Beno membuka pintu rumah dan tampak Lara juga Al yang melangkah memasuki rumah Lara dan Beno itu.
“Saya buatkan minum dulu ya” ucap Beno lalu pergi ke arah dapur membuatkan minum untuk Lara yang baru kembali dan Al yang baru pertama kali datang.“Kamar kalian dimana?” Tanya Al pelan“Itu kamar gue—” tunjuk Lara ke pintu yang dekat dengan ruang tamu, “itu kamar mas Beno” tunjuk Lara ke pintu dekat dapur yang terlihat dari arah ruang tamu“Ga sekamar?” Tanya Al, “enggalah” jawab Lara tegas“Loh bentar, kalau ga sekamar berarti ga pernah—” ucap Al terpotong, “enggalah!” ucap Lara emosi, “terus kalian udah ngapain aja?” tanya Al penasaran“ya… pegangan tangan, dicium—” ucap Lara terpotong, “bibir?!” tanya Al semangat, “dahi doang” jawab Lara lalu Al membuang napas dan menurunkan bahunyaKeesokkan harinya Lara tidak keluar kamarnya untuk pergi ke kampus. Beno pun yang akan pergi ke kantornya itu tidak yakin dapat meninggalkan Lara saat keadaannya seperti ini yang bahkan ia tidak tahu karena apa. “Halo, selamat siang” ucap Beno “Selamat siang dengan Bank Cahaya Ilahi, ada yang bisa kami bantu?” “Saya Rendhika Beno, izin untuk tidak datang ke kantor hari ini dikarenakan ada keperluan mendesak dengan istri saya sehingga tidak bisa ditinggal” “Baik pak, akan saya informasikan kepada hrd” “Baik. Terima kasih—tut!” Setelah selesai menelpon pihak kantornya untuk tidak hadir, Beno langsung melepas jas berwarna hitam dan melonggarkan kembali dasinya kemudian menyimpannya di bahu kursi di ruang tamu. Tokk—tokk—tokk “Lara” ucap Beno dan tidak ada jawaban Ceklek “Lara..” panggil Beno kepada Lara yang terduduk di kursi belajarnya,
Sidang diadakan dengan dihadiri oleh ketua jurusan, ketua himpunan jurusan, orangtua atau wali masing-masing pihak, perwakilan dari pusat pengaduan, Arya, Beno, Al, Rey dan terakhir Lara yang penampilannya terlihat berantakan—wajah yang pucat, pandangan mata yang kosong dan tubuh yang gemetar karena menjadi pusat dari semua orang di ruangan ini.“Kepada korban silahkan untuk menyampaikan kronologi kejadiannya” ucap seseorang yang berasal dari pusat pengaduan mahasiswa“Saya...dipang..gil untuk... keru..agan” ucap Lara patah patah“Dimohon untuk berbicara dengan jelas” ucap orang itu tegas“maaf menyela—“ ucap Beno lalu orang dari pusat itu mempersilahkan Beno untuk berbicara“—saat ini Lara sedang terguncang dan saya rasa itu terlalu sulit untuk menceritakan kronologinya, saya mohon untuk pihak lain mengerti dengan keadaannya” jelas Beno“baik, apakah dari pihak korban dapat menjelaskan kronologi kejadiannya? Selain dari korban”Rey mengacungkan tangannya
“Mas Beno itu siapanya Lala sih Al?” Tanya Igoy“Mas Beno?” Tanya Al lagi menyakinkan dan Igoy balas mengangguk, “ya kakak” jawab Al“Bukan kakak kandung kan?” Tanya Igoy lagi, “kenapa lo mikir gitu?” Tanya Al sambil menengok ke arah Igoy yang fokus dengen laptopnyaIgoy terdiam sambil menatap ke arah langit-langit ruangan himpunan “Ya.. gue rasa.. sayangnya dia ke Lala beda” Al pun ikut menatap ke arah yang sama, “iya sih, gue juga ngerasa gitu” ucap Al, “jadi gimana?” Tanya Igoy lagi, “gimana apanya?” Tanya Al heran“ada peluang buat gue dapetin Lala?” tanya Igoy, “nol besar, Goy” jawab Al dan terdengar hembusan napas Igoy kasar, “ya mencintai ga harus memiliki kan?” jawab Igoy pasrah dengen keadaanCeklek!Pintu ruangan himpunan dibuka kasar oleh Akew.“rusuh!” ketus Al kepada Akew yang ngos-ngosan“Gue.. dapet.. info” ucap Akew patah patah sambil menyodorkan sebuah flashdisk kepada Al“sini!” ucap Igoy sambil merebut flashdisk dari tangan Akew yang tid
