Home / Romansa / Penghancuran yang Berbahaya / Chapter 261 - Chapter 270

All Chapters of Penghancuran yang Berbahaya: Chapter 261 - Chapter 270

331 Chapters

Bab 261 Tak Tahu Malu

Dia menghalangi jalan Jane. Meski begitu, Jane tidak mendesak Dos dan yang lainnya untuk mengejarnya. Jane justru melirik wanita yang sedang berlutut di tanah dan menilainya diam-diam. Dia merasa ini tidak masuk akal. Apa yang memberi keberanian kepada si perusak rumah ini untuk mendekati putri dari istri yang sah demi memohon belas kasihan?Apa yang membuat kekasih ingusan ayahnya itu yakin jika dia, Jane, mudah diajak bicara!Jane memandang wanita cantik yang berlutut di depannya dan berkata dengan ekspresi datar."Apakah barusan Anda bilang jika Nyonya Dunn menginginkan kematian Anda dan putra Anda? Kita hidup dalam masyarakat yang diatur oleh hukum. Aku yakin Nyonya Dunn tidak punya nyali untuk melakukan itu, bukan? Nona, Anda pasti sedikit lelah Akhir-akhir ini. Bolehkah aku menyarankan agar Anda mendaftarkan diri di departemen psikiatri di rumah sakit. Delusi dapat dikendalikan dengan bantuan obat.”Setelah mendengar ucapan Jane, wajah wanita cantik itu menjadi pucat. "Jane .
Read more

Bab 262 Niat Sesungguhnya

Jane siap secara mental. Mungkin Ginnie akan meminta uang yang sangat banyak, atau mungkin dia akan memintanya untuk membujuk Nyonya Dunn untuk menarik cakarnya. Namun, permintaan Ginnie adalah sesuatu yang tidak pernah dia duga!Jane tak bicara, tapi ini hanya membuat Ginnie semakin cemas. Dia buru-buru mengklarifikasi ucapannya pada Jane, "Aku tak menginginkan apa-apa, aku serius. aku hanya berharap Agustinus dapat muncul di depan umum sebagai anak yang sah."Aku tidak ingin satu sen pun dari keluarga Dunn."Mengembalikan Agustinus ke keluarganya yang sah lebih penting daripada apa pun."Jane mendengarkan saat Ginnie berkata dengan tulus, "Mohon mengertilah, Nyonya Stewart. Anda dapat menganggapnya sebagai ibu yang egois."Tiba-tiba, Jane tidak bisa berkata-kata.Berdiri di sampingnya, Sean pun tercengang.Sean mengamati wajah Ginnie setelah mendengarkan permohonannya.Dia menundukkan kepalanya dan menatap wajah wanita tanpa ekspresi di pelukannya. Di dalam hatinya, dia tahu
Read more

Bab 263 Jijik

"Apa .... Bagaimana nasibku?"Ginnie ketakutan, terutama saat melihat ekspresi wajah Jane. Ekspresi wanita itu terlihat begitu aneh sampai membuat merinding."Jika Kakek masih ada," kata Jane perlahan, "Anda akan mati."Jane melihat Ginnie yang tampak ragu, lalu dia menatapnya dengan tenang untuk menjelaskan, "Jangan meragukannya. Itu persis seperti yang Anda mengerti."Bencana alam, bencana sabotase, apapun yang dapat Anda pikirkan."Juga hal-hal yang tidak dapat Anda pikirkan."Terjadinya kecelakaan mobil, jatuh dari gedung, tenggelam, meninggal karena sakit, kebakaran, penculikan ....""Ah!" Sebelum Jane sempat menyelesaikan kalimatnya, Ginnie sudah berteriak ketakutan. Wajahnya memucat. "Jangan katakan lagi!" Dia menatap Jane dengan ketakutan. Bagaimana mungkin ada orang yang begitu mengerikan di dunia ini!Jane kelar membuat daftar bencana mengerikan ini sambil tetap terlihat datar.Dia sedang membicarakan 'pembunuhan'!Seperti yang dia kira, Jane bukanlah orang biasa. D
Read more

