Sudah 3 hari berturut-turut Lara mengerjakan tugas besarnya, akhirnya pada hari jum’at waktunya Lara untuk mengumpulkan proposalnya. Saat Lara akan mengambil produk dari tugas besarnya itu di lab pengelasan, seorang lelaki berkacamata yang mungkin seumuran dengan Beno datang menghampiri Lara dengan membawa sebuah jilid kertas.
“Saya asdos dari Pa Aris, ini proposal tugas besar kamu dan beliau menyuruh agar tidak perlu membawa bendanya ke ruangannya” jelas pria itu
“Kenapa pak memangnya?” Tanya Lara sambil mengambil proposalnya itu
“Untuk lebih jelasnya baca saja tulisan tangan beliau yang ada disitu” ucap pria itu lalu pergi meninggalkan Lara sendirian di lab Pengelasan.
Lara langsung membaca tulisan pulpen merah yang cukup banyak tertulis pada proposalnya itu. Dapat simpulkan bahwa, tugas besar Lara tidak diterima dan jika masih ingin mendapat nilai, diberi satu hari untuk menuntaskannya, yang mana itu sangat tidak mungkin untuk dilakukan karena sebelumnya saja butuh 3 hari untuk selesai dan belum lagi ada turnamen balap mobil cepat yang mengharuskan Lara untuk ikut merakit mobil. Tetapi, jika Lara tidak menuntaskan tugas itu, maka Lara tidak bisa mengirimkan aplikasi lagi untuk study exchange karena sudah pasti tidak diterima karena ada mata kuliah yang mengulang.
Tubuh Lara ambruk karena merasa usahanya sia-sia dan tidak ada jalan keluar. Yang bisa dilakukan Lara hanyalah menangis sambil terduduk.
“kenapa?” ucap seseorang sambil memegang bahu Lara. Lara pun mendongkak melihat siapa yang bertanya kepadanya.
“Al” ucap Lara, lalu memeluk Al dan menangis, tetapi Al diam saja sampai Lara merasa lebih tenang sehingga bisa untuk bercerita kepadanya.
Menangis sendirian itu memang enak karena kita tidak perlu malu dilihat orang, tidak perlu malu bila sesegukkan. Tapi berbeda rasanya jika ada yang menemani, terasa dilindungi, terasa rengkuh, terasa didengar padahal dia diam saja dan rasanya lega sekali, karena kita tahu bahwa disaat lemah pun kita tidak sendiri.
“gue bantu ya” ucap Al dan Lara balas mengangguk.
Lara sebelumnya menjelaskan terlebih dahulu bagaimana konsep dari tugas berdasarkan proposalnya dan revisi dari Pa Aris. Al bertugas memberi saran sehingga terdapat jalan keluarnya. Sementara Lara mengerjakan ulang proposalnya, Al sudah mulai melakukan pengelasan ulang seperti yang dilakukan Lara kemarin namun, berbeda sedikit. Setelah proposal Lara selesai kerjakan, ia bergantian dengan Al untuk mengerjakan sisa dari pengelasan, sementara Al pergi ke ruang komputer untuk mencetak proposal Lara itu.
Pukul 12 malam lebih, mereka baru selesai mengerjakan tugas Lara itu. Sehingga pagi harinya bisa Lara kumpulkan. Beno berkali kali menelpon Lara namun tidak ia angkat karena, handphone di-silent untuk fokus dengan tugasnya.
“Al, thank you banget, kalau ga ada lo, gue gatau harus gimana. Exchange gue terancam gagal dan harus ngulang matkul” ucap Lara sambil memegang sekaleng soda berwarna cokelat itu untuk menghilangkan dahaganya.
“Kalau ada kesulitan, jangan lo pendem sendiri. Sebisa mungkin gue bantu” ucap Al
“Gue gamau nyusahin orang lain, ga mau bergantung ke orang lain”
“gue bukan oranglain La” ucap Al namun Lara terdiam
“gue anter pulang sekarang ya” ajak Al
Seperti saat diantar pulang oleh Rey, Beno berada di posisi yang sama persis.
“Mas Beno tuh dari tadi nungguin kali, lo ga ngabarin dia?” tanya Al saat Lara mengembalikan helm yang dipakainya
“Gue ga cek hp daritadi”
“Auto disambat gue” ucap Al melihat Beno datang menghampirinya
Beno melihat Al dan Lara dengan tatapan tajam. Lalu Beno memegang tangan Lara.
