Share

bab 3

Setelah kepergian Ibu dan mbak laila ke mall, kulangkahkan kaki ku menuju kamar ku ambil handuk lalu aku pun mandi,

Tiba-tiba aku teringat dengan perkataan mbak laila dan ibu,

"Yaa aku ngak boleh kalah dari mereka lihat saja aku akan mempertahankan rumah tanggaku dengan Mas Rendi" kata ku dengan tepat

Selesai mandi ku buka laptopku aku ingin melihat pemasukan dari butik ku,

Ya aku mempunyai butik yang terkenal di kalangan elit, aku sudah mendirikan sepuluh cabang butik,

Semuanya aku sembunyikan dari Mas Rendi dan juga keluarga Mas Rendi makanya selama ini mereka menganggapku kampungan karena yang mereka tahu aku datang ke Jakarta untuk merantau dan mereka juga tidak mengetahui ladang sawit dan sawah ku yang ada di desaku. ya ladang dan sawah itu peninggalan warisan dari bapak dan ibu kandungku, ibu dan bapak sudah lama meninggal sejak aku tamat kuliah,

Dulu aku kuliah di Amerika dengan beasiswa yang kuraih, aku mengambil jurusan manajemen perkantoran, aku menempuh kuliah sampai S2, keluarga suamiku tidak ada yang mengetahui itu semua, aku berencana akan memberitahukanya pada Mas Rendi di waktu yang tepat saja tidak sekarang karena ku lihat Mas Rendi masih tidak membelaku,

Kubuka leptopku lalu aku melihat pemasukan butiku lumayan sangat besar, dan pemasukan uang sawit dan sawahku juga lumayan, sepertinya aku akan membuka usaha pabrik minyak kelapa sawit tampa sepengetahuan mereka semua,

Kututup kembali leptopku lalu ku ambil hp ku,

Aku ingin menghubungi orang kepercayaan ku di butik,

[Reva] : "hallo anita, kamu apa kabar?"

[Anita] :" hallo juga bu, kabarku baik bu, kalau kabar ibu bagaimana apakah ibu baik-baik saja?"

[Reva] : "aku baik-baik saja anita, oh iya bagaimana perkembangan dengan butik kita apakah ada kemajuan? Tanya ku pada anita"

[Anita] : "semuanya berjalan dengan baik bu, sepuluh cabang butik kita ramai semua pengunjung nya bu, kata anita pada ku"

[Reva] : "bagus kalau begitu, yasudah aku hanya menanyakan itu saja aku tutup dulu ya nit", kata ku pada anita"

[Anita] : "baik bu sampai jumpa kapan-kapan ya bu"

Tut..tut..tut.. telfon kami pun mati

(Di kantor mas rendi)

"Hai bro kenapa tuh wajah kusut amat? Kata temen nya mas rendi yaitu bayu

"Ehh elu yu, ngak ini gua pusing aja yu sama istri dan ibuku mereka kalau ketemu selalu saja berantem", curhat rendi ke bayu

"Owh itu biasa dalam hal menantu dan mertua ren, emang apa sih yang membuat mereka berantem terus ren? kata bayu pada rendi

"Yahh masalah uang belanja yu", jawab rendi

"Emang lu kasih uang belanja sama istri lu berapa ren? Tanya bayu

"Satu juta yu", jawab mas rendi sambil garuk-garuk kepala yang tidak gatal.

"Astagfirullah.."

"Ren.. ren lu yang bener aja kasih istri lu uang belanja satu juta yah ngak cukup lah ren", kata bayu

"Tidak cukup bagai mana bay kan satu juta itu udah banyak yu", jawab rendi

"Bagi lu cukup hanya untuk uang bensin pulang pergi selama satu bulan tapi lu berpikir deh ren uang satu juta itu kecil untuk kebutuhan keluarga lu, belum bayar air,listrik dan juga wifi di tambah uang kebersihan itu aja udah mau sampai satu juta ren", lah terus uang belanja kebutuhan rumah mana ada lagi ren

"Nih ya sedangkan gua aja semua gaji gua yang pengan istri gua ren karena gua tau pengeluaran itu banyak ren",

"Trus lu juga ngak kasih uang nafkah sama reva ren? Tanya bayu

"Kagak yuk", jawab rendi

"Tega bener lu ren uang nafkah aja lu ngak kasih sama reva, bagaimana iya mau merawat diri kalau itu aja lu kagak kasih", kata bayu sambil geleng geleng kepalanya.

