Aku kembali datang ke rumah Pak Nelson dan dia menyambutku dengan ramah. Tatapan tajamnya seakan bisa menembus tubuhku, membuatku merasa datang ke sini adalah keputusan yang impulsif.Bagaikan peribahasa, menjual bedil kepada lawan.Namun, saat membayangkan uang yang akan kudapat setelah ini, aku kembali menyemangati diri sendiri.Aku langsung menuju kamar bayi seperti biasa. Bayi itu tampak bersemangat, melambaikan tangan sambil bersuara riang.Melihatnya, perasaan keibuan dalam diriku muncul. Tanpa peduli dengan Pak Nelson yang masih ada di sana, aku mengangkat bajuku dan mulai menyusuinya.Tiba-tiba, aku mendengar suara seseorang menelan air liur di belakang, membuat dadaku terasa semakin penuh dan berat.Bayi yang masih berusia dua bulan ini tidak bisa minum terlalu banyak. Biasanya, suamiku yang membantu mengurangi rasa penuh di dadaku.Namun, setelah kejadian semalam, kami malah perang dingin.Setelah bayi itu kenyang, tanpa peduli dengan keberadaan Pak Nelson, aku mengambil temp
"Belum dapat, bos?" tanya Kak Mega dengan hormat.Pak Nelson mendengus, "Kamu tahu apa, tipe seperti Talita yang belum pernah berpengalaman seperti ini, harus perlahan-lahan dibimbing agar bisa terjerat, itu baru seru."Kak Mega terdengar agak kesal, "Tapi peraturannya kamu harus memainkannya dulu baru bisa dikirim ke Miramar, sekarang kita harus menunggu sampai kapan?"Mendengar kata Miramar, tiba-tiba aku teringat Kak Mega pernah mengungkitnya waktu pelatihan.Jika ada yang kinerjanya bagus, bisa saja ditugaskan ke luar negeri dan penghasilannya bisa berlipat ganda.Seperti apa daerah Miramar? Tinggal mencari tahu saja di internet, pasti langsung tahu jawabannya.Ternyata mereka berpikiran seperti ini, bahkan menggunakan cara yang begitu licik.Dari percakapan mereka, aku baru tahu bahwa anak itu bukanlah anak Pak Nelson, tetapi anak yang diadopsi dari panti asuhan.Anak malang itu hanya dipakai sebagai alat mereka untuk menipu wanita. Sebagai seorang ibu, aku merasa sangat marah men
Tingkah lakunya mungkin akan membuatku tergerak semalam, tetapi hari ini malah membuatku takut.Namun, aku tidak bisa membohongi diri sendiri dengan reaksi tubuhku, aku mulai mengeluarkan suara desahan tanpa sadar.Ini memberinya semangat besar. Setelah beberapa saat, dia masih ingin mencoba melepas celanaku.Aku buru-buru bangkit dan menghentikannya, dengan gugup berkata, "Aku ... datang bulan, nggak bisa melakukannya."Usai bicara, aku pura-pura malu dan menundukkan kepala. Dengan berbicara seperti itu, Pak Nelson akan salah paham bahwa aku sudah menerimanya.Dia memelukku dan menggesekkan tubuh bagian bawahnya padaku, lalu menjilat dadaku yang terpapar.Setelah beberapa saat berpura-pura mesra, aku membuka tas dan mencari sesuatu, lalu dengan canggung berkata, "Ehm ... di rumahmu ada pembalut, nggak?"Dia terkejut sejenak, lalu menggelengkan kepala dan kemudian menelepon orang untuk memesannya.Aku buru-buru menarik tangannya, wajahku memerah seakan malu dan menolak, "Jangan ... ora