“Terima kasih ya Al sudah antar Lara pulang” jawab Beno sambil tersenyum, “e—h iya mas, saya pamit pulang” jawab Al lalu pergi dengan sepeda motornya
“Kok saya telpon ga kamu angkat Ra?” tanya Beno sambil menarik Lara masuk, “nanti aja deh saya ceritanya pas di kamar” ucap Lara dan Beno balas mengangguk
Lara pun membersihkan dirinya dengan menggunakan air hangat yang sudah Beno buatkan, karena Beno bilang bahwa tidak baik untuk mandi malam dengan air dingin.
Saat memasuki kamarnya Lara melihat Beno yang sedang terduduk sambil bersandar pada kepala tempat tidur dengan buku novel kesukaan Lara yaitu harry potter and the chamber of secrets.
“saya pinjam bukunya ya” ucap Beno mendapati Lara bergeming di depan pintu kamar lalu tiba-tiba menangis di hadapan Beno
Dengan sigap Beno langsung beranjak dari posisinya kemudian memeluk Lara dan Lara pun balik memeluk Beno dengan tangis yang semakin keras terbenam dalam dada Beno.
“Gapapa Ra, it’s okay, everything will be fine” ucap Beno menenangkan Lara
“a—aku a—ku” ucap Lara terbata bata
“nanti saja ya” titah Beno agar Lara jangan dulu bercerita.
Beno menarik Lara untuk berbaring di kasur kemudian menyelimutinya karena tubuh Lara terasa dingin meskipun sudah mandi dengan air hangat. Sambil tetap sesegukan Lara memeluk Beno sambil berbaring. Tak lama Lara semakin tenang hanya saja masih sesegukan sedikit.
“Better?” Tanya Beno sambil menghapus sisa air mata di pipi Lara, “tadi udah gapapa, tapi pas lihat mas rasanya pengen nangis lagi” ucap Lara dan Beno hanya tersenyum sambil mengusap-usap Lara
Lara menarik napas lalu membuangnya, “tugas besar yang saya kerjakan 3 hari berturut-turut ditolak dan harus dikumpul besok terakhir, kalau ga saya harus ngulang matkul dan rencana exchange saya gagal” jelas Lara, “lalu sekarang bagaimana?” tanya Beno menuntut penjelasan, “sudah selesai tugasnya tadi dibantu Al, jadi besok bisa dikumpul” ucap Lara tersenyum kelu, “syukurlah, saya yakin tugasmu akan diterima kali ini dan rencana mu tidak akan berantakan Ra” ucap Beno sambil mengeratkan pelukannya
“Saya ga buka handphone karena tadi fokus dan saya merasa—”
“Tidak ada yang sia-sia Ra, usaha kamu, tekad kamu itu berharga. Kamu mau belajar dan menerima penolakan itu baik, bangkit dari keterpurukan itu bagus, you are stronger than you think you are” ucap Beno membuat Lara berkaca-kaca lagi
“Jangan nangis lagi atau perlu saya cium biar lebih baik?” tanya Beno, membuat Lara tersentak. Beno menempelkan bibirnya di dahi Lara pelan dan singkat
“Di sini dulu, yang ini nanti kalau kamu izinkan” ucap Beno sambil menyentuh bibir Lara dengan jarinya
“jangan bikin saya malu” ucap Lara sambil menyembunyikan wajahnya di dada Beno
“Besok kita ke suatu tempat ya” ucap Beno
“mas kan besok kerja” ucap Lara, “besok saya libur istriku” ucap Beno sambil mencolek hidung Lara
“Mau kemana?” tanya Lara, “nanti juga kamu tahu” ucap Beno lalu mengeratkan pelukannya dan kemudian lama kelamaan mereka pun tertidur
Pagi harinya Beno terbangun lebih dahulu dibanding Lara yang terlentang di sampingnya. Bukannya membangunkan Lara, Beno malah menatap wajah Lara dan merapihkan rambut yang menghalangi Beno untuk melihat wajah istrinya itu. Tak lama Lara membuka matanya dengan sipit lalu tersenyum.
