“Aku antar ke kelas ya” ucap Rey setelah menggandeng tangan Lara, Lara pun terdiam karena bingung harus bereaksi apa.
“Are you okay?” tanya Rey, “hem.. gapapa kok, nanti sore bisa antar aku pulang?” tanya Lara mengalihkan perhatian Rey, “bisa dong, sekalian aku ajak kamu ke café baru, kamu pasti suka sama tempatnya” ucap Rey antusias dan Lara hanya bereaksi tersenyum
Perkuliahann Lara berjalan seperti biasanya, hanya saja saat diakhir perkuliahan, wali dosennya memanggil untuk ke ruangannya.
Tokk – tokk – tokk
“Silahkan masuk” ucap wali dosen Lara dari dalam ruangan
“bapa panggil saya?” tanya Lara sopan, “ya Lara, minggu lalu kamu mengirim aplikasi untuk pertukaran pelajar ke Singapura kan?” tanya wali dosen yang akrab dipanggil Pak Indra
“iya pak betul” jawab Lara gugup dan berharap bahwa akan mendapat kabar baik, “begini, saya baru dapat kabar tadi pagi bahwa sayangnya aplikasi kamu ditolak, karena syarat yang tidak terpenuhi dari bagian akademik, juga saya periksa ke bagian prodi bahwa kamu belum mengumpulkan 1 tugas besar yang deadlinenya 2 minggu lagi, jadi saya cukup mengerti mengapa aplikasi kamu ditolak karena komitmen kamu di bagian akademik kurang” jelas Pak Indra panjang
“baik pak, maaf sudah merepotkan” ucap Lara sambil menunduk
“jika kamu seperti ini terus, pertukaran pelajar tidak akan terwujud untuk kamu” lanjut Pak Indra
“baik pak” ucap Lara, “yasudah hanya itu yang saya sampaikan” tutup Pak Indra, “terima kasih pak informasinya, saya izin undur diri” ucap Lara lalu melangkah keluar ruangan wali dosennya itu.
Berita yang Lara dapatkan dari wali dosennya itu membuat suasana hati Lara semakin memburuk, perkara perasaan Rey yang tidak jelas, Beno yang membuatnya ragu dan juga rencana study exchange yang gagal, terjadi pada saat yang bersamaan. Untuk mengisi kekosongan menunggu mata kuliah selanjutnya Lara berada di sudut kantin sambil menyesap sekotak susu coklat dingin sambil menatap kosong ke arah taman yang tak jauh dari kantin itu di penuhi mahasiswa yang mungkin sedang berdiskusi mengenai tugas-tugasnya. Ada satu sosok yang melambaikan tangan dari arah taman itu dan Lara pun membalas dengan mengangkat tangannya sekilas.
Sosok itu pun mendekati Lara, “woi! Kenapa lo?” ucap nya yang datang bersama salah satu temannya, “galau terus la” ucap teman dari sosok itu.
“lagi ga mood bercanda” ucap Lara memalingkan wajah dari mereka
“kayanya permasalahannya berat Al”
“kenapa? Si Rey lagi?” tanya sosok yang dipanggil Al itu, dan Lara menjawab “salah satunya”
“ah males, perbucinan ini mah Ki” ucap Al kepada temannya yang ia panggil Ki
“tapi, asli kalian tuh sebenernya mirip” ucap Ki tiba-tiba, “mirip gimana?” tanya Lara malas
“ya, mirip kaya ade kakak. Awalnya juga gue kira kalian sodaraan, soalnya sifat sama mukanya juga mirip” jelasnya, “males dimiripin si Al” ucap Lara acuh
“eh bener La, kenapa? Soalnya si Rey baik-baik aja ke gue, malah ngajak nongkrong nanti sore” ucap Al
“loh? Diajak juga? Kirain mau ngajak nge-date” ucap Lara kecewa, “ya gue gausah dateng aja, problem solved” ucap Al sepele
“it’s not simple as you think” balas Lara
“berat kalau udah pake Bahasa enggrees” ucap Ki lalu pergi meninggalkan Al dan Lara berdua
Al mendekati Lara dengan raut wajah yang lebih serius, membuat Lara sedikit memundurkan diri. Al menatap Lara tajam beberapa saat lalu mulai berbicara.
