“Kamu kok ngelamun terus, Sayang? Apa ada yang mengganjal di pikiranmu?” tanya Diana pada puteri semata wayangnya. Gadis berusia 17 tahun itu menggeleng lembut. Matanya kembali menatap jalanan ibu kota yang sangat asing baginya. “Kamu nggak suka, ya, tinggal sama Mama?” Mata Diana berkaca-kaca. “Eh, nggak, Ma, nggak kok. Mama ini ngomong apa, sih? Rara suka banget tinggal sama Mama. Hanya saja ….” Tamara tak melanjutkan perkataannya. “Hanya saja apa, Sayang?” “Hanya saja Rara rindu Papa, Ma,” jawabnya sendu. Diana mendekapnya, mengusap lembut rambut panjang puterinya yang tergerai. Memang tak mudah baginya menjalani kehidupan seperti ini, terlebih anak gadisnya masih sangat belia untuk menelan pil pahit itu. Namun, bagaimana lagi? Kenyataannya sekarang ia dan suaminya sudah bercerai. Pria itu lebih memilih wanita yang umurnya tak terlampau jauh dari anaknya. “Papa sudah pergi, Nak. Kita harus terima itu,” jawabnya
Last Updated : 2020-09-23 Read more