Home / Fiksi Remaja / Si Lesung Pipi / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Si Lesung Pipi: Chapter 31 - Chapter 40

74 Chapters

Curhatan#8

Kau bagai siluet di depan sinar senja. Siluet yang menjauh dan berubah menjadi titik hitam kecil hingga menyatu dengan sinar senja itu. Air mata ini ketika melihatmu menjauh tetap tidak bisa hilang bekasnya, aku rasa, sampai kapan pun. Menjauhlah, menjauh dan menjauh. Biarkan aku yang bodoh ini menangis lagi, lagi dan lagi hingga aku menemukanmu kembali nanti. Saat ini kau masih ada dalam ingatanku. Saat ini jalan itu masih membekas di memoriku. Saat ini aku sudah tidak bisa menghapusnya lagi. Kepada atmosfir itu yang merasuk benar-benar ke dalam jiwa, tidakkah dia sudah terlalu lama di sana? Tidak ada lagi yang bisa dia lekatkan. Semua sudah ada dalam balurannya. Aku sudah terlalu lemah menjadi inangnya.
last updateLast Updated : 2021-07-02
Read more

Mengungkapkan....

Aku...sungguh-sungguh tidak menyangka akan mendengar tepuk tangan semeriah ini. Aku tidak menyangka ayahku yang duduk di deretan tengah bersama bunda dan adikku mengacungkan kedua jempolnya. Ibuku bertepuk tangan gembira dan bangga membisikkan sesuatu ke orang lain disamping dan belakangnya. Rio menerbangkan kecupan perfecto padaku. Mereka menorehkan senyum termanisnya untukku. Yang paling tidak kusangka, ibu Gempal tersenyum haru sambil berdiri bertepuk tangan meriah untuk kami yang sedang berdiri diatas pentas sambil bergenggaman tangan dengan mata yang hampir meneteskan air mata melihat sambutan itu. Tidak sadar aku melepaskan genggaman tanganku dan melambai kepada ayah, bunda dan Rio, dibalas dengan lambaian bangga mereka. Pemain yang lain pun mengikuti aksiku dan melambai pada keluarga mereka masing-masing. Aku melihat si Lesung Pipi melambai pada seorang wanita paruh baya yang duduk di kursi dibarisan kedua. Wanita yang terlihat sangat bijaksana itu me
last updateLast Updated : 2021-07-02
Read more

Penyesalan itu Perlahan Menjadi nyata

Di hari Kamis ini, hari dimana semua terasa berbeda. Angin yang biasanya berlalu begitu saja, kini kulitku bisa merasakan mereka perlahan-lahan menyesap ke dalam pori-pori. Rasa deg-degan itu masih terasa. Pemandangan ramai di depanku sudah tidak nyata lagi. Hari ini juga, dimana pembelajaran ditiadakan satu hari full untuk menggelar acara pembubaran panitia perayaan Agustusan. Target sumbangan dari orang tua mencapai puluhan juta. Menutupi semua biaya-biaya anggaran perayaan. Kelebihan sumbangan dialokasikan untuk membiayai acara pembubaran itu. Kak Adam secara detil menjelaskannya padaku. Dia masih terkantuk-kantuk karna mempersiapkan acara itu dadakan setelah acara kemarin selesai. Tulisan ketua osis seketika muncul diatas kedua bahunya memancarkan cahaya berpendar. Dia memang jagoan. Aku sendiri sebenarnya juga sedikit mengantuk karna tadi malam berulang kali niat ingin mengungkapakan perasaan itu muncul, reda, muncul lagi begitu seterusnya. Kepalaku pusing dan terlelap
last updateLast Updated : 2021-07-02
Read more