“study exchange?” tanya Al dan Lara balas mengangguk, “gue tahu, lo gausah jelasin juga gue ngerti” lanjut Al
“saran gue ya, coba lagi, coba terus sampe lo dapet apa yang lo mau” ucap Al menenangkan, “udah gagal dua kali, gue—“ ucap Lara terpotong, “Thomas Alva Edison aja seribu kali baru berhasil La, masa lo baru dua kali aja udah mau nyerah?” tanya Al menyemangati, “but I’m not him” lirih Lara
“gue cuma bisa bantu nyemangatin dan ngasih saran, sisanya terserah lo mau berbuat apa” jelas Al agar sahabatnya itu tidak merasa tertekan
“gue gatau harus gimana soal exchange, let me think” ucap Lara lalu menyesap kembali susu di dalam kotak itu yang belum habis
“refreshing dulu aja, ngopi bareng si Rey” ucap Al, “lo ikut dong” ajak Lara, “gue nyusul kalo rapat BEM beres cepet” jawab Al dan Lara jawab mengangguk, “yaudah gue balik rapat dulu” ucap Al lalu kembali ke taman yang sudah terdapat kumpulan pengurus BEM dilihat dari kemeja yang mereka pakai seragam itu.
Tak lama setelah itu, Lara pergi ke kelas untuk mata kuliah selanjutnya dan berlanjut sampai matahari sudah berwarna oranye. Setelah Lara keluar dari kelasnya dan berjalan menuju gerbang belakang kampus, Rey menghampirinya dengan sepeda motor.
“yuk?” ajak Rey lalu Lara menaiki sepeda motornya, “aku lupa ga bawa helm dua, gapapa ya gapake helm?” ucap Rey di tengah perjalanan, “gapapa” jawab Lara sedikit teriak
Tak lama mereka sampai di sebuah café yang memiliki vibes seperti di dunia harry potter.
“Bagus banget Rey” ucap Lara kagum, lalu Rey tersenyum dan menarik tangan Lara untuk memasuki café tersebut.
Mereka memesan dua gelas butter beer dan beberapa keping cookies cokelat.
Rey mengelap busa-busa pada bibir Lara dengan tisu, “hari ini kamu kelihatan murung, ada apa” ucap Rey
“Gapapa” jawab Lara, “soal kita yang waktu itu?” tanya Rey lagi, “salah satunya” jawab Lara
“La, aku gamau jadi beban kamu. Aku ga bisa kasih status karna beberapa hal” jelas Rey, “apa Rey? Jelasin” tuntut Lara
“Aku.. gabisa” ucap Rey berat
“Aku ga pernah jadi bagian hidup kamu kan Rey, kamu ga pernah bisa cerita ke aku itu kenapa?” ucap Lara tertekan
“karena aku tahu, that’s not right” jawab Rey
“oke, kita jangan bahas hal itu dulu, aku gamau kalau setiap ketemu kita selalu berantem” ucap Lara mengalah
“Maaf ya La” ucap Rey sambil menggenggam tangan Lara, “it’s okay, aku gamau paksa kamu” ucap Lara
Al pun tak lama datang menyusul mereka dengan membawa beberapa buku bacaan tebal yang tidak berhubungan dengan jurusannya.
