Pagi hari, Bayu sudah ganteng dengan seluruh asesorisnya. Dari tukang ojol yang berpakaian sederhana berubah menjadi pakaian formal yang sangat memikat. Eliana mengalungkan dasi ke leher suaminya itu. Satu kecupan mendarat di kening Eliana tanda terima kasih. Mereka bergandengan menuju ke ruang makan.“Ih, kalian ini ngiming-ngiming aku aja.” Nilam manyun melihat kemesraan Bayu dan Eliana.“Cie, cie yang baru ditembak.” Eliana menggoda Nilam.“Ih, siapa juga.” Wajah Nilam sudah seperti udang rebus.“Hmmm, benarkah? Apakah mama melewatkan sesuatu?” tanya ibu Eliana.“Oh, gadisku sudah besar sekarang. Suruh lelaki itu menghadap papa.” Tuh ‘kan jadi horor. Nilam menelan salivanya sangat susah. Ini tidak seperti yang dibayangkan. Tak semudah mengatakannya. Sepertinya para orang tua itu punya tanduk.“Nilam, dengan kata papa nggak? Kok nggak jawab?” Bayu memperingatkan
Read more