Share

Perawat ASl lstimewa
Perawat ASl lstimewa
Penulis: Clarine Arlina

Bab 1

Aku menyetujui suamiku untuk menjadi perawat ASI demi membantu keuangan keluarga. Beberapa hari terakhir, dia tampak senang sekali.

Karena dia kehilangan pekerjaan, sudah beberapa bulan keluarga kami tidak punya pemasukan.

Hari ini, aku mengikuti alamat yang diberikan suamiku dan naik bus menuju ke agen penyedia pembantu rumah tangga. Dari jauh, aku sudah melihat papan nama yang besar dan terang, membuatku menghela napas lega.

Awalnya, ketika suamiku bilang sudah menandatangani kontrak untukku, aku kaget dan khawatir dia tertipu. Namun melihat tempat yang tampak resmi, hatiku jadi lebih tenang.

Setelah bagian resepsionis memverifikasi identitasku, aku dibawa ke ruang pertemuan untuk menunggu.

Ruangan itu sudah penuh dengan wanita lain, tetapi mereka terlihat berbeda dariku. Mereka semua berdandan rapi dan memakai parfum, sementara aku hanya berpakaian santai, merasa sedikit canggung.

Tak lama kemudian, seorang wanita masuk. Dia memperkenalkan dirinya sebagai Kak Mega.

Melihat aku adalah orang baru, dia tampak ramah dan duduk di sebelahku sambil mengobrol santai.

Saat berbincang, dia mulai bertanya tentang produksi ASIku sehari-hari. Pertanyaan yang begitu blak-blakan ini membuatku agak malu.

Aku hanya bisa dengan gugup menjawab, "Itu ... karena anak laki-lakiku nggak bisa menghabiskan semuanya, jadi aku cari kerja sampingan."

Mendengar jawabanku, mata Kak Mega tampak bersinar. Dia bertanya lagi, "Biasanya bagaimana kalau payudaramu penuh?"

Aku bingung harus menjawab apa, masa aku harus bilang kalau suamiku yang bantu mengosongkan ASI?

Melihat aku kesulitan menjawab, Kak Mega tersenyum sambil bercanda, "Apa kamu kasih ke suamimu?"

Aku kaget, tapi dia melanjutkan lagi, "Di sini kita sudah seperti keluarga sendiri, nggak perlu malu, suamimu sudah cerita semuanya kepadaku."

Aku jadi kesal mendengarnya. Memanglah suamiku, kenapa semua ini harus diceritakan?

Melihat aku tampak kesal, Kak Mega mencoba menenangkanku, "Suamimu juga ingin membantumu mendapat pekerjaan ini. Kita sama-sama perempuan, nggak perlu risih."

Aku menghela napas dan mengangguk, memikirkan betapa malunya suamiku saat menceritakan hal-hal ini kepada orang lain.

Perusahaannya baru saja melakukan PHK, jadi dia kehilangan pekerjaan, sementara kami masih harus menghidupi anak.

Sudah beberapa bulan tidak ada pemasukan dan dia belum dapat pekerjaan baru yang cocok. Jika terus begini, lama-lama tabungan akan habis.

Mengingat dia masih harus mengurus masalahnya sendiri, tetapi tetap mencari cara untuk membantu menambah penghasilan keluarga, hatiku jadi sedikit luluh.

Tiba-tiba, ruangan sudah hampir penuh. Melihat aku sudah mulai menerima, Kak Mega pun berdiri dan mengunci pintu.

Dia berjalan ke depan, berdeham pelan dan berkata, "Baiklah semuanya, pelatihan akan dimulai. Pertama-tama, kita perlu melakukan inspeksi, silakan lepaskan pakaian kalian!"

Permintaan ini membuatku agak bingung, tetapi wanita lain tampak sudah tahu dan mulai melepas pakaian mereka dengan ekspresi datar.

Tak lama kemudian, ruangan itu dipenuhi tubuh-tubuh yang tampak polos.

Hanya aku yang masih berpakaian lengkap, membuatku terlihat sangat mencolok.

Kak Mega melirikku dengan sinis, berbeda dengan sikap ramahnya tadi. Dia bertanya, "Perlu bantuanku untuk membuka pakaianmu?"

Meskipun kami sesama wanita dan aku pernah melihat orang asing telanjang di pemandian umum, ini situasinya jelas berbeda.

Dengan gugup, aku menjawab, "Kak, aku nggak jadi ambil pekerjaan ini, rasanya nggak nyaman."

Kak Mega tertawa sinis dan menjawab, ""Bisa saja, tapi bayar biaya penalti sebesar dua ratus juta, baru kamu boleh pergi."

Dua ratus juta!?

Aku sama sekali belum menerima sepeser pun! Mendengar itu, para wanita lain di ruangan itu memandangku dengan rasa iba.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status