Semua Bab Perfect Husband (Dayton And Angelica): Bab 21 - Bab 30

48 Bab

Bab 21

Angelica juga mengenakan Veil. Veil pun memiliki sejarah, Dahulu, di Yunani dan Roma kuno, kerudung berwarna mengaburkan pengantin perempuan dari kepala sampai kaki dan dimaksudkan untuk mengusir roh jahat. Selain menangkal roh dan menegaskan keunikan, penutup kepala ini ternyata sudah digunakan di berbagai daerah untuk menyembunyikan wajah pengantin perempuan sehingga pengantin lelaki nggak akan mengubah pikirannya sebelum pernikahan. Alasan lainnya yakni sebagai penutup kecantikan pengantin perempuan sehingga lelaki lain nggak akan terpikat pengantin pengantin dan membatalkan pernikahan. Setiap apa yang Angelica kenakan saat ini, memang memiliki sejarah yang benar-benar menarik ketika menyimaknya. Pernikahan Angelica memang memiliki sisi keunikan didalamnya, semua dipersiapkan dengan baik oleh Alice dan Lucia, juga beberapa WO, yang dipercayakan Lucia untuk mengurusnya. Pernikahannya juga akan di iringi Bridesmaid. Dulu, adanya pengiring pengantin dimaksudkan untuk menemani calon
Baca selengkapnya

Bab 22

Hyde Park atau Taman Hyde adalah salah satu taman terbesar yang berada di pusat kota London. Taman ini didirikan pada tahun 1637 dan mempunyai luas sebesar 142 hektar.Taman ini mempunyai lebih dari 4000 pohon, sebuah danau besar, padang rumput, serta berbagai bunga hias yang sangat indah. Selain itu, salah tempat wisata terbaik di London ini para pengunjung dapat berenang, bermain skateboard, dan bersepeda.Kemudian, taman ini juga mempunyai restoran tepi danau yang menghidangkan berbagai macam makanan. Tentu saja sangat cocok untuk para wisatawan termaksud para pengantin baru yang menjajaki setiap tempat.“Aku suka tempat ini,” lirih Angelica. “Dulu … sewaktu ayah dan ibuku masih hidup, aku selalu di ajak kemari untuk jalan-jalan, sudah sangat lama, aku tak ke sini.”Dayton menatap sang istri penuh haru, sungguh berat ujian Angelica selama ini, hal yang ia kagumi dari sosok wanita yang kini sudah menjadi istrinya, adalah Angelica yang tidak pernah mengeluh akan hidup yang suli
Baca selengkapnya

Bab 23

Arminda tengah merokok, sesekali tertawa sinis menatap foto pernikahan Angelica dan Dayton. Seharusnya ia yang ada di foto itu, bukan Angelica. Selalu saja merebut apa yang ia inginkan. Bukan Angelica yang harus menyandang marga Smith, namun dirinya, itu sudah tertulis pada keinginan mendiang ayah dan ibunya.Bagi Arminda, sikap Angelica persis seperti ibunya yang merebut apa yang bukan miliknya, dan hal itu benar-benar membuat kebencian Arminda memuncak.“Aku pastikan kau akan mati, Angelica,” gumam Arminda.“Kau sudah membuatku menderita, giliranku membuatmu menderita, beraninya kau mengambil posisiku, dan menjadi Nyonya Dayton Smith, itu tidak akan pernah aku terima,” gumam Arminda, seraya menyunggingkan senyum bak iblis yang siap menerkam semua orang.“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya sebuah suara seorang pria, siapa lagi jika bukan Axen.“Tentu saja aku di sini, bukannya ini tempatku tinggal sekarang?” tanya Arminda, balik.“Aku tahu. Tapi, bukannya kau harusnya beker
Baca selengkapnya