“sorry, baru dateng” ucap Al sambil duduk
“ini buat apaan Al?” tanya Lara heran
“oh.. ini titipan Rey, gue pinjem dari kating fk yang satu BEM” jelas Al
“Thank you ya” ucap Rey, “bentar, ini bukannya buku yang sama yang kamu bawa tadi pagi kan?” tanya Lara sambil memegang salah satu buku yang dibawa Al tadi
“Beda kok, kamu salah inget kali, masa aku minjem buku yang sama” ucap Rey terkekeh lalu mengambil buku yang dipegang Lara, “ya lo mana tahu yang begituan” ucap Al jahil lalu Lara mendesis kesal
“mau pesen apa Al? Aku pesenin” tawar Rey, “samain aja kaya kalian” ucap Al, “oke bentar, aku pesen dulu” ucap Rey lalu beranjak pergi
“Lo naik motor tadi? Pake helm ga?” tanya Al, “engga, Rey ga bawa helm katanya” jawab Lara
“ini helm yang biasa lo pake bukan?” tanya Al dan Lara balas mengangguk “kok bisa ada di lo?” tanya Lara, “tadi helm gue dipinjem sama anak BEM terus dia ketabrak and you know lah, helm gue ancur dan dia juga dirawat di rs sekarang, jadi gue pinjem ke Rey, ya gue kira dia bawa mobil makanya ngasih pinjem” jelas Al dan Lara terdiam, “lo pake aja helmnya, gue gapake helm juga gapapa” ucap Al karena merasa tidak enak kepada Lara
“santai aja, lo lebih butuh, pake aja” ucap Lara santai, lalu Rey datang dengan membawa segelas butter beer dan beberapa makanan untuk Al
“Nih, atas ucapan terima kasih aku karena udah minjemin bukunya” ucap Rey lalu tersenyum ke arah Al, “wih! Banyak banget, thank you Rey!” ucap Al senang
“emangnya buat apa bukunya?” tanya Lara penasaran
“sebulan lagi aku ada ujian blok, aku mau persiapin ujiannya dari sekarang, makanya nyari referensi buku dari kating” jelas Rey lalu mengambil tisu dan menyodorkan kepada Al, “itu belepotan” lanjut ucap Rey dan Al mengambil tisu tersebut untuk mengelap bibirnya, “oiya Al, nanti aku kembaliin sesudah ujian ya” ucap Rey lagi
“Aku mau ke toilet dulu ya” ucap Lara lalu keduanya mengangguk
●●●
“Sadar Ra, pikiran lo aneh banget” ucap Lara sambil menatap pantulan dirinya dicermin kemudian mencuci tangannya dan kembali.
“mau pulang sekarang?” tanya Rey, “boleh” jawab Lara
“Aku pulang duluan ya Al, kesian Lara kemaleman” ucap Rey sambil menepuk bahu Al
“gue balik ya” ucap Lara, “kabarin kalau udah nyampe” titah Al dan Lara balas mengangguk
Rey dan Lara sampai di rumah kakek tepat pukul sebelas malam. Terdapat Beno berada di kursi teras terduduk dan menatap ke arah Lara dan Rey yang baru datang.
“Itu siapa La?” tanya Rey karena tidak mengenal sosok itu, “kakak” jawab Lara singkat karena Beno menghampiri mereka berdua
“Ga pake helm?” tanya Beno dan keduanya terdiam
“Ra, masuk” titah Beno tegas, “tapi mas—” ucap Lara terpotong karena melihat wajah Beno yang datar
“A—ku masuk ya, kamu hati-hati, kabarin kalau udah nyampe” ucap Lara lalu berjalan memasuki rumah kakek
Lara mengintip Beno dan Rey yang sedang berbincang, entah mengenai apa dari dalam rumah melalui jendela. Raut wajah Beno tadi membuat Lara berpikiran bahwa Rey dan dirinya dalam bahaya besar. Mungkin saja Lara akan dimarahi karena pulang larut atau karena tidak memakai helm atau karena keduanya. Perbincangan Rey dan Beno cukup singkat, karena tak lama dari itu Rey pergi meninggalkan rumahnya.
Beno membuka pintu, mendapati bahwa Lara berada di jendela samping pintu utama.
“dia orangnya Ra?” tanya Beno tiba-tiba dan Lara balas mengangguk
“yaudah kamu bersih-bersih dulu, saya tunggu di kamar” ucap Beno tenang lalu berjalan menuju kamar Lara
Sikap Beno tadi tidak dapat Lara tebak. Lara pun sudah membersihkan diri lalu pergi memasuki kamarnya.
“Ya Allah!” ucap Lara kaget melihat Beno terduduk di sisi kasur menghadap pintu kamar dengan tangan yang dilipat di depan dada.
“Ada apa mas?” tanya Lara sambil berjalan menuju meja riasnya untuk menyisir rambut.
