"Apa yang terjadi?" Ruin menghampiri Ana. Ia ingat hampir pukul dua ketika Ana meneleponnya dan membuatnya terpaksa mengendarai mobil di tengah malam menuju rumah Ana. Ana terus menyebut nama "Julian" di sela-sela isakannya, tanpa menjelaskan apa yang terjadi dengan orang itu. Sekarang, ia menemukan Julian ada dalam dekapan Ana. Ana membelainya dengan lembut sambil sesekali bersuara, "Kakak, ayo bangun!" Ana terlihat putus asa. "Berikan dia padaku! Aku akan memeriksanya!" pinta Ruin. Ruin menelentangkan tubuh Julian sementara pahanya yang tertekuk menjadi penyangga untuk kepala Julian. Ruin memulai dengan menjatuhkan sedikit cahaya ke mata Julian, tidak ada masalah dengan itu. Nadinya teraba kuat dan teratur, juga tidak ada masalah dengan caranya bernapas. "Julian, kau bisa mendengarku?" tanyanya lagi sambil menepuk-nepuk bahu Julian. "Aku Ruin, katakan jika kau merasakan sesuatu?"
Read more