“La, ini sidang terakhir, semoga kita bisa menang. Terus lo bisa balik lagi ke kampus kaya biasa, gue kangen banget makan soto bareng lo di pujas” ucap Al saat mereka berjalan menuju ruangan sidang yang sudah tidak asing Lara hanya bisa tersenyum tipis dan tidak berani berharap bahwa kemenangan berada di tangannya karena semua jalan nihil dan buntu untuk membuat Lara keluar dari masalah ini. “La la la, senyum dong kangen nih” ucap Igoy, “sempet sempetnya anjir” ketus Al, “La sini duduk bareng gue aja” ajak Akew lalu Lara menurut. Tak lama setelah Lara duduk, pihak Arya datang dengan wajah yang berseri. Sidang terakhirpun dimulai. Pihak Arya semakin gencar memojokan Lara bahwa Lara yang mendatangi Arya atas dasar kemauan sendiri agar nilai mata kuliahnya aman. “saksinya jadi dateng ga kew?” tanya Al, “jadi jadi, dia bilangnya jadi” ucap Akew panik, “tapi ini udah mau beres belum muncul juga” ucap Al Ceklek Pintu
Setelah dari kediaman Iki, Beno memutuskan untuk kembali ke rumah saja karena ia merasakan badannya sangat lelah dan juga kepalanya terasa memutar. Ia mengendarai mobilnya dengan perlahan karena pusing yang ia rasakan semakin hebat dan tak jarang ia hampir menabrak orang di depannya. Namun untungnya ia selamat sampai rumah.Beno membuka pintu rumah yang dikunci, itu berarti dua kemungkinan yaitu Lara di rumah atau Lara pergi keluar. Ia menghembuskan napas lega, karena mendapati Lara tetap pada posisi terakhir ketika ia tinggalkan. Dengan berjalan sambil terhuyung huyung ia menghampiri Lara yang masih terlelap.Mengusap pelan kepala Lara serta merapihkan rambut yang menutupi wajah Lara agar ia jelas melihat wajah istrinya itu. Merasa terusik, Lara pun membuka matanya pelan lalu terbangun cepat dan berlari menjauhi Beno.“Ra, kenapa?” ucap Beno masih dengan posisinya melihat Lara menjauh“Diem disitu” ucap Lara sedikit
“I don’t deserve to love to anyone” ucap Lara setelah isak tangisnya sedikit mereda, “saya.. bodoh, saya lupa tujuan saya apa dan sekarang saya kehilangan kesempatan itu mas” jelas Lara tanpa konteks tentang apa yang dimaksudnya namun Beno merespon anggukan bahwa ia paham apa yang dikatakan Lara. Beno memilih untuk tidak berbicara apapun dan yang bisa ia berikan hanya sentuhan fisik untuk menenangkan Lara. Karena jika ia berbicara, itu seakan terasa salah. Beno tidak menutupi perasaannya bahwa ia senang jika Lara tidak berakhir dengan Rey namun ia juga tidak ingin jika caranya itu dengan menyakiti hati Lara. “do you really love me?” tanya Lara tiba-tiba, “ya, tentu” jawab Beno sambil menghapus sisa air mata di pipi Lara, “don’t give me hope” ucap Lara pesimis, “I don’t give you hope, this is real and I meant it, it’s about you to trust me or not but this is about me to love you truly, Ra” jawab Beno “jadi Ra, can you love me to? And I’m sorry, please fo