Bab 24

Lift membawa mereka ke lantai bawah, setelah lift terbuka, Dayton dan Angelica berjalan menuju ruang makan, dimana sudah ada Lucia dan Alice yang tengah menunggu dan belum mulai makan malam. “Kalian belum makan malam? Mengapa menunggu kami?” tanya Dayton. Lalu menyeret kursi dan membiarkan istrinya untuk duduk. “Kami menunggumu selesai bercinta,” jawab Alice. “Alice,” kata Lucia, membuat Alice terkekeh pelan. “Iya, Mommy sayang, aku hanya menggoda mereka,” jawab Alice. “Selalu saja menggoda kami.” Dayton menggelengkan kepala, lalu duduk disamping istrinya. “Angelica memang sangat susah dibangunkan, aku membangunkannya sampai lumutan.” “Jadi, kau tak ikhlas membangunkanku?” tanya Angelica. “Aku ikhlas, Sayangku. Aku hanya menjawab pertanyaan Alice,” jawab Dayton. “Aku ‘kan tidak bertanya,” kekeh Alice. “Namun, aku tahu matamu itu memang memberikan pertanyaan itu. ka
Baca selengkapnya

Bab 25

“Jadi … kau sudah menyuruh anak buahmu menculik perempuan sialan itu?” tanya Arminda, dengan wajah sumringah.“Ya. Apa kau puas sekarang?”“Aku tidak akan puas jika kau hanya menculiknya, aku ingin kau membunuhnya,” jawab Arminda.“Kau sungguh tidak punya hati, Arminda, dia adikmu, dan kau setega itu mau membunuhnya?”“Dia bukan adikku, jadi tolong untuk tidak mengatakan hal itu, Axen, kau sudah tahu aku, bukan? Aku bukan saudaranya, jadi bunuh saja dia untukku,” kata Arminda, seraya berjalan melihat ke arah jendela.“Sebenarnya aku tidak ingin melakukan ini, namun aku seorang pria yang menjaga ucapannya, jadi ku lakukan ini, karena kau sudah membayarku dengan tubuhmu yang kotor itu,” kata Axen, menunjuk Arminda dengan tegas, meski Axen tak bersikap baik padanya, dan selalu menghinanya, namun Arminda hanya memiliki Axen saat ini.“Syukurlah. Jika kau menjaga ucapanmu. Buat apa kau menyukai perempuan seperti itu? Dia tidak secantik kelihatannya.” Arminda menyunggingkan senyum s
Baca selengkapnya

Bab 26

“Ahh … Ahh … jangan terus menyiksaku, Axen,” lirih Arminda, ketika Axen memasukkan kedua jarinya ke dalam lembah kewanitaan Arminda, membuat Arminda merasa akan kehilangan keseimbangan ketika Axen melakukan hubungan terlarang dengannya.“Kau suka, ‘kan? Jangan MUNAFIK!” bentak Axen, semakin berkutat didalam sana, membuat desahan digedung terdengar. Axen memang suka akan permainan Arminda, namun tak berniat memakai Arminda selama mungkin.“Ahh … hemmpp.” Arminda menggelepar tidak tahu malu, ketika ia mencapai puncaknya.Axen merasa menang. Ketika melihat Arminda menggelepar bagai jalang didepannya, meski Arminda memang jalang, namun terlihat sangat menarik ketika Arminda merasakan ujung kenikmatan yang menghantarkannya kepada pelepasan yang benar-benar membuatnya gila.Ketika sudah siap, Axen memasuki Arminda dan bergerak begitu intens, terlihat dua siluet manusia yang tengah beradu dan bergerak serirama, karena kamar gudang ini hanya ada temaram lampur kamar yang begitu remang.
Baca selengkapnya

Bab 27

Dayton tak ke kantor hari ini, karena ia tidak memiliki semangat untuk ke kantor, ia masih menunggu kabar istrinya dan mencoba tetap di rumah. Lucia sangat khawatir dengan kondisi putranya yang sejak kemarin tidak menyentuh makanan. Lalu pagi dan siang ini menolak makanan.“Aku pulang, Sayang. Sayang!” Sebuah suara bariton terdengar, Lucia menghampiri suaminya yang baru pulang dari Florida.Lucia memeluk suaminya, dan Rayoen membalas kecupan hangatnya di puncak kepala istrinya.“Akhirnya kau pulang juga, maaf karena memberimu kabar ketika kau sedang ada tugas.” Lucia merangkul tangan suaminya, dan berjalan menuju ruang keluarga.“Aku harus pulang ketika keluargaku membutuhkanku, apalagi istriku.” Rayoen menjawab. “Jadi … belum ada kabar dari Angelica?”“Belum, Sayang. Polisi sudah kemari dan Alvin sudah melaporkan hilangnya Angelica.”“Ya Tuhan, kemana Angelica.”“Sayang, bagaimana ini? Kasihan Dayton, apalagi kamu tahu, pernikahannya baru saja, dan semua ini sudah terjadi.”
Baca selengkapnya