“saya rasa Rey itu cukup baik” ucap Beno tiba-tiba, “kok tahu namanya?” tanya Lara, “tadi kenalan” jawab Beno singkat, “oh yaudah, kirain ngomongin apa” ucap Lara lalu mengambil posisi untuk tidur begitu juga Beno
“Ra” panggil Beno kepada Lara yang tidur memunggunginya
“hem” jawab Lara dengan mata tertutup
“saya boleh tidur sambil meluk kamu?” tanya Beno dan tanpa menjawab Lara langsung mengubah posisinya menjadi memeluk Beno, “tumben tidak protes” ucap Beno jahil, “ngantuk” jawab Lara singkat
“tapi mas, kenapa minta peluk? Biasanya juga engga” ucap Lara ditengah Beno mengusap pelan punggung Lara, “karena kelihatannya yang kamu butuhkan sekarang hanya pelukan Ra” ucap Beno dan Lara pun tersenyum
“Mas, kalau saya nyerah sama ambisi saya gimana?” Tanya Lara
“tapi sudah kamu coba?” tanya Beno balik, “dua kali dan gagal” jawab Lara, “ya kalau saya jadi kamu, saya berpikir bahwa yang penting sudah dicoba dan kalau akhirnya nyerah setidaknya saya mendapat sedikit pembelajaran dari usaha itu daripada menyerah tanpa mencoba terlebih dahulu” jelas Beno sambil terus memeluk Lara
“Ra, ga ada yang sia-sia, semua kegagalan memberi pengajaran, jadi jangan salahkan dirimu kalau ingin menyerah, semua akan jadi milikmu kalau sudah waktunya—“ucap Beno tertahan, “seperti hati kamu yang akan jadi milik saya kalau sudah waktunya” lanjut Beno
“Jadi—menyerah saja?” tanya Lara, “itu pertanyaan untuk saya atau untuk kamu?” tanya Beno balik, “kalau saya jelas tidak akan menyerah untuk mendapatkan hati kamu Ra” jelas Beno
“Kamu pikirkan saja dulu Ra, take your time, sekarang tidur saja” ucap Beno dan Lara mengangguk setuju lalu keduanya pun tertidur.
Beno dan Lara di tengah perjalanan mengantarkan Lara ke kampus. Lara berpakaian rapih dengan kemeja khas himpunan mesin yang tertulis nama Lara di atas dada bagian kiri juga nama universitas dan jurusan di bagian belakang sedangkan Beno berpakaian seperti biasa dengan kemaja juga dasinya itu. “Tumben Ra, rapih banget” ucap Beno, “hari ini ada mau rapat himpunan jadi harus rapih mas” jawab Lara dan Beno pun ber-Oh ria. “Kayanya saya pulang larut atau ga pulang sama sekali mas” “Kenapa?” Tanya Beno kaget mendengar Lara berencana untuk tidak pulang “Saya mau ngerjain tugas besar soalnya deadline udah deket, kalau pun beres, malem banget saya ga berani pulang sendirian” jelas Lara, “nanti saya jemput, kamu kirim saja lokasinya” tawar Beno, “masalahnya saya tuh takut pas keluar lab nya, soalnya kampus saya tuh angger banget kalau malem” jelas Lara, “ya pokonya kamu mau pulang jam berapa pun saya jemput, tidak boleh menginap” tegas Beno sambil menepikan mob
Sudah 3 hari berturut-turut Lara mengerjakan tugas besarnya, akhirnya pada hari jum’at waktunya Lara untuk mengumpulkan proposalnya. Saat Lara akan mengambil produk dari tugas besarnya itu di lab pengelasan, seorang lelaki berkacamata yang mungkin seumuran dengan Beno datang menghampiri Lara dengan membawa sebuah jilid kertas. “Saya asdos dari Pa Aris, ini proposal tugas besar kamu dan beliau menyuruh agar tidak perlu membawa bendanya ke ruangannya” jelas pria itu “Kenapa pak memangnya?” Tanya Lara sambil mengambil proposalnya itu “Untuk lebih jelasnya baca saja tulisan tangan beliau yang ada disitu” ucap pria itu lalu pergi meninggalkan Lara sendirian di lab Pengelasan. Lara langsung membaca tulisan pulpen merah yang cukup banyak tertulis pada proposalnya itu. Dapat simpulkan bahwa, tugas besar Lara tidak diterima dan jika masih ingin mendapat nilai, diberi satu hari untuk menuntaskannya, yang mana itu sangat tidak mungkin untuk dilakukan karena sebe