“asik makan gratis” ucap Angga dengan bersemangat memasuki kediaman Lara dan Beno“maafin temen saya ya mas, biasa anak kos suka kurang gizi” ucap Akew kepada Beno sedikit bercanda“eh! Bener pisan, saatnya perbaikan gizi da jauh harus pulang ke Garut mah” ucap Angga yang merindukan masakan ibunya itu“teman kalian ada satu lagi kan? Yang rambutnya ikal” tanya Beno, “oh Igoy, nanti nyusul katanya mas” jawab Al, “yaudah langsung aja makan duluan” ucap Beno sambil mengajak mereka ke arah meja makan yang sudah tersedia makanan khas sundaDing-dong“aku aja yang buka pintunya” ucap Lara kepada Beno yang akan beranjak dari kursinya itu“good night!” ucap seseorang yang baru ditanya oleh Beno, “maaf dateng telat, gue ngater dulu si mamah” ucap nya, “gapapa, masuk aja Goy” ucap Lara, &ldquo
Seseorang duduk di pojok cafe dengan menghadap ipad sambil menulis pada tumpukan kertas dengan banyak sticky notes. Tak lupa telinganya disumpal dengan airpods berwarna putih itu. Chocolate panas yang sudah tidak panas itu didiamkan setengahnya. Seseorang lainnya datang dan mencabut salah satu airpods itu kemudian memasangkannya di telinganya.“I miss your tan skin, your sweet smile” ujar orang yang mencabut airpods itu tadi“did I know you?” tanya orang yang terlihat kesal karena aktivitasnya diganggu“well I’m a friend of your friends or girlfriend, I don’t know what it’s true” jawabnya, “ada apa?” tanyanya sambil melepas aipods kepunyaanya, “sebenarnya gue tahu lo sukanya bukan Lala” ucapnya, “gausah sok kaget gitu Rey” lanjutnya lagi, “maksud kamu apa?” tanya Rey“lo paham, masa sih seorang mahasiswa kedokteran y
“Lo udah berapa hari ga pulang?” tanya seseorang kepada wanita yang sedang fokus dengan laptop di depannya“Tiap hari juga pulang” jawab wanita itu tanpa menoleh“Ke rumah yang ada masben nya?” tanya lelaki itu dan tidak ada jawaban“Sebulan ada kali Ra. Lo gabisa lari terus dari masalah”“Gue ga lari”“Lo ngehindar Ra, udah coba denger penjelasan masben? Engga kan?”“Apa yang perlu gue denger? Semua udah jelas. Lo kalo mau bahas ini mending pergi aja, gue mau fokus ngerjain skripsi” ketus Lara“Gue ga habis pikir ada orang sekeras kepala kaya lo, kasih masben kesempatan. Ga inget berapa kali lo kasih kesempatan itu ke Rey, setelah dia berkali kali nyakitin lo, tapi sekarang? Lo ga kasih satu pun buat masben, padahal ini kesalahan pertama dia. Gue harap lo cepet sadar deh Ra” ucap Al sambil mengacak puncak kepala Lara lalu pergi meninggalkannyaTing-nungNak.. bisa bertemu bapak hari ini? Sebentar sajaPesan dari bapak-Ayahnya
Mereka pun sampai di rumah setelah datang ke pernikahan Tina“ah! Pegel banget pake heels” ucap Lara langsung merebahkan diri di sofa ruang tamu“padahal pake sneakers aja kaya biasa Ra..” ucap Beno menimpali“ga matching sama dress nya dong mas.. mending pake safety shoes ah dibanding heels” gumam LaraLalu Beno datang dengan membawa sebuah mangkuk dan sebuah baskom“nih” ucap Beno sambil menyodorkan mangkuk, “ih.. eskrimku udah jadi” ucap Lara senang lalu melahap eskrim itu dengan semangat“eh mas ngapain?” tanya Lara saat Beno menarik kakinya untuk dimasukkan kedalam baskom yang berisi air hangat itu“katanya pegel..” ucap Beno sambil memijat pelan kaki Lara“sweet banget sih suaminya aku” ucap Lara sambil mengusap pipi Beno pelan kemudian menyuapi Beno dengan eskrim juga“mas..” panggil Lara saat Beno mengeringkan kaki Lara yang
