All Chapters of PERNIKAHAN YANG TERNODA: Chapter 101 - Chapter 110

126 Chapters

101. PENYESALAN BASTIAN

"Lepasin gue!" bentak Basti pada Bayu dan Marcel yang kini menyeretnya ke dalam rumah Marcel. Ke dua tangannya di kunci dan di ikat ke belakang. Tubuhnya di giring dan di hempaskan terduduk di sofa ruang tamu rumah Marcel dan Aksel.Aksel yang berjalan di belakang mereka kini terlihat menutup pintu rumahnya rapat-rapat lalu menguncinya dari dalam.Malam ini juga, Bastian harus mengetahui semuanya.Bayu yang merencanakan ini semua. Dia sudah tidak mau menunda apapun lagi. Persetan dengan larangan ke dua orang tuanya yang mengatakan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi menimpa Bastian seandainya mereka memaksa memberi tahu hal yang sebenarnya terjadi kepada Bastian. Perlakuan Basti terhadap Raline malam ini cukup menyulut emosi Bayu.Kesalahpahaman ini terjadi karena ulahnya dan Bayu juga yang harus mengakhirinya.Sekarang!"Kasih liat dia video asusila itu, Sel," perintah Bayu pada Aksel. Bayu berdiri di hadapan Bastian yang kini m
Read more

102. PERTANYAAN BAYU

Usai mengungkap kebenaran, Bayu jelas tak bisa melepas sang Kakak begitu saja. Dia cukup khawatir hal-hal buruk akan terjadi menimpa nasib sang Kakak, seperti halnya yang telah di jelaskan Helen dan Jonas kepadanya, mengenai kemungkinan-kemungkinan terburuk yang mungkin saja terjadi jika mereka harus tetap memaksakan kehendak untuk mengatakan hal yang sebenarnya kepada Bastian.Jadilah kini Bayu terpaksa menguntit kepergian sang Kakak saat dia melepaskan ikatan Basti di rumah Marcel tadi.Begitu tahu kebenaran mengenai Raline Basti tak mengucapkan sepatah katapun. Dia hanya duduk di sofa dengan tatapan mengarah ke lantai rumah Marcel. Meski, Bayu tak menampik adanya perasaan bersalah yang teramat sangat setelah dia mengatakan semua hal tersebut kepada Bastian. Bayu hanya ingin semua kesalahpahaman ini bisa segera terselesaikan tanpa harus dibuat berlarut-larut, menggantung seperti kasus yang tidak tuntas. Perasaan bersalah dalam diri Bayu akan semakin menjadi-jadi, jik
Read more

103. BENCANA LAGI

Raline dan Rani terduduk di atas kasur lantai di kontrakan baru mereka.Kebetulan hari ini Raline masuk shift siang, jadi dia mempergunakan waktunya sejak pagi tadi untuk pindahan. Rumahnya sudah ada yang men-DP. Meski belum mau di tempati, namun Raline dan Rani sepakat untuk langsung pindah saja. Mereka sengaja mencari lokasi tempat tinggal yang tak jauh dari tempat Raline bekerja. Sebagian barang-barang mereka sudah mereka cicil dengan melelangnya ke tetangga-tetangga sekitar sejak beberapa hari yang lalu. Jadi saat mereka pindahan sekarang, barang-barang yang mereka bawa sudah sangat sedikit. Hanya satu kasur lantai untuk mereka berdua, satu lemari pakaian, Tv, peralatan dapur lengkap, kulkas dan dua buah kursi yang mereka taruh di teras.Berhubung mereka hanya tinggal berdua, jadilah barang-barang mereka pun tidak banyak.Rani terlihat terbatuk-batuk. Sepertinya dia mulai kelelahan."Minum dulu, Bu," Raline memberikan segelas air putih kepada Ibunya.
Read more

