Share

Ganti Rugi Nyawa Putriku
Ganti Rugi Nyawa Putriku
Penulis: Afifah Talita

Bab 1

Putriku memegangi dadanya dengan penuh kesakitan. Tubuhnya terkulai lemas di lantai, wajah kecilnya sudah membiru keunguan. Penumpang di pesawat berteriak panik dan segera mengelilingi putriku.

Dengan suara gemetar, aku mencoba menghubungi menara kontrol. Namun, yang terdengar hanya tawa dingin dari Sheldon, "Jangan cari alasan! Anakmu cuma punya masalah jantung ringan. Ini cuma akal-akalanmu biar bisa mendarat duluan!"

"Demi kepentinganmu sendiri, kamu mengabaikan nyawa ratusan orang di pesawat ini. Kamu benar-benar menjijikkan!" Mendengar kata-kata itu, tubuhku seolah-olah terjatuh ke dalam lubang es. Tampaknya, Sheldon juga telah bereinkarnasi.

Ingatan masa lalu tentang api yang menyiksa dan membakar tubuhku masih terasa jelas. Rasa sakit yang menjalar dari kedalaman jiwaku membuatku menghela napas berat. Sambil tetap mengendalikan pesawat, aku berseru, "Sheldon, kamu nggak paham kondisi putrimu! Atas dasar apa kamu bicara seperti itu?"

"Dia benar-benar ...."

Tiba-tiba suara listrik berderak-derak terdengar, sinyal terganggu sesaat, dan kemudian Sheldon langsung memutuskan komunikasiku dengan menara kontrol.

Kopilot yang panik segera memanggilku, "Kak, putrimu sepertinya nggak akan bertahan ...."

Erangan putriku yang penuh penderitaan terdengar di telingaku dan membuatku gemetaran. Aku kembali mencoba menghubungi menara kontrol, tetapi suara rekan lain yang menyahut terdengar jengkel, "Bu Jeanette, Sheldon sudah bilang sama kami semuanya."

"Kamu cuma khawatir sama cuaca buruk dan ingin mendarat lebih cepat, 'kan? Untuk apa bohong dengan alasan putrimu sekarat? Lakukan saja sesuai prosedur! Jangan banyak alasan lagi!"

Di tengah-tengah komunikasi, terdengar seruan lega dari Sheldon, "C1876 sudah berhasil mendarat! Nggak ada masalah." C1876 adalah pesawat yang membawa Wina, orang yang dianggap Sheldon sebagai cinta sejatinya.

Seorang rekan bertanya, "Apa kita harus mengatur pendaratan untuk Bu Jeanette? Menurut urutan, giliran dia sekarang."

Namun, Sheldon hanya mendengus dingin dan berkata acuh tak acuh, "Biarkan dia menunggu! Bukannya dia bohong supaya bisa mendarat lebih dulu? Biar dia rasakan bagaimana rasanya didahului!"

Rekan tersebut memutuskan komunikasi, sekaligus memutuskan harapan terakhir putriku untuk bertahan hidup.

Kopilot mengabarkan bahwa putriku memanggil namaku dengan suara yang penuh kesakitan. Dia mengambil alih kendali pesawat, memberiku sedikit waktu untuk bergegas ke sisi putriku.

"Maaf, Bu ...," ucap putriku dengan bibir yang membiru sambil menyunggingkan senyum getir. "Kalau kita bisa memulai lagi, aku cuma bisa menemanimu sampai di sini ...."

Perlahan-lahan, matanya tertutup dan lengannya terkulai lemas. Aku menjerit penuh penderitaan, tubuhku gemetar dikuasai kemarahan yang luar biasa.

Namun di saat itu juga, kopilot berteriak cemas, "Kak Jeanette, sepertinya ada badai petir di depan!"

Aku tak punya waktu untuk berlarut-larut dalam kesedihan. Aku tahu, situasi ini sama persis dengan yang pernah kualami di kehidupan sebelumnya. Tugasku yang paling utama saat ini bukanlah meratapi kehilangan.

Aku harus memastikan keselamatan lebih dari 300 orang di pesawat ini dan melakukan pendaratan dengan selamat!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status