Dua tahun pun berlalu. Kini Lara tengah menyusun tugas akhir untuk mendapat gelar sebagai sarjana terapan teknik dan Beno masih tetap dengan pekerjaannya.Drrrt“Ya.. halo..” jawab Lara dengan berbisik“Saya sudah di depan” suara Beno terdengar jelas“Oke aku kesana, tunggu” masih dengan suara berbisiknyaLara pun membereskan barang-barangnya kemudian ia masukkan kedalam totebag yang lumayan memuat banyak barang itu.CupCium Lara di pipi Beno setelah ia masuk kedalam mobil sebagai ucapan salamnya.“Kenapa tadi jawabnya bisik-bisik?” tanya Beno sambil membersihkan krim yang berada di sudut bibir Lara yang langsung melahap macaron yang dibeli Beno itu.“lagi di perpus” jawab Lara singkat dengan mulut yang penuh itu“sendirian?” Lara mengangguk, “yang lain masih pada magang sama pada di lab juga”“Kamu wisuda kapan?”“sekitar 4 bulan lagi? Kalo tepat waktu”“Pasti... ehm kita masak di rumah aja atau mau delivery?”
Matahari pun mulai muncul, walau sinarnya belum sampai kedalam kamar Beno dan Lara sehingga keduanya masih tertidur lelap saling memeluk karena hawa dingin dini hari yang memasuki dari celah jendela yang terbuka. Sementara itu, Al dan Rey sedang berada di dapur, mereka memilih untuk sarapan terlebih dahulu kemudian mandi. Karena mereka tidak tahan untuk mandi dengan air dingin pada dini hari, padahal disediakan water heater namun mereka terlalu malas untuk menggunakannya. Bukan, hanya Al yang malas dan Rey hanya mengikutinya. “Mereka belum keluar kamar?” tanya Al sambil melihat kearah sekitar untuk mencari keberadaan Beno dan Lara “Belum” jawab Rey singkat “Perlu gue bangunin ga sih? Takutnya mereka kebamblasan gitu” ucap Al “Gausah Al entar ganggu lagi, mungkin mereka masih mau di kamar” ucap Rey sambil mengoleskan selai nanas di roti gandumnya itu “Maksud lo?” tanya Al lalu mengambil roti yang sudah diberi selai itu
Mereka berjalan kembali menuju rumah penginapan yang ditempati. Sambil berpegangan tangan erat seakan enggan melepas. Langit sudah mulai gelap, Rey dan Al pasti sedang menyiapkan makan malam, mengingat mereka mengabari bahwa sedang mencari bahan makanan untuk barbeque yang telah mereka rencanakan. “La! Darimana aja?” panggil Rey dengan tangan yang membawa tampan berisi sayuran yang akan dibuat menjadi salad, kemudian ia menghampiri Lara yang datang dengan Beno, sontak Lara melepas genggaman tangan Beno kasar karena Rey berjalan mendekatinya lalu mengusap pipinya pelan sambil menatap lembut ke arahnya. “Aku ketok kamar kamu tapi ga ada jawaban, khawatir tau aku kira kamu sakit” ucap Rey sambil merapihkan anak rambut yang menghalanginya melihat wajah Lara “Ah-gapapa kok Rey, tadi aku abis jalan-jalan sama mas Beno. Abisnya di kamar terus bosen” ucap Lara sambil sedikit memundurkan tubuhnya dan menatap Beno yang sedang membantu Al menyalakan bara api untuk memba