"Tapi yuk kalau aku kasih pasti ibu ku marah yu, ibuku pasti bilang aku durhaka lah, surga ku hanya di kaki ibuku lah dll lah yuk!, kata rendi lemas

"Gini ya ren lu kan udah nikah lu juga udah ucapin janji suci di hadapan para saksi dan ustad, saat lu ngucapin itu berarti reva itu udah tanggung jawab lu ren seharusnya nya lu kasih uang nafkah yang sudah sepatutnya dia dapatkan dari lu ren!", kata bayu degan kesal

"Tapi yu ibuku pasti marah", jawab randi

"Gini ren memang surga anak laki-laki itu ada pada ibunya tapi kalau kelakuan ibumu udah diluar nalar lu gpp memberontak ibu lu demi kebaikan rumah tangga lu ren, kalau lu durhaka sama istrimu, sama aja lu masuk neraka ren rezky mu juga bakalan surut ren", kata bayu pada rendi

"kalau menurutku sih ya ren kan jabatan lu kan di kantor ini udah jadi manager keuangan ngak ada salahnya semua gaji lu istri lu yang pengan biar dia yang ngatur semuanya termasuk mengatur uang bulanan ibu dan adik lu" kata bayu pada rendi

"tapi Setelah ku pikir-pikir apa yang dibilang bayu bener juga, aku ngak boleh dzolim pada istriku

"Makasih ya yu atas nasehatnya gua akan tetap mencintai istri ku, kata mas rendi pada bayu

"Iya sama-sama bro, yaudah yuk kita masuk nanti pak bos marah lagi", kata bayu pada rendi

"Lah kan gua atasan lu yuk", kata rendi

"Hehe iya ya hehe", tawa bayu

Tring pertanda ada pesan yang masuk, rendi melihat ponselnya yang berbunyi dilihatnya ternyata itu pesan dari ibunya

"Ren nanti jam makan siang kamu datang ke mall ya, ibu sama mbak mu lagi di mall kita makan sama-sama ya, pesan ibu melalui WA".

Rendi membalas pesan ibunya,

"Iya bu nanti jam makan siang rendi otw ke sana"

Ting pertanda rendi membalas pesan ibunya,

Bu marni membaca pesan itu dengan senyum yang mengembang,

"bagaimana bu apa mas rendi mau bu? Tanya laila

"Iya abang mu mau", jawab ibu dengan senyum begitu juga dengan laila

Di mall ibu dan mbak laila mereka pun berbelanja dengan uang yang di kasih mas rendi tadi pagi,

Saat sudah jam makan siang namira sudah sampai di maal lalu iya pun menelfon mbak laila,

[Namira] : "hallo mbak aku sudah di mall mbak di mana?" Tanya namira

[ laila] : "naik aja ke lantai 3 nam, di restoran seafod"

[Namira] : "okey mbak"

Telfon pun mati,

Sebelum namira datang ternyata rendi sampai terlebih dahulu di restoran seafod itu,

Nami pun melangkahkan kaki nya menuju lantai 3 dengan memakai lift yang ada di mall tersebut,

Saat sudah sampai di depan restoran seafod itu namira mencari keberadaan laila,

"Nah itu dia mbak laila nya" saat Sudan menemukannya namira menghampiri laila,

"Hai mbak", kata namira

"Hai juga nam", jawab laila

"Ehh ada tante, perkenalkan tante nama saya namira saya temenya mbak laia", namira memperkenalkan dirinya kepada bu marni

"Duhh cantiknya, kata ibu pada namira

"Makasih tante", jawab namira dengan senyum

"Duhh ngak usah panggil tante, panggil aja ibu", kata marni pada namira

"Baiklah Bu, namaira duduk dulu ya", jawab namira

"Owh iya sampai lupa yuk duduk sini deket rendi", kata ibu

"Tampa malu namira duduk di sebelah rendi,

"Hai ren lama tidak berjumpa tambah ganteng aja", kata namira pada rendi

"Iya hai juga namira", kata rendi cuek

Ibu dan laila tampak bingung,

"Hmmm ada yg kami tidak ketahui? Tanya laila kepada namira dan rendi

"Oh iya mbak laila aku sama rendi mantan pacar mbak,dulu waktu kuliah aku dan rendi pernah bepacaran mbak", jawab namira pada laila

ibu dan laila saling berpandangan dan senyum-senyum seolah olah mereka berdua tau isi pikiran mereka,

"Kenapa senyum-senyum mbak? Kata namira

"Oh tidak apa-apa nam, jawab laila

"Yaudah kita pesen makan aja yuk", ajak laila

Setelah selesai memesan makanan yang ingin mereka makan, namira mengambil kesempatan untuk mendekati rendi kembali

"ternyata rendi makin tampan dan kaya aja, ini kesempatan aku untuk deketin rendi lagi mumpung ibu dan adik nya menerima aku", kata namira dalam hati

"hmmm aku foto mereka ah trus aku buat story wa biar si babu itu melihatnya dan menangis, hahaha uppss keceplosan ketawanya"

"Kenapa kamu la? Tanya randi pada adik nya

"Haa ngak papa kok bang", jawab laila pada rendi

Tampa sepengetahuan rendi, laila menjalankan rencananya dia memotret rendi dengan namira dari arah yang kelihatan mesra, "nah tinggal buat story wa tapi aku privasi dulu ke semua kontak ku kecuali reva si babu itu" laila berbicara dalam hati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status