Home / Thriller / Make A Wish (Indonesia) / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Make A Wish (Indonesia): Chapter 21 - Chapter 30

67 Chapters

21. Aku katakan ini untuk terakhir kalinya

Eros POVAku hanya bisa masak bubur sederhana. Selama ini aku belum pernah masak untuk orang lain, dan pertama kalinya aku memasak bubur untuk tetangga gilaku, bukan untuk diriku sendiri. Namun agaknya aku juga merasa sedikit lapar.Sekarang baru pukul 5 pagi, akan terlalu awal jika sarapan di waktu seperti ini karena aku akan lapar lagi nanti. Biar saja Kanya sarapan sendiri. Dia juga pasti belum makan malam karena pulang terlambat semalam. Atau mungkin dia telah makan malam bersama pria itu semalam.Tadi siapa yang dia maksud tidak boleh tahu tentang hal ini? Apakah pria tadi merupakan pacarnya? Dia sudah punya pacar, tapi tidur denganku dan itu juga merupakan pertama kali baginya.“Sudahlah Eros. Dia juga akan melupakan hal ini seperti keinginannya untuk kabur barusan.” Aku menaruh mangkuk bubur di atas nampan dan membawanya ke ruang depan. “Kanya, bubur sudah siap. Cepat keluar!”Menghempaskan t
Read more

22. Tunggu!

Kanya POV“Lumayan juga buat orang yang nggak pernah masak.” Bubur yang dimasak Eros lumayan lezat ketika sampai pada ujung lidahku. Aku dapat menelan bubur itu tanpa hambatan karena teksturnya sangat lembut. Tidak menyangka kalau orang tidak jelas ini, akan memasakkan bubur hangat sebagai sarapanku. Sudah lama sekali saat terakhir aku makan bubur yang dibuatkan oleh ibuku. Mengingatkanku akan keluargaku di kampung dan semua masakan ibu yang biasanya baunya dapat aku cium dan rasanya dapat aku nikmati setiap hari.Jika aku pulang ke kampung juga tidak akan jadi masalah untuk pekerjaanku yang hanya menjadi seorang penulis. Akan tetapi, aku lebih senang tinggal sendiri dan hidup mandiri. Jauh dari omongan para tetangga. Kalau aku kembali ke kampung, telingaku sakit mendengar omongan mereka semua.Mereka akan menanyakan pertanyaan seputar kehidupanku di sini, mulai dari pekerjaan, hingga hu
Read more

23. Perempuan itu lagi!

Eros POV“Dia membunuhku dalam mimpinya?” aku menggelengkan kepala tidak percaya akan perkataan Kanya padaku tadi pagi. Hanya sebuah mimpi dan dia begitu ketakutan setelah mengalaminya. Mungkinkah wajahku ketika dibunuh olehnya sangat mengerikan? Aku menjadi semakin penasaran dengan perempuan itu dan juga mimpi anehnya. Mimpi berulang yang aneh dan dia bawa ke dalam kehidupan nyata.Dari tempatku berdiri saat ini, di lantai 17. Aku dapat melihat pemandangan di luar sana; gedung-gedung pencakar langit, jalanan yang senantiasa macet dan taman-taman kecil di sela-sela gedung perkantoran. Pemandangan yang sama kulihat setiap hari tanpa bosan.“Aku masih penasaran apakah benar pria dalam mimpinya adalah aku? Lalu kenapa dia membunuhku? Kanya sama sekali tidak menjelaskan hal itu padaku, dia langsung keluar dari apartemenku setelah berkata demikian. Bahkan dia dia tidak menoleh lagi. Mungkin dia ingin melupakan kejadian tadi malam. Apakah
Read more