Mungkin hadirnya Beno merupakan jawaban dari pertanyaan yang Lara tujukan kepada Rey. Kehadiran yang tiba-tiba, mendadak namun penuh kepastian. Meskipun berawal dari perjodohan, kita tidak tahu apa yang membuat Beno yakin untuk menjalani kehidupan pernikahan dengan Lara yang tidak ia kenal sebelumnya. Hadirnya Lara membuat Beno menyadari bahwa kehilangan akan membuat kita merasa berarti, walaupun itu terasa sakit namun rasa itu baik untuk dirasakan. Meskipun ada beberapa hal yang tak lagi sama, tetap harus berjalan dengan semestinya dengan atau tanpa mereka-yang meninggalkan. Kehilangan menghadirkan kekuatan untuk terus bertahan hidup bersama dengan yang tersisa, lebih menghargai yang ada dan menerima untuk hidup bersamanya. “pelan-pelan makannya” ucap Beno sambil mengelap mulut Lara yang berantakan karena cipratan kuah ramen pedas itu Kenyamanan dirasa ketika kita sudah tidak malu lagi untuk makan di depannya, malu jika berantakan, malu jika belepotan, malu jika ada
“La gue mau tanya dong” ucap Al kepada Lara yang masih berkutat dengan laptopnya padahal mereka berada di tempat untuk mengenyangkan perut“biasanya juga langsung nanya, ada apa bestie” jawab Lara tanpa menoleh kea rah Al“lo masih hubungan sama Rey?” tanya Al yang membuat Lara mengerutkan dahi karena itu pertanyaan di luar ekspetasi Lara, “lah biasanya nanya gimana kader? Gimana perkembangan race mobil? Tugas perancangan udah? Gue udah solat belum yak? Tumben banget lo kepo sama hubungan gue, ini Al atau Akew?” sarkas Lara“lah napa dah si Akew?” kepo Al, “kapan hari gitu ya dia nanya hal yang mirip, tapi langsung pas ada Rey-nya juga sih” jawab Lara, “terus?” ucap Al menuntut penjelasan, “terus apaan?” ketus Lara, “ya terus si Rey jawab apa?” tanya Al“ya intinya dia bilang mau nunggu siap dan ya udah nyaman kaya gini” jawab Lara sekenanya, “kaya gini gimana?” tanya Al lagi, “tanpa status tapi bisa memiliki”“ya digantung kan itu, tanpa kepastian” ucap Al menyimpulkan, “mau sampai k
Waktu menunjukkan pukul 2 pagi saat Beno terbangun karena memimpikan Ibunya yang telah meninggalkannya itu. Ia berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air seraya menenangkan dirinya dari duka yang masih terasa itu. PLAK Sebuah panci untuk memasak mie mendarat tepat di lengan kanan Beno dengan cukup keras saat Beno membuka lemari es untuk mengambil air yang dingin dan suara panci bertabrakan dengan lengan itu terdengar suara yang cukup bulat. “mas! Aku kira maling” ucap Lara sambil menurunkan pancinya dari lengan Beno itu. “sakit ga? Pasti sakit kan? Suaranya kenceng soalnya” ucap Lara sambil memeriksa lengan Beno yang terlihat merah dibawah lampu remang dari lemari es yang dibuka “mas? Maaf sakit banget ya” ucap Lara melihat Beno meneteskan air mata sebutir, tanpa menjawab Beno langsung memeluk Lara dengan erat dan terisak dibahu Lara. Tanpa berkata Lara menenangkan Beno dengan menepuk-nepuk punggungnya pelan “ad
“Nonton yu La” ajak Rey setelah mereka selesai makan siang, “aku harus cepet pulang Rey, udah dijemput juga” tolak Lara“Mas Beno?” Tanya Rey memastikan siapa yang menjemput Lara dan Lara jawab mengangguk“Aku duluan ya Rey” ucap Lara sambil berdiri, “bentar Ra” ucap Rey sambil ikut berdiri menyamakan posisinyaCupLara seketika terkejut karena bibir Rey menempel singkat di pipinya.“Hati-hati ya, kabarin aku kalau sudah sampai” ucap Rey sambil mengusap puncak kepala Lara“Iya” jawab Lara karena bingung. Bingung harus merespon apa, bingung dengan perasaannya, bingung dengan sikap Rey terhadapnya.“Mas udah lama nunggu?” tanya Lara setelah memasuki mobil, “baru kok, ada kali 5 menit—eh” ucap Beno kaget karena Lara tiba-tiba memeluknya.“ada apa?” tanya Beno sambil balik memeluk istrinya itu.