Bab 264 Pembicaraan Sebelum Tidur

Ginnie yang licik tahu persis apa yang diinginkan Joseph. Sebuah protes yang genit mungkin tidak membuat dirinya jijik sampai mati, tapi itu bisa membuat suasana hati Joseph sangat baik."Oppa ...." Ginnie tampak seolah dia dianiaya saat dia memberi tahu Joseph, dengan detail yang berlebihan, semua yang Jane katakan padanya. Dia menyeka air matanya."Oppa, kamu tahu berapa umur Agustine."Dia bahkan belum selesai pubernya."Putrimu mencoba memanfaatkannya. Dia meminta Agustine untuk menyumbangkan sumsum tulangnya."Bukannya aku tidak mau untuk menyelamatkan Jason, tapi Agustine baru berusia sepuluh tahun."Apa yang harus dia lakukan jika dia menyumbangkan benda di tubuhnya begitu saja? Jika dia sudah dewasa, aku akan memastikan jika aku secara pribadi akan membawa Augustine ke rumah sakit tanpa ada yang menyuruhku."Tetapi Augustine belum selesai masa pubertasnya. Aku tidak tahu bagaimana hal itu akan mempengaruhi Agustine jika dia menyumbangkannya."Ginnie mengatakan banyak
Read more

Bab 265 Dia Menolak Percaya

Saat berikutnya Ginnie kembali pergi mencari Jane, dia langsung pergi ke gedung Dunn Group.Jane tertegun saat menerima telepon dari resepsionis.Secepat itu?Apakah Ginnie … begitu lugas?Dia meminta resepsionis untuk mengantar Ginnie.Ketika hasil tes Augustine diletakkan di meja Jane, dia terdiam.Ginnie benar-benar pergi ke rumah sakit.Jane mengangkat kepalanya. "Lakukan tes lagi." Dia tidak terlalu mempercayai Ginnie. Tanpa kehadiran saksi, dia mungkin telah memalsukan tes itu.Wajah Ginnie berubah. Untungnya, dia cepat merespon. "Baiklah." Setelah memikirkannya, dia berkata, “Aku tahu Anda merasa ragu, jadi ayo kita tes lagi.“Sebenarnya, aku bisa mengerti mengapa Anda meragukannya."Anda harus mempercayai aku. Meskipun aku agak egois, aku tetaplah seorang ibu. Aku egois hanya karena aku ibu Agustine. Aku egois karena aku mengkhawatirkan kesehatan Agustine."Namun, tidak diragukan lagi sebenarnya Agustine dan Jason memang saudara kandung. Jika Agustine benar-benar co
Read more

Bab 266 Aku Sangat Bahagia

Di kursi pengemudi, Vivienne membuka mulutnya dan mencoba menawarkan nasihat tetapi ternyata dia tidak dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk menghibur Jane. Dia mengerti bahwa tak ada yang bisa dikatakannya untuk menasihati wanita ini. Entah bagaimana, Vivienne bahkan bisa merasakan bahwa wanita acuh tak acuh di kursi belakang itu masih berat hati meninggalkan ketenangan setelah dia kembali ke Kota S. Ada banyak masalah di Dunn Group. Namun, sulit untuk mengatakan apakah ketua sebelumnya telah menutup matanya terhadap masalah atau apakah Joseph Dunn menganggap bahwa ini adalah masalah yang tidak serius sama sekali.Vivienne merasa sedih melihat wanita di kursi belakang itu. Setiap kali Nona Dunn mulai menceburkan diri dalam pekerjaannya, dia hampir seperti bunuh diri.Dia seharusnya membenci Sean. Lagi pula, pria itulah yang telah memaksa wanita yang masih hidup ini ke tepian, selangkah demi selangkah.Dari seluruh manusia yang tinggal di Kota S ini, Sean adalah satu-satunya ora
Read more

Bab 267 Jane Yang Egois dan Masa Bodoh

Kawasan paling berkembang di Kota S. Di sebuah mal kelas paling atas yang menjual brand paling mahal, ada seorang perempuan.“Aku datang ke sini untuk membeli baju.” Si pelayan toko sangat pintar menilai pelanggan. Di mata orang-orang yang tahu, wanita ini jelas-jelas datang dengan langkah kaki terhuyung. Dia pincang. Akan tetapi, dia bersikeras untuk menegakkan pinggangnya, dan justru ini membuatnya semakin terlihat aneh.Sekilas, bisa dilihat kalau dia tidak sedang memakai baju bermerek. Semua yang dipakai adalah barang-barang biasa. Si penjaga toko berbadan ramping tidak mau bergerak. Dia hanya menunjuk ke sudut ke pojokan. “Yang di sana diskon 30%.” Dia tidak sedikit pun bergerak. Beberapa saat kemudian, seluruh kulit dan gading yang ada di tubuhnya menjadi tegang. Si pincang ini melihatnya dengan tatapan mata dinginnya. Jane melihat ke arah si penjaga toko yang ada di pintu tanpa bersuara. Tidak ada gurat tuduhan atau pun kemarahan di wajahnya. Sekarang ini, hatinya sudah berl
Read more

