersama orang itu. Selama orang yang kau cintai aman, sehat, dan bahagia, itu sudah cukup, bukan?”Senyum lega tersungging di wajah Ava seolah-olah dia sudah membuat keputusan akhir di dalam hatinya.Madeline ingin membujuk lagi, tapi sepertinya untuk saat
Kedua orangtua Daniel, yang diam-diam mengamati Ava dari kejauhan, berangsur-angsur menjadi semakin gelisah di dalam mobil.“Hmph, berani-beraninya dia bilang kalau dia punya hubungan yang mendalam dengan Dan? Ini sudah lama sekali dan dia masih tidak tahu ke mana Dan pergi,” keluh Gina sambil memutar kedua bola matanya.Ayah Daniel melirik Gina. “Jangan terlalu jahat. Saat ini, yang terpenting adalah menemukan Dan. Ava bukan orang jahat. Pada awalnya, kau tidak menyukai wanita itu karena dia tidak punya orangtua, uang, dan kekuasaan. Sekarang, kedua orangtuanya masih hidup dan sehat, ibunya kaya raya, dan ayahnya adalah seorang dokter spesialis dan profesor. Apa lagi yang membuatmu tidak puas? Apa kau benar-benar ingin putramu tetap melajang sepanjang hidupnya?”Gina tidak senang ketika suaminya mengeluh tentang dirinya.“Bukankah kamu juga awalnya keberatan? Aku akhirnya menyetujui hubungan mereka, tetapi ayahmu menolak untuk setuju untuk menyelamatkan reputasinya. Mengapa sekarang k
Setelah membaca pesan Daniel, Old Master Graham sangat marah hingga sepasang matanya terbuka lebar.'Dia baru saja keluar dari rumah sakit dan dia kabur demi seorang perempuan?’‘Dia bahkan mengatakan bahwa jika dia tidak bisa menikahi perempuan itu, dia tidak akan menikah dengan siapa pun nanti?’Old Master Graham tidak akan pernah membiarkan hal seperti itu terjadi.Namun, ketika memikirkannya lagi, dia masih merasa sedikit gugup.Jika Daniel benar-benar tidak menikah karena ini, bukankah ini akhir dari Keluarga Graham?‘Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi.’Setelah berlari keluar, Ava pergi mencari Daniel di semua tempat yang bisa dia pikirkan. Namun, setelah menghabiskan sepanjang pagi mencari pria itu, dia masih tidak bisa menemukan Daniel.Dia mencoba menelepon Daniel, dan meskipun panggilan itu tersambung, selalu tidak dijawab.Seiring berjalannya waktu, Ava merasa sangat lelah. Dia duduk di sebuah kursi di pinggir jalan dan memperhatikan jalan di mana orang-orang lalu lalang.
"Aku akan pulang sekarang juga!"Gina buru-buru berlari ke parkiran. Tiba-tiba, dia berbalik dan menghentikan Ava, yang akan mengikutinya.“Jangan ikuti aku! Kau tidak diterima di rumah kami.”Terlepas dari peringatan Gina, Ava tak bisa menahan dirinya untuk tidak mencari Daniel.Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Bagaimana bisa Daniel tiba-tiba memulangkan dirinya sendiri? Pria itu jelas-jelas koma di ranjang rumah sakit dan selama ini tidak sadarkan diri.Dalam perjalanan ke sana, Ava menelepon Daniel, tetapi Daniel tidak menjawab.Ava tidak tahu apakah Daniel membawa ponselnya, tetapi singkatnya, dia tidak bisa menghubungi pria itu.Dia sangat ingin berdiri di depan Daniel sekarang, tapi jalanan yang macet menghambatnya.“Lihat ini dan kau akan tahu apa yang terjadi.” Ayah Daniel terdengar seperti sedang mencela seseorang, lalu pria itu tampak menyerahkan sesuatu kepada Gina.Ava dengan cepat masuk sambil bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Daniel, tetapi begitu dia melangk