Perjalanan yang ditempuh cukup jauh sehingga Lara tertidur di dalam mobil. Mereka menyusuri jalanan yang di sisi kanan dan kirinya terdapat perkebunan teh dan juga kabut yang lumayan tebal karena hujan yang baru saja berhenti. Matahari mulai bergerak untuk tenggelam dan udara semakin terasa dingin. Beno memarkirkan mobilnya lalu keluar dan meninggalkan Lara yang masih tertidur. Terasa getaran saat Beno menutup pintu mobil membuat Lara terbangun dan terdiam sebentar untuk mengumpulkan kesadarannya kemudian keluar mobil karena melihat Beno tengah berdiri tak jauh di depan mobil. “mas, kita dimana?” tanya Lara sambil mendatangi Beno, “saya gatau tepatnya dimana, saya ga pernah mau cari tahu, yang pasti tempat ini dari dulu jadi tempat saya melarikan diri Ra” jelas Beno “dari apa?” tanya Lara “apapun” jawab Beno “terus kenapa ajak saya kesini?” tanya Lara, “karena.. kamu satu-satunya orang yang ingin saya bawa pergi—melarikan diri maksudnya, saya paham be
PlakkkBeno ditampar keras oleh kakek di depan ruang ICU yang di dalamnya terdapat Lara yang sedang ditangani oleh dokter.“Ga becus! Salah saya nikahkan kamu dengan cucu saya!” Ucap kakek lalu terduduk di salah satu kursi di depan ruangan itu dan Beno hanya mampu tertunduk karena memang ia merasa tidak benar menjaga LaraTak jauh di sana terdapat Al yang menyembunyikan diri di balik tembok tak sengaja mendengar ucapan kakek tadi.Cukup lama Lara berada di dalam ICU, membuat Beno, kakek dan Al semakin khawatir dengan keadaannya. Dokter pun keluar dari ruangan itu dengan pakaian yang dominan hijau itu.“Bagaimana dok?” tanya kakek sambil berdiri begitu pula Beno dan Al menunjukkan dirinya“Tidak ada luka yang serius, hanya saja patah tulang hidung, sayatan pada dahi dan beberapa memar pada kaki” ucap dokter dan mereka bertiga pun serentak membuang napas lega“kalau begitu, saya pindahkan ke ruang perawatan&r
Beno membuka pintu rumah dan tampak Lara juga Al yang melangkah memasuki rumah Lara dan Beno itu.“Saya buatkan minum dulu ya” ucap Beno lalu pergi ke arah dapur membuatkan minum untuk Lara yang baru kembali dan Al yang baru pertama kali datang.“Kamar kalian dimana?” Tanya Al pelan“Itu kamar gue—” tunjuk Lara ke pintu yang dekat dengan ruang tamu, “itu kamar mas Beno” tunjuk Lara ke pintu dekat dapur yang terlihat dari arah ruang tamu“Ga sekamar?” Tanya Al, “enggalah” jawab Lara tegas“Loh bentar, kalau ga sekamar berarti ga pernah—” ucap Al terpotong, “enggalah!” ucap Lara emosi, “terus kalian udah ngapain aja?” tanya Al penasaran“ya… pegangan tangan, dicium—” ucap Lara terpotong, “bibir?!” tanya Al semangat, “dahi doang” jawab Lara lalu Al membuang napas dan menurunkan bahunya
Keesokkan harinya Lara tidak keluar kamarnya untuk pergi ke kampus. Beno pun yang akan pergi ke kantornya itu tidak yakin dapat meninggalkan Lara saat keadaannya seperti ini yang bahkan ia tidak tahu karena apa. “Halo, selamat siang” ucap Beno “Selamat siang dengan Bank Cahaya Ilahi, ada yang bisa kami bantu?” “Saya Rendhika Beno, izin untuk tidak datang ke kantor hari ini dikarenakan ada keperluan mendesak dengan istri saya sehingga tidak bisa ditinggal” “Baik pak, akan saya informasikan kepada hrd” “Baik. Terima kasih—tut!” Setelah selesai menelpon pihak kantornya untuk tidak hadir, Beno langsung melepas jas berwarna hitam dan melonggarkan kembali dasinya kemudian menyimpannya di bahu kursi di ruang tamu. Tokk—tokk—tokk “Lara” ucap Beno dan tidak ada jawaban Ceklek “Lara..” panggil Beno kepada Lara yang terduduk di kursi belajarnya,