Bab 28

“Apa kau tak mau makan? Kenapa manja sekali?” Seorang wanita kini tengah marah-marah, karena Angelica tidak mau makan makanan yang sudah disiapkan wanita muda yang bernama Mirra.“Aku tidak mau makan!” jawab Angelica,“Kau sudah dewasa, namun sikapmu seperti anak-anak,” kata Mirra. “Aku akan dimarahi Sandy jika kau tak makan.”“Beritahu pada Sandy, antarkan aku pulang, aku harus pulang, keluargaku pasti sedang mengkhawatirkanku sekarang,” pintah Angelica.“Apa kau pikir tempatmu itu dekat dari sini? Itu tidak dekat, Nona, kau sedang berada dipulau, dan tidak ada yang bisa mengantarmu sekarang. Kami sedang tugas di pulau ini, jadi jangan merengek meminta pulang kepada kami. Jika kau mau pulang, kau bisa pulang sendirian, dan usaha sendiri. Jangan merepotkan kami,” celetuk Mirra.“Aku ingin pulang. Aku mohon antarkan aku,” lirih Angelica. “Suamiku pasti mengkhawatirkanku.”“Syukurlah jika kau punya suami.”“Lalu telpon suamimu untuk menjemputmu.”“Kau sendiri yang mengatakan b
Baca selengkapnya

Bab 29

“Kau benar-benar brengsek, Axen!” umpat Arminda, menatap tajam ke arah Axen yang tengah merokok.“Apa-apaan kau ini? Kenapa datang-datang langsung memakiku?” Axen memicingkan mata melihat ke arah Arminda yang tengah marah.“Kau mengatakan perempuan sialan itu tidak akan selamat ketika kau membuangnya di bukit Sand, dan sekarang apa kau tahu? Dayton tengah dalam perjalanan menjemput istrinya. Kau brengsek! Kau—“ Arminda hendak melempar Axen, namun anak buah Axen membekuk kedua tangannya.“Lepaskan aku, Brengsek!” tekan Arminda.“Lepaskan jalan itu, dan kalian berdua keluar,” perintah Axen.Kedua anak buahnya melepas bekukan tangan Arminda, dan berjalan keluar dari gudang.“Aku memang membuangnya di bukit Sand, tapi—“ Axen menghembuskan asap rokok ke wajah Arminda. “Tapi, aku tidak sebodoh dan setega itu.”“Apa maksudmu?”“Aku membuangnya di bukit kecil Sand, bukan di bukit besar,” jawab Axen, dengan tawa mengerikannya.“Jadi … kau menipuku?”“Tentu saja. Kau pikir aku tega
Baca selengkapnya

Bab 30

Dayton berjalan lurus kedepan dan mendapatkan anak tangga yang begitu tinggi dan berlika-liku, Dayton mendongak dan menatap di atas sana, lantai enam sangat lah jauh dari tempatnya berdiri saat ini, membuat Dayton menghela napas, lalu menginjak anak tangga satu persatu. Kelelahan menaiki tangga setinggi ini tidak akan terasa karena ia akan menemui istrinya tercinta.Beberapa menit kemudian, Dayton sampai ke lantai enam, ia menarik napas kasar, karena benar-benar lelah harus menaiki tangga setinggi ini.Dayton sumringah seketika melihat kamar yang bertuliskan 103, dan mengetuk pintu.Sesaat kemudian, seorang wanita membuka pintu kamar, dan melihat Dayton yang kini berkeringat.“Sayang?” Angelica langsung memeluk suaminya, dan melepas kerinduan lewat pelukan itu.Dayton mengeratkan pelukannya, dan mencium bahu istrinya Angelica menitikkan air mata, sejak tadi ia sudah gelisah menunggu kedatangan suaminya, dan ia takut jika saja terjadi sesuatu sebelum ia bertemu dengan Dayton, na
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status