Home / Fiksi Remaja / I WAS NEVER YOURS / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of I WAS NEVER YOURS: Chapter 11 - Chapter 20

42 Chapters

Scene 10

Chatting antara Cheryl dan Galvin semakin intens. Galvin merupakan lelaki yang begitu perhatian, dan sopan.Banyak hal receh yang Galvin lakukan demi membuat Cheryl tertawa, minimal gadis itu tersenyum malu. Bahkan, gadis itu melupakan Juna. Walau, di dalam hatinya tetap tertanam nama Juna disana. Ia merasa, Tuhan tak adil. Kenapa, Tuhan tak mengirim Galvin duluan. Hingga ia tak perlu berjumpa dengan Juna yang mematahkan semua hati dan tulangnya.Siang ini Galvin mengajak Cheryl berjumpa. Nongkrong seperti anak muda yang lain. Tapi, Galvin bilang akan ada Juna disana, jadi Cheryl harus mengajak Mawar.Cheryl juga sudah berjanji, hingga pulang kuliah, mereka bisa pergi kesana. Cheryl ingin berdamai, dan menerima semuanya atau minimal Juna terpukau melihat sikapnya. Karena Cheryl yakin, lambat-laun, Juna akan melihat dirinya.Cheryl ingin ia terlihat elegant di mata Juna sekarang. Walau ia pernah merendahkan
Read more

Scene 11

Cheryl mengembungkan pipinya kesal. Ia menatap Sandra penuh permusuhan. Cheryl tak suka, saat Sandra seperti berusaha menarik perhatian Juna. Tapi, cowok itu tidak terpengaruh sama sekali."Perang dagang memang mengkhawatirkan. Takutnya, bisa berujung ke perang politik dan perang sebenarnya. Huuu.. ngeri sih, kalau semua negara udah gerak, bayangkan Rusia mihak ke China. Amerika gandengan dengan Korea Utara." Berkali-kali Cheryl mengembangkan hidungnya, karena jengah. Ia tak suka melihat cara Sandra yang berusaha membuat Juna terpukau pada kecerdasannya.Semua orang hanya diam. Sandra yang memimpin pembicaraan. Harusnya dia salah alamat. Para cowok yang berada disini semuanya jurusan teknik, siapa anak teknik yang mau mengurus politik? Cheryl tahu, Sandra berusaha agar ia terlihat cerdas dan berwawasan luas di mata semua lelaki.Mawar bermain ponsel sambil tersenyum seperti orang gila, sambil menyeruput minumannya. Sedangk
Read more

Scene 12

Cheryl mengajak ingin ikut ke rumah Mawar. Cewek itu ingin main bersama Jasmine, atau melihat Jared-- Abang Mawar yang tampan. Tapi, tujuan utama Cheryl ingin bertemu Jevi. Cewek berisik itu, ingin merasakan kehangatan seorang ayah.Cheryl begitu excited, dia akan merasakan apa itu rumah saat berada di rumah sahabatnya. Dan rumah Mawar, banyak makanan, jadi Cheryl bebas makan."Semalam Ibu sama Jasmine buat ice cream." Mata kucing mendadak menyala. Benar-benar surga kedebgarannya."Buat banyak 'kan? Aku mau makan sendiri satu kotak." Pekik Cheryl riang. Di rumah Mawar ia akan merasakan sebagai seorang ratu, anggap rumah sendiri, kehangatan, dan makanan yang berlimpah."Buat 2 aja.""Yah..." Cheryl mendesah kecewa."Nanti bagi sama Jasmine aja. Kan dia yang buat, bisa heboh serumah kalau dia nggak dapat. Manjanya naudzubillah tuh anak." Cheryl tersenyum sekilas pada Mawar.
Read more

