Share

Kisah Cinta sang Kurir
Kisah Cinta sang Kurir
Penulis: Brandon

Bab 1

Namaku Jodi Susanto, seorang mahasiswa yang baru lulus kuliah.

Awalnya, aku sudah mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lumayan, tetapi baru-baru ini kabar datang dari rumah bahwa ibuku sakit parah dan biaya operasi tidak mencukupi. Karena itu, aku mulai bekerja di siang hari dan mengambil pekerjaan sampingan sebagai kurir di malam hari, berharap bisa membantu meringankan beban keluarga.

Pada jam 12 siang hari itu, aku menerima pesanan dari sebuah toko mainan seks. Pelanggan meninggalkan pesan meminta pengiriman segera. Jika sampai dalam sepuluh menit, akan ada tip.

Aku segera tiba di alamat pengiriman, sebuah hotel bintang lima yang mewah.

Saat aku hendak mengetuk pintu, sebuah pesan muncul di kotak obrolan pesan antar.

"Tidak perlu mengetuk, jangan bicara, pintunya terbuka, langsung masuk saja."

Tanpa banyak pikir, aku mendorong pintu hingga terbuka. Tetapi, pemandangan yang menyambutku membuatku tersipu malu.

Di ranjang besar berbentuk hati berwarna merah, seorang wanita dengan pakaian keren sedang berlutut.

Sepasang stoking hitam membalut kakinya yang cantik dan ramping, rambut panjangnya menutupi bahu, dan bokongnya yang montok menghadap ke arahku, sementara bagian pribadinya nyaris tidak tertutup oleh pakaian dalam minim.

Bibir merahnya terbuka dan tertutup, mengeluarkan suara terengah-engah yang menimbulkan gairah.

Aku belum pernah melihat pemandangan seprovokatif ini sebelumnya. Tiba-tiba, rasa panas yang membara muncul di perutku.

Mungkin karena tidak sabar menunggu, bokong wanita yang seksi itu bergoyang sedikit, seolah-olah membuat semacam undangan yang ambigu, dan dia berbicara dengan genit.

"Sayang, kamu belum terpuaskan. Cepat kemari, aku nggak tahan lagi ...."

Aku segera melihat sekeliling kamar, tidak ada orang lain di situ. Lalu, siapa sebenarnya "Sayang" yang dia maksud? Apa mungkin dia keluar?

Secara naluriah, aku merasa seharusnya tidak tinggal di sini. Aku lalu meletakkan tas pengiriman dan bersiap untuk pergi.

Saat itu, sebuah pesan muncul lagi di kotak obrolan.

"Jangan bersuara dan buat dia nyaman. Mainan elektrik di pesan antar juga bisa digunakan. Setelah kamu selesai, aku akan memberimu hadiah 200 juta."

Dua ratus juta? Kalau aku mendapatkan 200 juta itu, biaya operasi ibuku akan tercukupi. Aku pun langsung merasa ragu.

Seolah-olah takut aku tidak percaya, ponselku langsung menerima uang tip 2 juta dan sebuah pesan.

"Uang muka."

Aku menggertakkan gigi dan memutuskan untuk melakukannya. Toh, hanya untuk membantu wanita yang sedang kesulitan ini memenuhi kebutuhannya. Ini bisa dianggap sebagai perbuatan baik.

Mungkin saja wanita ini sendiri yang ingin mencari sensasi, makanya dia merencanakan semua ini.

Aku tidak punya waktu untuk banyak berpikir, karena wanita di ranjang itu membuatku merasa gelisah. Suaranya makin tinggi dan tinggi, dan bokongnya yang seputih salju nyaris seperti akan mekar.

Aku tidak tahan dengan godaan seperti ini. Sedikit akal sehatku yang tersisa langsung hilang sama sekali.

Aku merobek tas belanja dan mengeluarkan mainan yang bergetar di dalamnya, lalu menyelipkannya ke tubuhnya.

Sosok wanita yang montok dan nyaris sempurna itu gemetar dan berkeringat deras di bawah godaan mainan.

Mataku membelalak. Jeritan bernada tinggi membuat darahku melonjak, urat-urat muncul di tanganku, dan kecepatanku menjadi makin cepat.

Dengan jeritan bernada tinggi dan gemetar hebat, aku merasa seluruh lenganku basah.

Tugas ini seharusnya bisa dianggap selesai .... Aku mengambil beberapa lembar tisu dan menyeka tanganku. Melihat wanita yang terbaring lemas di tempat tidur dan terengah-engah, aku merasakan perasaan aneh di hatiku.

Tidak ada tempat untuk melampiaskan gairah yang timbul, yang membuatku merasa sangat tidak nyaman. Wanita cantik itu tergeletak di hadapanku, membiarkanku bermain-main dengannya.

Namun, agar tidak menimbulkan masalah dan bisa selamat dari krisis di rumah, aku tetap memilih ke kamar mandi untuk buang air.

Setelah keluar dari hotel, pemberitahuan bahwa 200 juta telah diterima datang dari ponsel.

Untuk sesaat, aku tenggelam dalam pertemuan romantis untuk mendapatkan uang dan seks itu, merasa agak puas diri.

Saat aku mengendarai skuter listrik kecilku pulang, angin malam yang dingin meniup wajahku, membuat pikiranku yang kabur perlahan menjadi lebih jernih.

Memang ada kejadian bagai mendapat rezeki nomplok, tetapi kemungkinannya kecil.

Setelah merasa lebih tenang, aku membuka ponsel dan mencari pesanan pengiriman tadi, lalu mencatat nomor telepon pelanggan.

Aku kembali membuka halaman obrolan, merekam layar dan mengambil tangkapan layar dari pesan yang dikirim orang itu, serta halaman tip yang diberikan, untuk berjaga-jaga jika ada masalah di kemudian hari.

Setelah mengumpulkan bukti, aku mentransfer 200 juta itu ke rekening keluarga.

Setelah ibuku sembuh, aku berhenti mengantar pesanan.

Seiring berjalannya waktu, kejadian itu perlahan aku lupakan.

Tetapi, siapa sangka, beberapa bulan kemudian, aku bertemu lagi dengan wanita yang kulayani malam itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status