Home / Romansa / CLBK (Cinta Lama Biar Kembali) / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of CLBK (Cinta Lama Biar Kembali): Chapter 41 - Chapter 50

60 Chapters

Bertengkar lagi

~~~***~~~Siang itu Ayu akhirnya diperbolehkan pulang juga. Ia menghampiri bagian administrasi untuk mengurus pembayaran, padahal dia gak bawa uang sih. Seperti dugaannya, Zaki sudah melunasi semua administrasinya yang fantastis itu. Ayu berjanji dalam hati akan mengganti uang administrasi tersebut.Sambil membawa tentengan sisa buah dan obat, Ayu berjalan ke jalan raya mencari taxi. Masalah lain menghampiri, saat ia ingat tidak membawa uang seperak pun. Lantas bagaimana caranya pulang jika uang saja tak ada. Dompet pun entah dimana, kunci kossan menurut Zaki, ia titip di tetangga kossnya. Ya sudah dia nekad saja, naik taxi dulu, bayar kalau sudah di kos. Semoga uangnya masih ada di kosan, tak ada yang mencurinya.Saat ia sedang celingukan mencari taxi, sebuah mobil honda jazz berhenti tepat di depannya. Ayu kira ia tak kenal siapa pemiliknya karena memakai jas dan kacamata, ia pun menggeser tubuhnya menjauhi belakang mobil itu dan memalingkan
Read more

Kemarahan Irfan

~~~***~~~Irfan membanting jasnya ke sofa coklatnya. Nafasnya menderu marah. Tak lama dibantingnya semua yang ada di atas meja ke lantai. Botol minum, gelas, asbak rokok dan makanan lainnya berjatuhan di lantai dengan mengenaskan. Ruangan apartemen yang semula rapi, kini berantakan."Sebenarnya apa maumu? Aku bahkan sudah menodaimu tapi kamu tetap saja lari dariku. Selalu dengan alasan yang sama, Desi lagi! Aku tidak mengerti dengan jalan pikiran perempuan. Sudah jelas dia dipermainkan si Desi itu tapi tetap saja dia percaya. Kenapa kamu lemah sekali? Arrgghh..."Irfan kembali menendang sofa didepannya sampai terjungkal membentur dinding di belakangnya."Sebenarnya apa kekuranganku? Aku tampan dan hartaku bisa membuat anak cucu kita hidup berkecukupan. Tapi kenapa kamu masih saja memilih pergi daripada menerima pertanggungjawabanku. Dasar perempuan tidak tahu diri! Aku bisa saja mendapatkan seribu perempuan yang jauh lebih baik darimu, tapi aku tetap memi
Read more

Kamu dipecat!

~~~***~~~Malam semakin larut tapi tak jua membuat mata Ayu yang sudah bengkak karena terlalu banyak menangis itu terpejam. Kejadian demi kejadian yang dialaminya selama ini terus berkejaran bak rol filem dibenaknya membuatnya semakin kesulitan tidur. Ayu menyerah!Tak peduli sudah larut malam, akhirnya Ayu putuskan untuk pergi ke apotek. Ia mesti membeli obat tidur. Baru ia membuka pintu kosnya. Saat itulah Wina datang. Sepertinya ia baru pulang kerja shift malam.
Read more

End with you

~~~***~~~Ega bergegas menaiki tangga menuju ruangan Zaki dengan langkah riang. Hatinya berbunga-bunga. Pemecatan Ayu memberinya angin segar bahwa Zaki lebih memilihnya. Ia senang sekali karena akhirnya Zaki menyadari dimana seharusnya ia berada. Ia yakin langkahnya untuk menuju pelaminan bersama Zaki akan terwujud sebentar lagi.Udara dingin menyapanya saat ia masuk ke ruangan Zaki. Zaki sendiri sedang sibuk membuka beberapa file dokumen di atas mejanya."Sayang, aku seneng banget akhirnya kamu memecat perempuan itu. Sekarang takkan ada lagi yang mengganggu hubungan kita. Kita bisa segera menikah." kata Ega sambil mendekati Zaki dan duduk di pegangan kursinya.Zaki menggeliat seakan ingin melepaskan diri dari pelukan Ega membuat Ega cemberut. Dalam hati ia bertanya-tanya, mengapa Zaki dingin padanya? Harusnya mereka merayakan kemenangan ini dengan wajah gembira, bukan dingin seperti ini, kan?"Duduk lah di sofa. Ada yang ingin ku tunjukkan padamu.
Read more