Curhatan #9

  Bila nanti aku bertemu dengannyaaku tidak akan memaksa dia untuk menjawab sesuai keinginanku. Dia mau menerima atau tidak menerima, tidak menjadi masalah. Tujuan utamaku bukan lagi jawabannya, tapi adalah demi melepaskan perasaan ini dan berharap setelah itu aku bisa menjalani sesuatu yang baru tanpa beban penyesalan dengannya atau tanpanya. Bila nanti pun aku tidak bertemu dengannya lagi, setidaknya aku harus mencari tahu dimana dia berada. Agar setidaknya aku bisa mengirimkan kisah cinta ini malu-malu lewat surat. Mungkin surat kaleng saja. Agar tidak mengganggu kehidupannya. Akan kusamarkan tempat dan peristiwa di dalamnya dalam balutan cerita dongeng atau apa pun itu. Setidaknya perasaanku terungkapkan. Andai saja....
last updateLast Updated : 2021-07-02
Read more

Aku Pernah Melakukan Satu Kesalahan Besar

Aku pernah melakukan satu kesalahan besar. Satu kesalahan yang terlalu besar yang sebelumnya kukira hanya akan berdampak sementara saja akan tetapi ternyata memakan hampir seluruh kehidupanku. Terutama kehidupan percintaanku. Umurku masih terlalu muda saat itu. 16 tahun. Apa pun yang terjadi saat itu tidak akan seluruhnya mempengaruhiku. Hanya sedikit yang akan kubawa sampai aku dewasa. Tapi...ada satu bagian cerita yang tidak kusangka membuatku kewalahan. Sebuah arti dari kehidupan sebenarnya hanyalah berasal dari hal-hal kecil. Bagiku, hal kecil itu hanyalah beberapa kata saja. Jika hal-hal kecil itu tidak disadari atau dilewatkan, maka hal kecil itu akan berubah menjadi hal yang besar tapi dengan makna yang tidak positif lagi.  Aku melewatkannya.... Dengan harapan masih ada hari esok, hal-hal kecil itu tiba-tiba saja berubah menajdi monster menyergap ke dalam relung jiwaku. Inilah aku sekarang, dengan ki
last updateLast Updated : 2021-07-02
Read more

Gaun Pernikahan

“Ini sudah 6 tahun 28 hari sejak hari itu, Lesung Pipi” ucapku pada jam tangan pemberiannya dulu. Jam tangan itu sudah rusak, jarumnya sudah tidak bergerak lagi. Aku tidak berniat membuangnya. Terlalu berharga. Tidak pula berniat memperbaikinya. Biar saja. Biar saja dia hanya sebagi penghuni kotak kado itu di dalam laci mejaku. Itu pantas dan belum cukup untuk seseorang yang membuatmu jatuh cinta tapi pergi meninggalkanmu. Aku meletakkan jam tangan itu ketempatnya semula dan memindahkan kalender meja yang baru saja kuberi tanda silang ke atas tumpukan majalah di dekat tas biru diatas meja kerjaku. Setiap hari selama 6 tahun ini aku membuat tanda silang di kotak tanggal kalender itu menghitung hari-hari yang telah aku lewatkan menunggu si Lesung Pipi. Kebiasaan aneh itu tidak pernah absen walau sesibuk apa pun aku. Kebiasaan aneh itu bahkan membuat Shaniar berkali-kali menasehatiku untuk pergi ke psikolog dan aku menolak. Kebiasaan itu juga menyadarkanku bahwa betapa menyedih
last updateLast Updated : 2021-07-02
Read more

Pengakuan Agitha

Kak Dave, apa kau tahu apa yang aku rasakan ketika mendengar semua pengakuan dari orang-orang yang ada disekitarmu? Merasa bodoh sendiri dan tidak tahu apa-apa. Satu-satunya yang aku tahu tentang dirimu hanyalah lesung pipi dan sifat pemalumu. Jujur, ini sedikit membuatku marah. *** “Kamu masih ingat tidak waktu kamu dan temanmu, Shaniar, di suruh berjoget di depan karena terlambat di hari pertama MOS?” Aku menoleh pada Agita di sampingku yang sedang ditata rambutnya oleh capster.   Aku kembali terkejut lagi saat Agita menyambut kami di salon ini dengan pelukannya, tadi. Kak Dani membawaku ke sini untuk bertemu dengannya. Belum sempat aku menanyakan kabarnya, tanganku sudah ditarik masuk ke dalam ruangan. “Kita meregangkan otot kita dulu, baru nanti aku akan menceritakan semuanya padamu” ucap Agita padaku sebelum menarikku. Dia terlihat lebih ramah, dewasa dan stabil.   “Kak
last updateLast Updated : 2021-07-02
Read more