“Rey, kok disini?” tanya Lara sambil mengusap pelan pipi Beno lalu mengambil tangan Beno dan kemudian memeluknya
“Ra… kamu harus kumpulkan tugas mu loh, meskipun sekarang kamu tidak ada mata kuliah” ucap Beno, lalu seketika Lara terbangun dan terduduk sebentar
“oke, mas Rey—engga maksudnya—mas Beno, aku—saya mandi duluan” ucap Lara setengah bangun
“saya tunggu disini ya” ucap Beno sambil memarkirkan mobilnya dipinggir jalan dekat dengan kampus Lara
“Doain ya” ucap Lara lalu keluar dari mobil dan menuju ruang Pak Aris
Tokk—tokk—tokk
“masuk” terdengar suara yang dalam dan sedikit serak
“Maaf mengganggu waktunya pak, saya Lara—” ucap Lara terpotong, “ya silahkan duduk, mana proposalmu?” tanya seorang paruh baya dengan name tag Aris di dada kirinya
“hem…bagus” guman pak Aris sontak membuat kepala Lara yang semula menunduk itu kembali mendongkak, “Lara, sebenarnya proposal kamu kemarin itu bagus, produk kamu bagus, hanya saja cara kamu menyampaikan itu kurang jelas sehingga saya meminta kamu untuk merevisi dan membuat ulang. Karena saya akan kirimkan tugas kamu untuk lomba nasional dan batas pendaftarannya terakhir hari ini. Itulah mengapa saya menyuruh kamu untuk menyelesaikan segera padahal deadline masih seminggu lagi” jelas pak Aris, “lomba pak?” tanya Lara masih tidak percaya, “ya, nanti produk nya saya ambil untuk dikirimkan, disimpan dimana?”
“Di Lab pengelasan pak, di lemari sebelah kiri pintu toilet” jelas Lara, “baiklah, nanti saya ambil. Terima kasih atas kerja keras kamu”
“Baik pak, terima kasih banyak pak, saya izin undur diri” ucap Lara lalu keluar dari ruangan pak Aris dengan senyum yang tergambar di wajahnya
Tikk—tikk—tikk
Beno melihat jam tangan yang ia pakai, cukup lama juga Lara pergi padahal hanya untuk mengumpulkan tugasnya saja.
Beno menoleh ke arah jendela di samping kanan nya dan terkejut karena Lara menempelkan wajahnya yang tersenyum
“Hihihihihi” tawa Lara lalu mengetuk jendela mobil Beno itu dengan telunjuknya
“proposal saya dikirim lomba!” ucap Lara senang setelah Beno menurunkan kaca mobil
“Bicaranya di dalam, mau hujan ini” titah Beno karena hujan mulai turun
Beno bantu mengelap tubuh Lara yang hanya basah sedikit itu dengan sarung tangannya. Lara pun dengan antusias menceritakan kejadian tadi walaupun Beno tidak menyuruhnya dan Beno menyimaknya dengan baik sambil tersenyum.
“Mau dipeluk ga?” tanya Beno, “mau!” jawab Lara senang
“sekarang kita berangkat?” tanya Lara dalam pelukan Beno, “Leggo!” ucap Beno
Perjalanan yang ditempuh cukup jauh sehingga Lara tertidur di dalam mobil. Mereka menyusuri jalanan yang di sisi kanan dan kirinya terdapat perkebunan teh dan juga kabut yang lumayan tebal karena hujan yang baru saja berhenti. Matahari mulai bergerak untuk tenggelam dan udara semakin terasa dingin. Beno memarkirkan mobilnya lalu keluar dan meninggalkan Lara yang masih tertidur. Terasa getaran saat Beno menutup pintu mobil membuat Lara terbangun dan terdiam sebentar untuk mengumpulkan kesadarannya kemudian keluar mobil karena melihat Beno tengah berdiri tak jauh di depan mobil. “mas, kita dimana?” tanya Lara sambil mendatangi Beno, “saya gatau tepatnya dimana, saya ga pernah mau cari tahu, yang pasti tempat ini dari dulu jadi tempat saya melarikan diri Ra” jelas Beno “dari apa?” tanya Lara “apapun” jawab Beno “terus kenapa ajak saya kesini?” tanya Lara, “karena.. kamu satu-satunya orang yang ingin saya bawa pergi—melarikan diri maksudnya, saya paham be