Jangan Omesh, Neng!

Terima kasih banyak sudah membaca sejauh ini. Happy reading!! ~~~***~~~ Sore itu, mentari sudah kembali ke peraduannya. Di sebuah apartemen yang mewah. Seorang lelaki berwajah keras, dengan bulu lebat yang mulai tumbuh di bawah dagunya, menengguk botol minumannya entah untuk yang ke berapanya. Ia membanting botol itu ke lantai saat dirasanya botol itu tak jua mengeluarkan air setetes pun. Ia terlihat marah. Tak lama ia berteriak. Suaranya sendu menyiratkan keputusasaan yang dalam. "Neng... Aa kurang apalagi dalam mencintai Neng. Semua Aa berikan buat Neng. Bahkan nyawa pun rela Aa berikan asal Neng selalu bersama Aa. Tapi mengapa kau terus-terusan menolakku?" Laki-laki itu tak mengerti. Di saat perempuan lain menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya, Ayu sebaliknya. Ia selalu mencari cari untuk menolaknya. Padahal apa yang kurang darinya? Tampan, iya. Kaya tujuh turunan juga iya. Irfan menendang sofa di depannya sekuat tenaga. Oto
Read more

Cottage

~~~***~~~ Awan tertutup kabut tebal. Hembusan udaranya yang dingin terasa sejuk menerpa kulit. Seorang perempuan berambut sebahu yang baru saja selesai meletakkan lamaran di resto terdekat, turun dari kendaraan roda duanya untukmengangkat telpon. “Neng, kamu mesti hati-hati." Teriak emak. "Ada apa, Emak?" "Katanya Irfan ada di Jakarta. Bisa saja kan dia nemuin kamu trus macem-macem sama kamu. Pokoknya jauhin dia kalau ketemu.Jangan merespon kalau dia mengajak kamu jalan bareng, nonton atau apapun. Emak gak mau anak emak jadi pelakor. Emak gak bakal nganggap kamu jadi anak lagi kalau kamu sampai jadi orang ketiga dihubungan mereka. Ngerti?” Ayu mengiyakan dengan suara tertahan. Setelah beberapa menit, akhirnya obrolan mereka berakhir. Ayu menutup telponnya putus asa. Seandainya mereka tahu kalau Ayu melakukan lebih dari yang Emaknya pikirkan? Entah semarah apa kedua orangtuanya? Mungkin mereka tidak hanya membuangnya, tapi juga membunuh
Read more

Aku tidak layak untukmu

~~~***~~~ Braakk.... Zaki meringis saat Ayu menabrak kaca pembatas. Sepertinya gadis cantik itu tidak melihat dinding kaca tebal di depannya sehingga ia menabrak dinding tersebut. Memang sih, pintu dan dinding itu sama-sama terbuat dari kaca tebal dan kalau tidak jeli memperhatikan, tidak akan terlihat. Ayu mengusap keningnya dengan wajah memerah karena malu, membuat laki-laki tampan yang sedang meminum kopi itu terkekeh geli. "Kamu gak apa-apa kan, Neng?" Tanya Zaki menggoda. Ia menghadap Ayu yang terlihat lebih segar dan cantik daripada kemarin. Dengan latar panorama senja di belakang tubuh Ayu, membuat sosok Ayu terlihat lebih mempesona. Meski di balik wajah cerianya, ia seperti bidadari yang terluka. Sorot matanya yang kosong seakan menyimpan beribu misteri di dalamnya. "Ga papa .. Ayu gak papa kok." Ayu tersenyum santai seolah ia memang tidak apa-apa. Zaki tertawa pelan, pandangan matanya mengikuti Ayu yang berjalan mengha
Read more