Bab 268 Emosi dan Rasa Sakit yang Begitu Rumit

Begitu pintu terbuka, rasa lelah yang ada di wajah Jane seketika menghilang. Wajahnya berubah menjadi cerah dan penuh dengan senyum lebar. Elior bersandar di depan jendela. Dia menoleh begitu mendengar suara pintu dibuka. Dia melihat Jane yang tersenyum lebar. Dia begitu kaget sampai kemarahannya bergolak dalam dirinya. Namun, sesaat kemudian, kemarahan ini menghilang. “Masuklah.” Dia mendesah dalam hati. Jane mungkin tidak tahu kalau senyumannya sekilas memang terlihat begitu cerah, namun sesaat kemudian, senyuman ini terlihat ragu dan selanjutnya, ada semburat rasa sakit yang begitu parah di sana. Perempuan itu masih berdiri di pintu, kakinya tidak bergerak. Elior membalikkan badannya dan berjalan ke arah Jane. Dia mengulurkan tangan panjangnya dan mengagetkannya karena menariknya ke dalam. “Berhenti tersenyum. Dia tidak akan melihatnya juga.” Senyuman Jane menggantung di wajahnya. “Dia tertembak di sekitar daerah jantung. Kurang lebih dua sentimeter dari jantung.”“Setelah insi
Read more

Bab 269 Terbangun

Elior dan Ray tidak tahu apa yang Jane pikirkan sepanjang waktu dia sendirian di dalam bangsal bersama Sean. Ketika pintu dibuka, Sean masih bisa diselamatkan. Ada langkah kaki tergesa-gesa di koridor. Semua orang tampak gelisah. Jane seolah terlupakan karena semua orang fokus pada lelaki yang sedang diselamatkan. Tidak ada seorang pun yang berbicara. Sang dokter akhirnya mengumumkan kalau masa kritisnya sudah lewat setelah sekian lama. Akan tetapi, ini bukanlah akhir. Selama lima hari lima malam Jane bersama dengan Sean, kondisi kritis yang hampir merenggut nyawanya selalu terjadi. Selama lima hari lima malam sudah terjadi sebanyak sebelas kali. Jane sudah menghitungnya. Setiap tindakan penyelamatan, dia ingat dengan baik. Dia tidak tahu kenapa dia bersikap seperti ini. Dia tidak tahu apakah dia masih bisa memiliki energi untuk membenci Sean di dalam hatinya. Dia sendiri tidak bisa memahami dirinya sendiri, bagaimana mungkin dia bisa memahami Sean? Pagi-pagi sekali, harapan munc
Read more

Bab 270 Dia Adalah Anak Usia Delapan Tahun

“Sean, kenapa kau ....” Elior langsung bereaksi. Dia mengulurkan tangannya pada Sean yang masih berbaring di kasur. “Jangan sentuh aku!” Sean mengelak. Ray mendekatinya. Dia takut kalau Sean akan membuka luka di dadanya. “Sean, jangan bergerak! Awas, lukamu!” Kali ini, Sean bereaksi lebih ganas. Dia bahkan mengibaskan tangannya yang terhubung dengan infus ketika Ray mendekatinya. “Sean, ada apa? Ini aku! Aku! Ray!” Elior memegang Ray yang hendak mendekati Sean. “Tenanglah. Ada yang tidak beres dengan Sean.” “Siapa kalian? Keluar! Keluar!” Sean berbicara seperti seorang anak kecil. Dia melihat ke arah orang-orang yang ada di sekitarnya ketakutan. Tiba-tiba, ketika matanya melihat ke arah perempuan satu-satunya yang ada di ruangan ini, dia berhenti. Sesaat kemudian, Sean sudah tidak peduli lagi dengan semua selang yang ada pada dirinya. Dia langsung memeluk Jane di depan semua orang dengan suara sedih. “Kakak, aku takut.” Jane membeku. Dia begitu tegang begitu dia menu
Read more
PREV
1
...
2526272829
...
34
DMCA.com Protection Status