Sidang diadakan dengan dihadiri oleh ketua jurusan, ketua himpunan jurusan, orangtua atau wali masing-masing pihak, perwakilan dari pusat pengaduan, Arya, Beno, Al, Rey dan terakhir Lara yang penampilannya terlihat berantakan—wajah yang pucat, pandangan mata yang kosong dan tubuh yang gemetar karena menjadi pusat dari semua orang di ruangan ini.“Kepada korban silahkan untuk menyampaikan kronologi kejadiannya” ucap seseorang yang berasal dari pusat pengaduan mahasiswa“Saya...dipang..gil untuk... keru..agan” ucap Lara patah patah“Dimohon untuk berbicara dengan jelas” ucap orang itu tegas“maaf menyela—“ ucap Beno lalu orang dari pusat itu mempersilahkan Beno untuk berbicara“—saat ini Lara sedang terguncang dan saya rasa itu terlalu sulit untuk menceritakan kronologinya, saya mohon untuk pihak lain mengerti dengan keadaannya” jelas Beno“baik, apakah dari pihak korban dapat menjelaskan kronologi kejadiannya? Selain dari korban”Rey mengacungkan tangannya
“Mas Beno itu siapanya Lala sih Al?” Tanya Igoy“Mas Beno?” Tanya Al lagi menyakinkan dan Igoy balas mengangguk, “ya kakak” jawab Al“Bukan kakak kandung kan?” Tanya Igoy lagi, “kenapa lo mikir gitu?” Tanya Al sambil menengok ke arah Igoy yang fokus dengen laptopnyaIgoy terdiam sambil menatap ke arah langit-langit ruangan himpunan “Ya.. gue rasa.. sayangnya dia ke Lala beda” Al pun ikut menatap ke arah yang sama, “iya sih, gue juga ngerasa gitu” ucap Al, “jadi gimana?” Tanya Igoy lagi, “gimana apanya?” Tanya Al heran“ada peluang buat gue dapetin Lala?” tanya Igoy, “nol besar, Goy” jawab Al dan terdengar hembusan napas Igoy kasar, “ya mencintai ga harus memiliki kan?” jawab Igoy pasrah dengen keadaanCeklek!Pintu ruangan himpunan dibuka kasar oleh Akew.“rusuh!” ketus Al kepada Akew yang ngos-ngosan“Gue.. dapet.. info” ucap Akew patah patah sambil menyodorkan sebuah flashdisk kepada Al“sini!” ucap Igoy sambil merebut flashdisk dari tangan Akew yang tid
“Lo udah berapa hari ga pulang?” tanya seseorang kepada wanita yang sedang fokus dengan laptop di depannya“Tiap hari juga pulang” jawab wanita itu tanpa menoleh“Ke rumah yang ada masben nya?” tanya lelaki itu dan tidak ada jawaban“Sebulan ada kali Ra. Lo gabisa lari terus dari masalah”“Gue ga lari”“Lo ngehindar Ra, udah coba denger penjelasan masben? Engga kan?”“Apa yang perlu gue denger? Semua udah jelas. Lo kalo mau bahas ini mending pergi aja, gue mau fokus ngerjain skripsi” ketus Lara“Gue ga habis pikir ada orang sekeras kepala kaya lo, kasih masben kesempatan. Ga inget berapa kali lo kasih kesempatan itu ke Rey, setelah dia berkali kali nyakitin lo, tapi sekarang? Lo ga kasih satu pun buat masben, padahal ini kesalahan pertama dia. Gue harap lo cepet sadar deh Ra” ucap Al sambil mengacak puncak kepala Lara lalu pergi meninggalkannyaTing-nungNak.. bisa bertemu bapak hari ini? Sebentar sajaPesan dari bapak-Ayahnya
Mereka pun sampai di rumah setelah datang ke pernikahan Tina“ah! Pegel banget pake heels” ucap Lara langsung merebahkan diri di sofa ruang tamu“padahal pake sneakers aja kaya biasa Ra..” ucap Beno menimpali“ga matching sama dress nya dong mas.. mending pake safety shoes ah dibanding heels” gumam LaraLalu Beno datang dengan membawa sebuah mangkuk dan sebuah baskom“nih” ucap Beno sambil menyodorkan mangkuk, “ih.. eskrimku udah jadi” ucap Lara senang lalu melahap eskrim itu dengan semangat“eh mas ngapain?” tanya Lara saat Beno menarik kakinya untuk dimasukkan kedalam baskom yang berisi air hangat itu“katanya pegel..” ucap Beno sambil memijat pelan kaki Lara“sweet banget sih suaminya aku” ucap Lara sambil mengusap pipi Beno pelan kemudian menyuapi Beno dengan eskrim juga“mas..” panggil Lara saat Beno mengeringkan kaki Lara yang