Kenyataan sebenarnya

~~~***~~~“Kamu sudah tidak perawan?”Zaki shock, benarkah? Gadis sebaik dan semanis Ayu bisa kehilangan kevirginannya. Tapi, bagaimana mungkin? Ayu itu bukan wanita nakal. Ia tahu itu."Siapa yang melakukannya padamu? Apa Irfan?"Ayu tak menjawab, tapi tangisannya yang semakin keras menjelaskan semuanya. Zaki mengepalkan tangannya geram. Bagaimana bisa kamu melakukan itu pada perempuan sebaik Ayu, Fan! Aku janji akan membuat perhitungan denganmu. Lihat saja nanti!Hati Ayu semakin teriris saat melihat Zaki terdiam. Ia yakin Zaki pun kecewa padanya. Memikirkan itu, Ayu dengan tegar, menghapus airmatanya. Seraya tersenyum pahit.” Sekarang Abang mengerti kenapa Ayu tidak bisa menerima Abang?”Kelopak tangan Zaki mengepal, rahangnya mengeras karena marah. Ayu ketakutan. Ia yakin Zaki semakin marah padanya, ia pasti mengira Ayu bukan perempuan bak-baik. Seharusnya ia tidak perlu berterus terang seperti tadi.
Read more

Di jalan itu

~~~***~~~ Zaki menggiring Ayu pulang ke kosnya sore itu juga. Yeah, ia hanya menggiringnya saja dari belakang kendaraannya, karena Ayu membawa vinot kesayangannya. "Sampai bertemu besok pagi, Neng. Sekarang istirahat yang cukup supaya besok Neng mempunyai tenaga untuk ngedate sama Abang!" Ayu tersipu, ia mengangguk. Setelah melambaikan tangannya, Zaki pun melajukan mobilnya pergi. Hatinya sedang berbahagia. Ia pun menyalakan musik radio dengan volume kencang, seraya ikut bernyanyi bersama sang penyanyi dengan suara seraknya. Ia tidak peduli ada yang mengumpati suara tidak merdunya. Yang penting ia bisa meluapkan kebahagiaannya saat ini! Mobilnya berhenti di depan lampu merah, begitu juga mobil berwarna putih di belakangnya. Setelah beberapa detik berlalu yang terasa membosankan, lampu kembali berwarna hijau, Zaki melajukan kendaraanya begitu juga mobil di belakangnya. Zaki berhenti un
Read more

Kencan terakhir

~~~***~~~ Pagi yang segar. Mentari tidak terlalu terik, udara juga tidak terlalu panas, mungkin karena semalam hujan. Sisa tetesan hujan pun masih berjatuhan dari dedaunan yang bergoyang tertiup angin.  Semua kesejukan itu berbanding terbalik dengan kondisi Zaki yang tak hentinya mengelap keringat yang menetes dari pelipisnya. Padahal ia tidak sedang berolah raga apa pun. Celana jeans hitam, kaos putih, jam tangan dan sepatu kets sudah dia pakai semua. Berkali-kali ia mematut dirinya di cermin, untuk memastikan penampilannya sudah sempurna. Tapi entahlah, Zaki masih merasa ada yang salah terus hingga ia mesti membenahi penampilannya lagi dan lagi. Jantungnya pun tak hentinya berloncatan saking groginya. Dia seperti abg yang baru pertama kali berkencan. Takut saltum, bau ketek, kentut tiba-tiba dan lainnya. Padahal ia sudah sering berkencan dengan banyak wanita tapi baru kali ini ia grogi seperti ini. Tak jauh berbeda dengan Zaki di aparte
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status