PlakkkBeno ditampar keras oleh kakek di depan ruang ICU yang di dalamnya terdapat Lara yang sedang ditangani oleh dokter.“Ga becus! Salah saya nikahkan kamu dengan cucu saya!” Ucap kakek lalu terduduk di salah satu kursi di depan ruangan itu dan Beno hanya mampu tertunduk karena memang ia merasa tidak benar menjaga LaraTak jauh di sana terdapat Al yang menyembunyikan diri di balik tembok tak sengaja mendengar ucapan kakek tadi.Cukup lama Lara berada di dalam ICU, membuat Beno, kakek dan Al semakin khawatir dengan keadaannya. Dokter pun keluar dari ruangan itu dengan pakaian yang dominan hijau itu.“Bagaimana dok?” tanya kakek sambil berdiri begitu pula Beno dan Al menunjukkan dirinya“Tidak ada luka yang serius, hanya saja patah tulang hidung, sayatan pada dahi dan beberapa memar pada kaki” ucap dokter dan mereka bertiga pun serentak membuang napas lega“kalau begitu, saya pindahkan ke ruang perawatan&r
Beno membuka pintu rumah dan tampak Lara juga Al yang melangkah memasuki rumah Lara dan Beno itu.“Saya buatkan minum dulu ya” ucap Beno lalu pergi ke arah dapur membuatkan minum untuk Lara yang baru kembali dan Al yang baru pertama kali datang.“Kamar kalian dimana?” Tanya Al pelan“Itu kamar gue—” tunjuk Lara ke pintu yang dekat dengan ruang tamu, “itu kamar mas Beno” tunjuk Lara ke pintu dekat dapur yang terlihat dari arah ruang tamu“Ga sekamar?” Tanya Al, “enggalah” jawab Lara tegas“Loh bentar, kalau ga sekamar berarti ga pernah—” ucap Al terpotong, “enggalah!” ucap Lara emosi, “terus kalian udah ngapain aja?” tanya Al penasaran“ya… pegangan tangan, dicium—” ucap Lara terpotong, “bibir?!” tanya Al semangat, “dahi doang” jawab Lara lalu Al membuang napas dan menurunkan bahunya
Keesokkan harinya Lara tidak keluar kamarnya untuk pergi ke kampus. Beno pun yang akan pergi ke kantornya itu tidak yakin dapat meninggalkan Lara saat keadaannya seperti ini yang bahkan ia tidak tahu karena apa. “Halo, selamat siang” ucap Beno “Selamat siang dengan Bank Cahaya Ilahi, ada yang bisa kami bantu?” “Saya Rendhika Beno, izin untuk tidak datang ke kantor hari ini dikarenakan ada keperluan mendesak dengan istri saya sehingga tidak bisa ditinggal” “Baik pak, akan saya informasikan kepada hrd” “Baik. Terima kasih—tut!” Setelah selesai menelpon pihak kantornya untuk tidak hadir, Beno langsung melepas jas berwarna hitam dan melonggarkan kembali dasinya kemudian menyimpannya di bahu kursi di ruang tamu. Tokk—tokk—tokk “Lara” ucap Beno dan tidak ada jawaban Ceklek “Lara..” panggil Beno kepada Lara yang terduduk di kursi belajarnya,
Sidang diadakan dengan dihadiri oleh ketua jurusan, ketua himpunan jurusan, orangtua atau wali masing-masing pihak, perwakilan dari pusat pengaduan, Arya, Beno, Al, Rey dan terakhir Lara yang penampilannya terlihat berantakan—wajah yang pucat, pandangan mata yang kosong dan tubuh yang gemetar karena menjadi pusat dari semua orang di ruangan ini.“Kepada korban silahkan untuk menyampaikan kronologi kejadiannya” ucap seseorang yang berasal dari pusat pengaduan mahasiswa“Saya...dipang..gil untuk... keru..agan” ucap Lara patah patah“Dimohon untuk berbicara dengan jelas” ucap orang itu tegas“maaf menyela—“ ucap Beno lalu orang dari pusat itu mempersilahkan Beno untuk berbicara“—saat ini Lara sedang terguncang dan saya rasa itu terlalu sulit untuk menceritakan kronologinya, saya mohon untuk pihak lain mengerti dengan keadaannya” jelas Beno“baik, apakah dari pihak korban dapat menjelaskan kronologi kejadiannya? Selain dari korban”Rey mengacungkan tangannya
“Mas Beno itu siapanya Lala sih Al?” Tanya Igoy“Mas Beno?” Tanya Al lagi menyakinkan dan Igoy balas mengangguk, “ya kakak” jawab Al“Bukan kakak kandung kan?” Tanya Igoy lagi, “kenapa lo mikir gitu?” Tanya Al sambil menengok ke arah Igoy yang fokus dengen laptopnyaIgoy terdiam sambil menatap ke arah langit-langit ruangan himpunan “Ya.. gue rasa.. sayangnya dia ke Lala beda” Al pun ikut menatap ke arah yang sama, “iya sih, gue juga ngerasa gitu” ucap Al, “jadi gimana?” Tanya Igoy lagi, “gimana apanya?” Tanya Al heran“ada peluang buat gue dapetin Lala?” tanya Igoy, “nol besar, Goy” jawab Al dan terdengar hembusan napas Igoy kasar, “ya mencintai ga harus memiliki kan?” jawab Igoy pasrah dengen keadaanCeklek!Pintu ruangan himpunan dibuka kasar oleh Akew.“rusuh!” ketus Al kepada Akew yang ngos-ngosan“Gue.. dapet.. info” ucap Akew patah patah sambil menyodorkan sebuah flashdisk kepada Al“sini!” ucap Igoy sambil merebut flashdisk dari tangan Akew yang tid