Scene 13

Cheryl menyobek kertas tulisan Mawar. Gadis itu menyimpan kertas itu di dalam branya, karena di bajunya tak ada saku. Cheryl melipat kecil dan memasukan ke dalam.Cheryl tentu shock, selama ini Mawar berpura-pura mengejek dirinya dan Juna, padahal ia menyukai Juna. Sudah sedalam apa, Mawar menyukai Juna?Gadis itu terdiam untuk waktu yang cukup lama. Tidak tahu, harus berbuat apa. Cheryl tidak bisa membenci Mawar, Mawar segalanya. Tapi kenapa harus Juna? Apa tak ada lelaki lain di dunia ini? Bahkan, Mawar bisa suka Aldo, Galvin, Esam, dan cowok lain di kelas mereka. Kenapa harus Juna? Why?Perasaan Mawar pada Juna merupakan sebuah bencana, ia tak mungkin membenci Mawar. Hanya Mawar yang ia punya di dunia ini, orang yang selalu mengerti dirinya. Cheryl menunduk dan meremas rambutnya, tak mengerti dengan takdir hidupnya tak berkesudahan. Gadis itu terisak, ia tak mungkin melupakan perasaannya pada Juna, lelaki itu cinta pert
Read more

Scene 14

"Woi ngomong!" Mawar menarik baju Cheryl, seperti orang yang mengajak tempur. Cheryl abai. Sudah seminggu lebih, gadis itu mengabaikan sahabatnya. Bahkan, Cheryl tidak berangkat bersama Mawar. Cheryl berangkat bersama maminya. Entah kenapa, mengingat moment ini, air mata Cheryl selalu ingin tumpah. Ia bahagia."Loe kenapa sih?" Mawar masih menarik baju Mawar. Gadis itu menepis tangan sahabatnya--mantan sahabat."Lepasin Mawar. Nanti baju aku koyak." Cheryl mencoba bersabar. Dengan berbicara pelan."Ngomong dulu setan! Kau kenapa, jadi aneh gini?" Mawar tak terima. Cheryl menatap Mawar. Ia sayang Mawar, tapi Cheryl belum bisa menerima kenyataan, Mawar menyimpan perasaan pada Juna. Kenapa harus lelaki itu?"Proses pendewasaan." Sahut Cheryl asal."Gegayaan pakai dewasa. Nonton bokep biar dewasa!" Semprot Mawar. Ia sudah sangat gerah dengan sikap Cheryl. Tak ada angin, tak ada hujan, tak ada
Read more

Scene 15

Kedua manusia dalam ruangan itu sama-sama terkejut. Mawar hanya menganga, sambil menutup mulutnya. Air mata Cheryl turun sambil memegangi pipinya yang ditampar Mawar. Oleh orang yang paling ia percaya di muka bumi ini."Bahkan, hanya karena seorang laki-laki yang nggak tahu hatinya buat siapa, tapi kamu nampar aku!" Air mata Cheryl meluruh. Bukan karena tamparan itu, tapi ia sakit hati, seolah Mawar lebih memilih Juna dibanding dirinya."Kau yang lancang! Kenapa buka privasi orang?!""Tapi aku temukan jawaban! Kenapa Mawar harus berpura-pura, Kalau memang suka sama Juna?""Karena, aku mau menghargai perasaan kau! Kamu egois Cheryl! Tidak pernah pahami aku, yang tahunya aku adalah manusia serba bisa yang bisa dipakai sesuka hati!" Mawar menyuarakan segala keluh kesah yang ia simpan, selama ia berteman dengan Cheryl."Bukan gitu...""Diam!" Bentak Mawar."Ak
Read more

Scene 16

Tangan Cheryl gemetaran membaca pesan itu. Ia sampai mengipasi wajahnya, matanya memanas. Katakan ia lebay, Juna yang hanya bisa ia gapai dalam mimpi, bahkan dalam mimpi saja Juna terlihat kejam, tiba-tiba mengirimi Cheryl pesan cinta, seolah besok kiamat."Anjer... anjer..." Cheryl mengucek matanya, ia sedang tidak bermimpi, ini bukan Juna KW, bukan Mimi Peri, bukan Tinkerbell, ini Juna asli, pangeran berkuda poni."Ah... ya ampun. Gila! Ini gila! Astaga!" Cheryl masih menampar pipinya, ia sedang tidak bermimpi. Dengan norak, Cheryl menciumi benda pipih itu berkali-kali, layaknya ia mencium Juna. Seandainya, Juna ada di depannya, ia akan jadi gadis paling bahagia di galaksi Bima Sakti."Hufh..." Cheryl menghembuskan napas gusar, dan meniup-niup poninya. Ia memegang pipinya yang masih terasa hangat."Aku bisa demam betulan. Demam rindu, hihi." Gadis itu terkikik. Mengambil ponselnya dan duduk jongkok di uj
Read more