Untuk sementara waktu, Ava menatap bangsal yang kosong. Kemudian, dia kembali tersadar dan segera pergi mencari Daniel.Namun, setelah mencari-cari sebentar, Ava tidak bisa menemukan Daniel, dan itu membuatnya merasa sedikit gugup.Pada saat ini, Gina juga masuk.Dia melihat bangsal itu kosong, dan Daniel, yang seharusnya berbaring di ranjang rumah sakit, telah menghilang."Apa yang sedang terjadi? Di mana Dan? Apakah dokter membawa Dan pergi?” Gina menatap Ava dan bertanya dengan ekspresi tidak ramah di wajahnya.Ava sudah terbiasa dengan sikap Gina, jadi dia tidak mau repot-repot berdebat dengan Gina. Sebaliknya, dia menjawab, “Aku juga ingin tahu.”“Bagaimana mungkin kamu tidak tahu? Kau datang sebelum aku.”“Dan sudah tidak ada di bangsal saat aku datang,” kata Ava dan berbalik. "Aku akan pergi ke ruang perawat dan bertanya pada mereka.""Tunggu."Gina meraih tangan Ava, wajahnya gelap.“Ava, dengar aku baik-baik. Dan telah banyak menderita dan beberapa kali terluka karenamu. Karen
Karena berpikir seperti itu, itu menunjukkan bahwa Julie adalah orang yang masuk akal."Lilly." Julie berjalan ke arah Lilian dan berjongkok, menyapanya dengan ramah. “Lilly, aku sangat menyukaimu. Kuharap dirimu bisa berbahagia setiap hari, dan kuharap kau segera bisa bicara.”Lilian adalah anak yang pengertian. Dia menyunggingkan seulas senyum manis dan mengangguk penuh semangat, menunjukkan bahwa dia menerima doa Julie.Julie berdiri dan menghadap Fabian. Saat ini, kekaguman di matanya makin bertambah dan kegigihannya yang sangat kuat sebelumnya telah banyak berkurang.Jika kita menyukai seseorang, kita tidak harus dengan keras kepala memperjuangkannya.Julie tidak mengatakan apa-apa dan hanya tersenyum pada Fabian.Fabian juga tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia membungkuk dan mengangkat Lilian ke dalam gendongannya. Sebelum berbalik, dia memberi Julie senyum ramah.“Miss Charles, kau masih bisa datang kepadaku jika kau membutuhkan bantuanku di masa yang akan datang. Lagi pula, aku
"Ya," kata Fabian terus terang.Julie mengira dirinya akan merasa malu karena hal ini, tetapi dia tak tahu mengapa dia masih merasa sangat santai. Meski begitu, dia tetap merasa sedikit malu.Agar Julie tidak merasa malu, Fabian tersenyum dan berkata, “Aku ingin membantumu keluar dari situasi itu, Miss Charles, tetapi aku tidak mau melewati batas. Aku juga tidak menyangka seseorang mengambil video dan mengunggahnya ke internet. Lilly dan aku telah membuatmu terlibat dalam banyak kesulitan. Aku benar-benar minta maaf mengenai itu.”Selesai mengatakan itu, Fabian mengambil jeda, lalu dengan lembut melirik Lilian."Tapi Miss Charles, yakinlah, tidak akan ada masalah seperti itu lagi di masa yang akan datang."Julie tertegun sejenak ketika mendengar kata-kata itu, dan entah kenapa dia merasakan rasa kehilangan yang kuat muncul dari lubuk hatinya.Dia menatap Fabian dengan curiga, dan tentu saja, kata-kata yang dia dengar selanjutnya membuatnya merasa menyesal."Miss Charles, aku telah mene
Adegan Mr. Martinez membuat keributan dan Fabian akhirnya datang bersama Lilian untuk menyelamatkan situasi direkam dan diposting di internet.Si pengunggah video masih sedikit berhati-hati dan telah menyensor penampakan Lilian, tetapi sosok dan wajah Fabian terlihat jelas di video.Patty sekilas mengenali orang dalam video itu sebagai Fabian.Setelah melihat komentar-komentar di bawah video, Patty semakin cemas."Julie, kok bisa-bisanya kamu jatuh cinta pada seorang ayah tunggal?"Julie mengerutkan kening. “Ya, aku tidak akan menyangkal. Aku memang naksir Mr. Johnson.”"Apa?"“Ck ck ck … Julie, apa kau benar-benar menyukai ayah tunggal itu?” Sorot mata Mrs. Gill sangat halus. “Seseorang telah menggali semua informasi mengenai pemuda itu, dan ternyata dia adalah adik Yorick. Dulu, Yorick menimbulkan segala macam masalah dan melakukan apa pun yang dia inginkan di Negara F. Kakak perempuannya, Lana, juga terkenal di lingkungan pergaulan kami.”"Apa? Dia adik Yorick dan Lana?” Patty bahka