Bunda Adelia

Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi saat ini. Bisakah bagian ini dikosongkan saja? terlalu sakit jika harus menceritakan perasaanku saat itu. ***   Dari terasnya saja aku sudah menebak bahwa rumah ini bergaya eropa modern, keyakinan itu bertambah saat masuk ke dalam rumah. Arsitektur, pemilihan barang-barang di dalamnya, bahkan sampai tanaman dan lantainya sangat bergaya Eropa. Aku mengikuti langkah wanita berambut pirang di depanku dengan hati-hati karena aku tidak mau menggores lantai yang sangat indah itu dengan heelsku. dalam kehati-hatian itu juga bercampur rasa penasaran, gelisah, bahagia meluap-luap,  jantung yang berdetak cepat. Sudah tidak sabar lagi rasanya mengakhiri penantian ini. Sudah tidak sabar lagi rasanya menyudahi penyesalan yang terpendam selama bertahun-tahun. Tidak menyangka tanpa harus bersusah payah lagi aku bisa bertemu dengannya. Aku yakin tanpa mengutarakannya pun aku sudah tahu bahwa per
last updateLast Updated : 2021-07-02
Read more

Si Lesung Pipiku...

Perasaan sia-sia karena menunggumu, kenyataan yang sangat tidak terduga dan “Entah apa yang akan aku lakukan selanjutnya” bercampur menjadi satu dalam tangisan. Apakah kau bisa mendengar itu semua? Kalau tidak, kau sudah melewewati batasmu untuk berbuat kejam padaku. *** Video dibuka dengan seorang laki-laki berwajah pucat memakai baju pasien rumah sakit, yang dari sekilas saja aku bisa mengenalinya. Si Lesung Pipiku. Dia sedang berusaha meletakkan kamera pada posisi yang bagus di atas meja di samping tempat tidurnya. Dia duduk diatas tempat tidur lengkap dengan beberapa selang melekat ditangan, hidung dan tubuhnya. Foto yang ada ditanganku terjatuh. Aku memandang bunda yang menutup mulutnya menahan suara tangisnya melihat video itu. Rasa gelisah menggerogotiku. Kali ini lebih-lebih hebat dari dulu-dulu. “Ok. Hai Drewi, mmm....ini video khusus untukmu, Ini kuambil diam-diam karna sebenarnya aku tidak bisa banyak-banyak bergerak atau
last updateLast Updated : 2021-07-02
Read more

Terimakasih...

Seseorang lelaki memakai baju seragam SMA berjalan menjauh memunggungi di depan sana. Aku mengenal tempat ini, ini tepat persis di depan gerbang sekolahku dulu. Aku memperhatikan dengan seksama gaun pernikahan lengkap dengan semuanya yang melekat ditubuhku. Lalu kembali melihat ke depan sana. Lelaki itu sudah berhenti berbalik menatapku dengan senyum indahnya. Tangannya terangkat melambai dan kemudian dia kembali berbalik, berjalan menjauh hingga tidak terlihat lagi. Aku hanya terdiam melihat itu semua, air mataku satu-satunya yang bereaksi. Disamping rasa sedih karena melihatnya hilang disana ada terbersit rasa lega menyelimuti perlahan-lahan. Tanganku terangkat melambaikan tangan kearah jalan yang sudah kosong it. Aku bisa merasakan wajahku tersenyum tulus disela-sela tangisku. Aku sudah tahu jawaban akan perasaanku ini. Itu yang sudah membuatku lega. “Drew, Drewi. Bangun Drew” hidungku mencium bau minyak kayu putih. Sosok Shaniar adalah yang pertama kaliny
last updateLast Updated : 2021-07-02
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status