Aku langsung mengalihkan topik dan bilang mau mandi. Dia tetap duduk di sofa dengan wajah berpikir keras.Ketika aku keluar dari kamar mandi, aku melihat matanya bengkak dan sangat merah, seolah baru saja menangis. Barang-barang di meja pun berantakan."Kenapa?" tanyaku.Dia menatapku dengan tatapan kosong dan menjawab, "Sayang, uangnya ludes ... aku terlalu gegabah."Mendengar itu, aku langsung mengerti. Sebenarnya, saat melihat tampilan aplikasi itu, aku sudah tahu bahwa dia sedang berjudi.Awalnya, aku ingin membicarakannya dengan jujur dan bertanya kenapa dia sampai tega memperlakukan istrinya seperti ini, bahkan rela menjual diriku.Namun, begitu melihat aplikasi tersebut, niatku langsung sirna.Ternyata dia diam-diam berjudi di belakangku.Penjudi itu tak akan bisa diselamatkan, jadi aku hanya bisa menyelamatkan diriku sendiri.Melihat sosoknya yang berantakan, aku tak bisa menahan perasaan sedih. Bagaimanapun, dia adalah suamiku, pria pilihanku dan ayah dari anakku.Saat hendak
Aku menyetujui suamiku untuk menjadi perawat ASI demi membantu keuangan keluarga. Beberapa hari terakhir, dia tampak senang sekali.Karena dia kehilangan pekerjaan, sudah beberapa bulan keluarga kami tidak punya pemasukan.Hari ini, aku mengikuti alamat yang diberikan suamiku dan naik bus menuju ke agen penyedia pembantu rumah tangga. Dari jauh, aku sudah melihat papan nama yang besar dan terang, membuatku menghela napas lega.Awalnya, ketika suamiku bilang sudah menandatangani kontrak untukku, aku kaget dan khawatir dia tertipu. Namun melihat tempat yang tampak resmi, hatiku jadi lebih tenang.Setelah bagian resepsionis memverifikasi identitasku, aku dibawa ke ruang pertemuan untuk menunggu.Ruangan itu sudah penuh dengan wanita lain, tetapi mereka terlihat berbeda dariku. Mereka semua berdandan rapi dan memakai parfum, sementara aku hanya berpakaian santai, merasa sedikit canggung.Tak lama kemudian, seorang wanita masuk. Dia memperkenalkan dirinya sebagai Kak Mega.Melihat aku adala
Kak Mega mendekat, membuka kontrak dan menunjukkan beberapa bagian padaku. Karena percaya pada suamiku, aku sama sekali belum membaca kontrak ini dengan cermat.Ternyata benar, dibawah petunjuknya, aku melihat bagian tentang uang muka dan penalti.Dengan tenang, Kak Mega berkata, "Kalau nggak percaya, telepon saja suamimu."Melihat sikapnya yang begitu yakin, aku tahu dia tidak main-main.Wanita lain menatapku dengan kesal, seolah ingin mengatakan sesuatu, 'Benar-benar membuang waktu saja.'Karena hanya ada wanita di ruangan ini dan pintunya terkunci, jadi aku terpaksa dengan enggan melepas pakaianku.Pendingin ruangan sangat dingin dan tubuhku yang sensitif tidak tertutup pakaian dalam, langsung merasakan dinginnya udara. Rasanya memalukan sekali, aku ingin segera menghilang.Namun setelah melihatku, Kak Mega yang tadinya tegas, malah tersenyum sambil mendekat dan menepuk lembut dadaku, berkata, "Suamimu benar, kamu benar-benar berpotensi besar untuk mendapatkan banyak uang."Lalu dia
Pagi-pagi sekali, Kak Mega meneleponku.Dia mengirimkan sebuah alamat vila di area perumahan mewah. Dia berkata bahwa klien sudah membayar dan jika puas, aku bisa mendapatkan komisi tambahan.Mendengar itu, aku merapikan diri dengan rapi dan memilih pakaian dalam yang mudah dibuka.Aku tetap naik bus dan mungkin karena merasa belum terpuaskan semalam, hari ini tubuhku terasa sedikit tegang.Saat bus mengerem mendadak, dadaku terbentur bahu seorang pria.Sentuhan dadakan itu membuat ASIku keluar dan membasahi pakaian dalamku.Leherku langsung memerah dan aku segera bergeser ke bagian belakang bus. Syukurlah aku memakai jaket tipis, jadi tidak ada yang menyadari kecanggunganku ini.Setelah turun dari bus, aku berjalan menuju vila. Saat jalan sepi, aku diam-diam membuka sedikit kaosku.Agar sinar matahari mengeringkan pakaian dalamku, supaya nanti tidak terlalu memalukan jika harus membuka pakaian.Setelah tiba di tujuan dan menekan bel, seorang pria tampak berusia tiga puluhan membukakan