Scene 17

Layaknya orang berkencan pertama kali, rasa canggung itu pasti tercipta. Rasa itu hadir, karena ketidakmampuan mencairkan suasana.Cheryl hanya misuh-misuh di samping Juna. Jika boleh memilih, Cheryl akan bersama Aldo yang menyebalkan, tetapi seru, walau hanya diisi dengan perdebatan unfaedah. Juna sibuk memainkan ponsel, sedangkan Cheryl di samping, hanya bisa memainkan daun-daun kering. Sambil menunggu Juna membuka percakapan.Semenjak kenalan tersebut, Mawar dan Aldo memilih pergi, dan membiarkan Cheryl dan Juna untuk proses pendekatan."Rumah abang dimana?" Tanya Cheryl canggung. Cheryl menggigit lidahnya, dan mencubit tubuhnya sendiri. Bodoh sekali! Kenapa harus pertanyaan unfaedah seperti itu, yang keluar dari mulut mungilnya?Juna memandang Cheryl lekat. Jika tidak dipaksa dan bukan permintaan Mawar, Juna menginginkan Cheryl menjadi adiknya, bukan terjebak di situasi seperti ini! Cheryl menahan napa
Read more

Scene 18

Degup jantung Cheryl, berdetak tak karuan. Keringat dingin membasahi telapak tangannya, peluhnya yang besar-besar mengalir dari kening hingga seluruh wajah. Bahkan, lehernya seketika merasa keram sesaat. Ia sesak napas."Ayo." Ajak Juna. Gadis bar-bar itu menggeleng, dan ingin pulang. Ia tak mau, ada acara memalukan, dan mendapat penolakan. Cheryl selalu trauma, jika ia mendapat penolakan."Udah." Juna menggengam tangan Cheryl, dan membawa masuk cewek itu ke rumahnya. Juna menuruti permintaan Cheryl, agar bertemu calon mertua, bahkan Cheryl tak menyiapkan apa-apa. Ia tidak membawa kue atau buah tangan yang semacamnya.Keadaan rumah Juna sepi. Cheryl masuk ke dalam, dan melihat perabotan mahal di ruang tamu Juna. Rumah Juna tak terlalu besar, tapi terlihat interiornya meneriakan, mewah dan mahal.Cheryl melihat ada seorang anak kecil cantik, berumur sekitar 6-7 tahun, sedang bermain boneka. Cheryl tersenyum
Read more

Scene 19

Cheryl dan Juna kewalahan, bagaimana menghadapi Faaza yang sedang tantrum. Bocah cantik itu tak mau Cheryl pergi. Cheryl tak mungkin terus-terusan di rumah orang, sedangkan ia punya rumah dan tak ingin menganggu yang lain, yang penting ia sudah bertamu ke calon mertua."Ikut..." bahkan Faaza terduduk di tanah, dan melempar apa saja yang bisa ia raih dan melemparnya. Cheryl merasa tak enak hati, sudah membuat anak orang seperti ini. Jujur, rasanya berat meninggalkan Faaza, semacam ada tarikan bahwa ia dan Faaza bisa menjadi partner bermain yang pas. Cheryl bisa mengajarkan Faaaza, biar mengajak Faaza bermain, bisa membuat bocah cantik itu tertawa."Abang antar aja. Nggak papa, nanti Mamah yang tenangkan.""T-tapi tante, saya nggak tega." Faaza yang sedang tantrum mendekat ke arah Cheryl, memeluk gadis itu dan tak ingin melepaskan Cheryl. Cheryl melirik ke arah Juna yang diam, melihat ke arah Mamah Juna yang juga kewalahan m
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status