Dua tahun pun berlalu. Kini Lara tengah menyusun tugas akhir untuk mendapat gelar sebagai sarjana terapan teknik dan Beno masih tetap dengan pekerjaannya.Drrrt“Ya.. halo..” jawab Lara dengan berbisik“Saya sudah di depan” suara Beno terdengar jelas“Oke aku kesana, tunggu” masih dengan suara berbisiknyaLara pun membereskan barang-barangnya kemudian ia masukkan kedalam totebag yang lumayan memuat banyak barang itu.CupCium Lara di pipi Beno setelah ia masuk kedalam mobil sebagai ucapan salamnya.“Kenapa tadi jawabnya bisik-bisik?” tanya Beno sambil membersihkan krim yang berada di sudut bibir Lara yang langsung melahap macaron yang dibeli Beno itu.“lagi di perpus” jawab Lara singkat dengan mulut yang penuh itu“sendirian?” Lara mengangguk, “yang lain masih pada magang sama pada di lab juga”“Kamu wisuda kapan?”“sekitar 4 bulan lagi? Kalo tepat waktu”“Pasti... ehm kita masak di rumah aja atau mau delivery?”
Matahari pun mulai muncul, walau sinarnya belum sampai kedalam kamar Beno dan Lara sehingga keduanya masih tertidur lelap saling memeluk karena hawa dingin dini hari yang memasuki dari celah jendela yang terbuka. Sementara itu, Al dan Rey sedang berada di dapur, mereka memilih untuk sarapan terlebih dahulu kemudian mandi. Karena mereka tidak tahan untuk mandi dengan air dingin pada dini hari, padahal disediakan water heater namun mereka terlalu malas untuk menggunakannya. Bukan, hanya Al yang malas dan Rey hanya mengikutinya. “Mereka belum keluar kamar?” tanya Al sambil melihat kearah sekitar untuk mencari keberadaan Beno dan Lara “Belum” jawab Rey singkat “Perlu gue bangunin ga sih? Takutnya mereka kebamblasan gitu” ucap Al “Gausah Al entar ganggu lagi, mungkin mereka masih mau di kamar” ucap Rey sambil mengoleskan selai nanas di roti gandumnya itu “Maksud lo?” tanya Al lalu mengambil roti yang sudah diberi selai itu
Mereka berjalan kembali menuju rumah penginapan yang ditempati. Sambil berpegangan tangan erat seakan enggan melepas. Langit sudah mulai gelap, Rey dan Al pasti sedang menyiapkan makan malam, mengingat mereka mengabari bahwa sedang mencari bahan makanan untuk barbeque yang telah mereka rencanakan. “La! Darimana aja?” panggil Rey dengan tangan yang membawa tampan berisi sayuran yang akan dibuat menjadi salad, kemudian ia menghampiri Lara yang datang dengan Beno, sontak Lara melepas genggaman tangan Beno kasar karena Rey berjalan mendekatinya lalu mengusap pipinya pelan sambil menatap lembut ke arahnya. “Aku ketok kamar kamu tapi ga ada jawaban, khawatir tau aku kira kamu sakit” ucap Rey sambil merapihkan anak rambut yang menghalanginya melihat wajah Lara “Ah-gapapa kok Rey, tadi aku abis jalan-jalan sama mas Beno. Abisnya di kamar terus bosen” ucap Lara sambil sedikit memundurkan tubuhnya dan menatap Beno yang sedang membantu Al menyalakan bara api untuk memba