24. Eros—pria tengik

Kanya POV“Ah! Capek banget.”Kubaringkan badanku di atas ranjang karena terlalu lelah setelah mengetik sebanyak 3000 kata dalam tiga jam karena aku berhati-hati dalam setiap kalimat yang aku ketik. Merangkainya sampai aku benar-benar puas akan menjadi kalimat yang membuat para pembaca terhanyut, hingga penasaran di akhir chapter nanti. Hari ini aku belum update chapter yang seharusnya sudah aku update jam 12 tadi malam. Namun, semalam aku sama sekali tidak dapat menyentuh laptop.Setelah hari yang cukup melelahkan dan mencekam bagiku. Rasa takut itu menjalar ke seluruh tubuh sampai-sampai menelusup ke nadiku.Samuel Wijaya sejak kemarin tidak menghubungiku lagi. Kemungkinan dia merasa bersalah atau bahkan sudah menganggapku gila. Apalagi jika aku beritahu tentang orang berjas hujan merah. Dia pasti akan menggelengkan kepalanya dengan intens. Lantas berbalik pergi menjauh dariku.Drrrt!
Read more

25. Tunggu dan duduk di sana

Eros POV“Cici!”Tatapanku mengarah lurus seraya berjalan mendekat ke arah Cici—kucingku—yang aku adopsi beberapa bulan lalu. Kucing kecil dengan bulu berwarna putih keabu-abuan sedang bersandar malah di atas punggung kaki seorang perempuan yang kukenal baru kemarin.Kanya mengalihkan tatapannya dari Cici padaku. Dia nampak kaget sangat jelas dari kedua kelopak matanya yang terangkat tinggi-tinggi ketika aku memanggil nama kucing kecil.“Ini kucing lo? Kenapa … bisa ada diluar?” aku membiarkan Kanya bertanya penasaran sebelum aku menjawab.Cici sudah berada di tanganku. Aku mengelus-elus bulu lembut kucing kecil tanpa keluarga. Meskipun demikian, sekarang aku merupakan keluarganya. Cici tidak sendirian.“Bagaimana kamu bisa keluar, hum?” Ah, melihat alis Kanya yang ditekuk. Aku lupa menjawabnya dan menyapa Cici lebih dulu. Cici lebih imut daripada dia, membuat
Read more

26. Mimpi membunuhku?

Kanya POVSetelah menunggu sekitar 30 menit, akhirnya aku dapat menikmati masakan Eros—pria yang tidak pernah memasak untuk siapa pun sebelumnya, kecuali aku.Ih, tapi aku tidak akan merasa bangga karena hal ini. Aku mengambil beberapa sendok sayuran lagi, juga daging ayam cincang. Rasanya sangat lezat ketika mereka sampai di mulutku. Rasanya ingin makan masakan Eros setiap hari.“Tampaknya kamu sangat menikmati masakanku?”Eros bertanya sambil menatapku, dan tidak menghiraukan makanannya. Aku balas menatapnya, lalu menjawab pertanyaan pria yang sudah repot-repot memasak untukku, “Enak banget! Gue nggak nyangka masakan lo bisa seenak ini. Belajar di mana?”Eros menggeleng, “Aku tidak belajar memasak di mana pun. Sudah kukatakan kalau pekerjaanku sangat sempurna.” Dia mulai lagi berkata arogan, membuatku terbatuk dan harus meminum air disaat makanan sedang lezat-lezatnya masuk ke dalam mulutku.
Read more

27. Mau nginap?

Eros POVMalam ini terasa lebih dingin lagi dalam kamar besar yang kuhuni sendiri. Kemarin malam ranjang ini sangat panas dari suhu tubuh Kanya. Aku menatap langit-langit putih dan berpikir kalau aku sudah gila saat ini. Menyuruh perempuan gila itu agar makan di apartemenku setiap hari dan rela memasak hanya karena aku tinggal sendirian.Alasan klise yang bisa kutemukan tanpa perlu berpikir keras dan dia mau datang setiap hari.Betapa anehnya dunia ini. Aku tidak dapat merasakan keakraban bahkan dengan orang yang sudah lama aku kenal, tetapi Kanya … dia perempuan yang baru aku temui satu hari. Namun, kami seperti mengenal satu sama lain terasa sangat lama.Apakah hanya perasaanku saja atau semua ini hanya kebetulan saja?“Hentikan Eros! Jangan gunakan waktu liburmu yang singkat hanya untuk memikirkan tetanggamu yang gila,” ujarku pada diriku sendiri. 
Read more