104. MENEMUI RALINE

Basti terbangun dari pingsannya. Sekujur tubuhnya yang penuh dengan luka-luka kini telah terbalut perban. Memang hanya sebatas luka-luka ringan dan tidak ada cidera serius apalagi luka fatal, tapi tetap saja dia merasakan nyeri di sekujur tubuhnya saat ini.Setelah bosan melamun di tepi danau selama berjam-jam lamanya, hanya sekedar mencari ketenangan dan merenungi kebenaran, Basti pun hengkang dari tepi danau dan menjadikan sebuah club malam sebagai tempat singgah ke duanya. Dia meminum cukup banyak alkohol malam itu, hingga dia mabuk. Meski tak menghilangkan seluruh kesadarannya. Bahkan Basti merasa masih mampu untuk menyetir mobil sendiri, setelah sang penjaga Club memperingatinya untuk segera pulang sebab menjelang shubuh, Club itu akan tutup.Basti berjalan terhuyung menuju parkiran mobil. Pandangannya sedikit berkabut. Namun Basti tak punya pilihan lain selain menyetir mobil sendiri meski dalam kondisinya yang tak memungkinkan untuk menyetir.Malam tadi Ba
Read more

105. BASTI'S SADNESS

Pagi itu mendung menggelayut di langit. Matahari enggan menampakkan sinarnya karena awan hitam itu menggulung dengan penuh angkuh dan tak sama sekali memberikan celah bagi matahari untuk menyinari bumi.Rintik-rintik gerimis mulai terasa menyentuh indra. Meraba pada tapak bumi yang dahaga. Membasahi pepohonan pun dedaunan yang bersorak-sorai kegirangan. Tanah pemakaman perlahan kian basah oleh rintik gerimis yang menderas.Satu persatu manusia yang ikut menghadiri acara prosesi pemakaman Rani pun mulai berlarian mencari perlindungan dari hujan. Kebetulan pemakaman sudah selesai. Namun, Raline masih enggan beranjak dari pusara Ibunya.Raline masih larut dalam kesedihannya. Dalam dunianya yang kian memudarkan cahaya terangnya. Dunianya yang kini menggelap seiring waktu. Dunianya yang tak lagi berputar secepat dulu. Sebab, mulai detik ini, waktu dalam dunia Raline pasti akan terasa sangat panjang.Dirinya sendirian sekarang. Raline hanya sebatang kara di dun
Read more

106. BUKAN RALINE

Siang itu sesampainya Bayu di rumah sakit, dia tak mendapati Bastian di sana. Sementara dirinya hanya mendapati sang Mamih menangis terisak dalam pelukan sang Papih.Jonas dan Helen yang langsung menumpahkan semua kekesalan dan amarah mereka pada Bayu."PAPIH KECEWA SAMA KAMU BAYU!"Jonas selesai dengan ceramah panjang lebarnya kepada Bayu. Wajahnya merah padam namun menyimpan kecemasan yang nyata."Semua ini nggak akan terjadi menimpa kakakmu kalau bukan gara-gara kamu Bayu! Puas kamu sekarang!" bentak Helen pada anak bungsunya itu. Bayu hanya tertunduk dalam diam. Terbersit perasaan bersalah dalam benaknya setelah tahu apa yang di alami Bastian shubuh tadi."Mas, Hans sudah memberi kabar tentang Basti?" tanya Helen pada Jonas di sampingnya. Suaminya itu terlihat sedang sibuk dengan ponselnya. Jonas telah mengerahkan semua anak buahnya untuk mencari Bastian. Meski belum ada kabar sampai detik ini.Jonas hanya menggeleng pelan. Lalu kepalany
Read more

107. DI PEMAKAMAN

"Ya ampun Bastian? Lo ngapain di situ?" pekik Aksel yang langsung berhambur menghampiri Basti, diikuti oleh Bayu dan seorang penjaga makam yang membawa senter. Sebab suasana makam di malam hari sangat gelap. Tak ada pencahayaan sama sekali."Saya tadi udah ajakin Mas itu ke kantor pemakaman di depan supaya dia nggak kedinginan di sini, tapi dianya diem aja, saya jadi takut, makanya saya tinggalin," celetuk si penjaga makam.Bayu terenyuh menatap keadaan sang Kakak saat ini. Dia jadi semakin merasa bersalah karena telah mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Awalnya Bayu yakin Raline masih mau menerima Bastian, tapi saat mendengar tentang kematian Ibunda Raline hari ini, Bayu justru malah dirundung cemas dan nyatanya kecemasan itu kini menjadi kenyataan. Sepertinya, Raline memang telah benar-benar membenci Bastian. Atau mungkin apa yang kini Raline lakukan kepada Bastian adalah imbas dari sakit batinnya terhadap semua kejadian n
Read more