Mungkin hadirnya Beno merupakan jawaban dari pertanyaan yang Lara tujukan kepada Rey. Kehadiran yang tiba-tiba, mendadak namun penuh kepastian. Meskipun berawal dari perjodohan, kita tidak tahu apa yang membuat Beno yakin untuk menjalani kehidupan pernikahan dengan Lara yang tidak ia kenal sebelumnya. Hadirnya Lara membuat Beno menyadari bahwa kehilangan akan membuat kita merasa berarti, walaupun itu terasa sakit namun rasa itu baik untuk dirasakan. Meskipun ada beberapa hal yang tak lagi sama, tetap harus berjalan dengan semestinya dengan atau tanpa mereka-yang meninggalkan. Kehilangan menghadirkan kekuatan untuk terus bertahan hidup bersama dengan yang tersisa, lebih menghargai yang ada dan menerima untuk hidup bersamanya. “pelan-pelan makannya” ucap Beno sambil mengelap mulut Lara yang berantakan karena cipratan kuah ramen pedas itu Kenyamanan dirasa ketika kita sudah tidak malu lagi untuk makan di depannya, malu jika berantakan, malu jika belepotan, malu jika ada
“La gue mau tanya dong” ucap Al kepada Lara yang masih berkutat dengan laptopnya padahal mereka berada di tempat untuk mengenyangkan perut“biasanya juga langsung nanya, ada apa bestie” jawab Lara tanpa menoleh kea rah Al“lo masih hubungan sama Rey?” tanya Al yang membuat Lara mengerutkan dahi karena itu pertanyaan di luar ekspetasi Lara, “lah biasanya nanya gimana kader? Gimana perkembangan race mobil? Tugas perancangan udah? Gue udah solat belum yak? Tumben banget lo kepo sama hubungan gue, ini Al atau Akew?” sarkas Lara“lah napa dah si Akew?” kepo Al, “kapan hari gitu ya dia nanya hal yang mirip, tapi langsung pas ada Rey-nya juga sih” jawab Lara, “terus?” ucap Al menuntut penjelasan, “terus apaan?” ketus Lara, “ya terus si Rey jawab apa?” tanya Al“ya intinya dia bilang mau nunggu siap dan ya udah nyaman kaya gini” jawab Lara sekenanya, “kaya gini gimana?” tanya Al lagi, “tanpa status tapi bisa memiliki”“ya digantung kan itu, tanpa kepastian” ucap Al menyimpulkan, “mau sampai k
Waktu menunjukkan pukul 2 pagi saat Beno terbangun karena memimpikan Ibunya yang telah meninggalkannya itu. Ia berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air seraya menenangkan dirinya dari duka yang masih terasa itu. PLAK Sebuah panci untuk memasak mie mendarat tepat di lengan kanan Beno dengan cukup keras saat Beno membuka lemari es untuk mengambil air yang dingin dan suara panci bertabrakan dengan lengan itu terdengar suara yang cukup bulat. “mas! Aku kira maling” ucap Lara sambil menurunkan pancinya dari lengan Beno itu. “sakit ga? Pasti sakit kan? Suaranya kenceng soalnya” ucap Lara sambil memeriksa lengan Beno yang terlihat merah dibawah lampu remang dari lemari es yang dibuka “mas? Maaf sakit banget ya” ucap Lara melihat Beno meneteskan air mata sebutir, tanpa menjawab Beno langsung memeluk Lara dengan erat dan terisak dibahu Lara. Tanpa berkata Lara menenangkan Beno dengan menepuk-nepuk punggungnya pelan “ad
“Nonton yu La” ajak Rey setelah mereka selesai makan siang, “aku harus cepet pulang Rey, udah dijemput juga” tolak Lara“Mas Beno?” Tanya Rey memastikan siapa yang menjemput Lara dan Lara jawab mengangguk“Aku duluan ya Rey” ucap Lara sambil berdiri, “bentar Ra” ucap Rey sambil ikut berdiri menyamakan posisinyaCupLara seketika terkejut karena bibir Rey menempel singkat di pipinya.“Hati-hati ya, kabarin aku kalau sudah sampai” ucap Rey sambil mengusap puncak kepala Lara“Iya” jawab Lara karena bingung. Bingung harus merespon apa, bingung dengan perasaannya, bingung dengan sikap Rey terhadapnya.“Mas udah lama nunggu?” tanya Lara setelah memasuki mobil, “baru kok, ada kali 5 menit—eh” ucap Beno kaget karena Lara tiba-tiba memeluknya.“ada apa?” tanya Beno sambil balik memeluk istrinya itu.