28. Tangan lembab yang menghentikan langkahku

Eros POV“Kamu mau minum teh hangat sebelum tidur?” Aku dengan baik hati menawarinya dan mengajaknya menginap di sini hanya sekedar basa-basi saja, tetapi dia mengiyakannya. Ada rasa lega, juga canggung setelah yang aku rasakan saat ini.Begitupun juga dengan udara yang aku rasakan malam ini cukup pengap, sehingga aku membuka jendela kamarku dan membiarkan angin menyerbu ke dalam.Dia sedang duduk di tepi ranjang dengan canggung sama canggungnya seperti aku.“Nggak usah,” jawabnya singkat.Kanya mencubit jarinya dengan kuat. Aku tahu dia sedang mencoba menghilangkan rasa gugupnya.“Jangan gugup. Aku tidak akan melakukan apa-apa padamu. Kalau begitu tidur saja. Aku juga sudah mengantuk.” Lantas aku pergi ke kamar mandi dengan tujuan menggosok gigi dan mandi sebelum aku pergi tidur. Aku menoleh pada Kanya yang masih terduduk dengan tatapan kosong, “kalau kamu ma
Read more

29. Menangislah di Bahuku

Eros POV“Apa yang kamu lakukan?” tanyaku sangsi sambil melihat ke arah tangan putih nun lembab itu. Aku tidak terlalu berani untuk menatap wajahnya, dan aku tidak ingin tahu pula bagaimana ekspresinya saat ini.Sesuatu yang aneh dan tidak dapat aku ketahui menyerbu masuk ke dalam tubuhku. Rasanya suhu di kamar ini semakin pengap, padahal aku sudah membuka jendela juga menghidupkan pendingin ruangan. Tenggorokanku mengering ketika dia memegang lenganku dengan erat. Lantas dengan terpaksa aku melihat ke arah matanya yang berbinar. “Lepaskan lenganku dan cepat berpakaian. Sekarang sudah malam, dan aku sudah mengantuk,” kataku dengan nada tenang. Padahal tenggorokanku sudah kering dan membutuhkan air. Akan tetapi, setelah aku melihat pada wajah Kanya yang masih lembab dan bulir-bulir air masih menempel pada bagian-bagian wajahnya. Tenggorokanku semakin mengering. Sebuah dorongan yang sangat kuat membuatku i
Read more

30. Bulan merah

Kanya POV Begitu luar biasa seram, hingga aku mengalami ketakutan lagi dan lagi. Aku tidak sengaja memalingkan wajahku ke arah jendela dan tanpa di sadari pula pandanganku dan pria berjas hujan merah bertemu secara tidak sengaja. Pria itu sangat nyata, bahkan aku dapat melihat senyum mengerikan dan sedikit menjijikkan dari pria itu, hingga aku menggigil ketakutan sampai ke dalam tulangku. Terlalu berlebihan memang, tetapi itulah yang aku rasakan. Pria itu seperti sedang mengawasiku ketika malam tiba. Tidak mungkin hanya imajinasi belaka, imajinasi yang berulang kali dapat kulihat. Eros telah menutup jendela rapat-rapat, sehingga celah kecil pun tidak lagi nampak dalam pandanganku. Kamar Eros tertutup rapat, dan aku menjadi lebih tenang. Eros juga mengambilkan aku air, dia begitu perhatian padaku. Padahal aku bukanlah siapa-siapa baginya. Hanya tetangga gila yang pernah tidur satu malam dengannya.
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status