108. CINTA DIAM-DIAM

Waktu kian berjalan. Berputar pada porosnya. Masa berlalu dengan begitu lambat dan menyiksa.Fajar menyingsing di pagi hari tergantikan oleh terik panas di siang hari. Senja merangkak menuju peraduannya. Meninggalkan sejuta keindahan semu yang menipu. Menyambut malam gelap yang tak berujung dalam hati tiap-tiap jiwa yang terselubung. Tertutup oleh topeng senyum. Bersembunyi di balik tawa keceriaan yang palsu.Meski pedih, perih, letih, dan tertatih, hidup harus tetap berlanjut bukan?Maka kesampingkan semua rasa sakit itu. Selama masih ada alasan yang bisa membuat diri tertawa.Saat ini, hanya Keanulah satu-satunya manusia yang menjadi alasan Raline untuk tetap tertawa dan menerima semua uluran tangan tulus laki-laki itu. Keanu merubah dunia Raline yang sepi dengan sejuta kelakar indah dan gurauan-gurauan recehnya yang terus mengukir senyuman di wajah Raline. Meski, dia masih melihat bayangan laki-laki lain di balik mata indah itu yang kini selalu menatap
Read more

109. RALINE DAN KEANU

Sudah menjadi rutinitas Basti selama satu minggu belakangan, menghabiskan waktu malamnya di Club untuk kemudian minum sampai larut jika dia tidak sedang di sibukkan oleh kegiatan shooting.Pikirannya akhir-akhir ini terus kacau. Membuat jadwal pekerjaannya berantakan. Konsentrasinya terganggu dan seringkali tidak fokus dalam bekerja.Basti sadar, dirinya memang tak mampu hidup tanpa Raline. Sekuat apapun dia berusaha untuk tegar dan terlihat kuat, tapi kenyataannya Basti begitu rapuh dan lemah.Sejauh ini yang bisa Basti lakukan hanya memantau Raline dari kejauhan. Dia belum berani mendekati Raline setelah kata-kata menyakitkan yang dilontarkan Raline padanya di pemakaman. Terlebih, kedekatan Raline dengan Keanu akhir-akhir ini, justru semakin membuat Basti frustasi. Bahkan dia seringkali tak menjawab saat Keanu sedang memberinya arahan di lokasi shooting. Entah laki-laki itu menyadari atau tidak perubahan dalam diri Basti. Persetan dengan semua itu. Tapi yang j
Read more

110. KENYATAAN PAHIT

Basti mengurungkan niatnya untuk keluar dari mall, sebab keberadaan Raline dan Keanu di sana.Jika dia paksakan keluar, otomatis dirinya akan berpapasan dengan mereka. Jadilah Basti berjalan putar balik. Meski, dia tidak tahu arah tujuannya saat ini. Moodnya hancur berantakan. Perasaannya mendadak kacau balau. Kenapa dia harus terjebak dalam situasi seperti ini sekarang! Tapi satu detik setelah itu, langkah Basti terhenti, saat dia tak menemukan Bayu di belakangnya. Jadilah dia kembali ke tempat tadi untuk sekedar memastikan Bayu tak melakukan tindakan konyol apapun terhadap Raline.Dan benar saja perkiraan Basti, Bayu yang memang mengerti kenapa sang Kakak memutar arahnya, langsung mendekati Raline saat itu juga. Bayu jadi terpanggil untuk sekedar menyapa Raline. Meski, dia sudah tahu respon negatif yang akan di perolehnya dari wanita itu, namun Bayu tak akan mengambil pusing. Jika kemarin-kemarin Raline terus mengacuhkan dirinya dan semua usahanya untuk meminta maaf
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status