“La, ini sidang terakhir, semoga kita bisa menang. Terus lo bisa balik lagi ke kampus kaya biasa, gue kangen banget makan soto bareng lo di pujas” ucap Al saat mereka berjalan menuju ruangan sidang yang sudah tidak asing Lara hanya bisa tersenyum tipis dan tidak berani berharap bahwa kemenangan berada di tangannya karena semua jalan nihil dan buntu untuk membuat Lara keluar dari masalah ini. “La la la, senyum dong kangen nih” ucap Igoy, “sempet sempetnya anjir” ketus Al, “La sini duduk bareng gue aja” ajak Akew lalu Lara menurut. Tak lama setelah Lara duduk, pihak Arya datang dengan wajah yang berseri. Sidang terakhirpun dimulai. Pihak Arya semakin gencar memojokan Lara bahwa Lara yang mendatangi Arya atas dasar kemauan sendiri agar nilai mata kuliahnya aman. “saksinya jadi dateng ga kew?” tanya Al, “jadi jadi, dia bilangnya jadi” ucap Akew panik, “tapi ini udah mau beres belum muncul juga” ucap Al Ceklek Pintu
Setelah dari kediaman Iki, Beno memutuskan untuk kembali ke rumah saja karena ia merasakan badannya sangat lelah dan juga kepalanya terasa memutar. Ia mengendarai mobilnya dengan perlahan karena pusing yang ia rasakan semakin hebat dan tak jarang ia hampir menabrak orang di depannya. Namun untungnya ia selamat sampai rumah.Beno membuka pintu rumah yang dikunci, itu berarti dua kemungkinan yaitu Lara di rumah atau Lara pergi keluar. Ia menghembuskan napas lega, karena mendapati Lara tetap pada posisi terakhir ketika ia tinggalkan. Dengan berjalan sambil terhuyung huyung ia menghampiri Lara yang masih terlelap.Mengusap pelan kepala Lara serta merapihkan rambut yang menutupi wajah Lara agar ia jelas melihat wajah istrinya itu. Merasa terusik, Lara pun membuka matanya pelan lalu terbangun cepat dan berlari menjauhi Beno.“Ra, kenapa?” ucap Beno masih dengan posisinya melihat Lara menjauh“Diem disitu” ucap Lara sedikit
“Lo udah berapa hari ga pulang?” tanya seseorang kepada wanita yang sedang fokus dengan laptop di depannya“Tiap hari juga pulang” jawab wanita itu tanpa menoleh“Ke rumah yang ada masben nya?” tanya lelaki itu dan tidak ada jawaban“Sebulan ada kali Ra. Lo gabisa lari terus dari masalah”“Gue ga lari”“Lo ngehindar Ra, udah coba denger penjelasan masben? Engga kan?”“Apa yang perlu gue denger? Semua udah jelas. Lo kalo mau bahas ini mending pergi aja, gue mau fokus ngerjain skripsi” ketus Lara“Gue ga habis pikir ada orang sekeras kepala kaya lo, kasih masben kesempatan. Ga inget berapa kali lo kasih kesempatan itu ke Rey, setelah dia berkali kali nyakitin lo, tapi sekarang? Lo ga kasih satu pun buat masben, padahal ini kesalahan pertama dia. Gue harap lo cepet sadar deh Ra” ucap Al sambil mengacak puncak kepala Lara lalu pergi meninggalkannyaTing-nungNak.. bisa bertemu bapak hari ini? Sebentar sajaPesan dari bapak-Ayahnya
Mereka pun sampai di rumah setelah datang ke pernikahan Tina“ah! Pegel banget pake heels” ucap Lara langsung merebahkan diri di sofa ruang tamu“padahal pake sneakers aja kaya biasa Ra..” ucap Beno menimpali“ga matching sama dress nya dong mas.. mending pake safety shoes ah dibanding heels” gumam LaraLalu Beno datang dengan membawa sebuah mangkuk dan sebuah baskom“nih” ucap Beno sambil menyodorkan mangkuk, “ih.. eskrimku udah jadi” ucap Lara senang lalu melahap eskrim itu dengan semangat“eh mas ngapain?” tanya Lara saat Beno menarik kakinya untuk dimasukkan kedalam baskom yang berisi air hangat itu“katanya pegel..” ucap Beno sambil memijat pelan kaki Lara“sweet banget sih suaminya aku” ucap Lara sambil mengusap pipi Beno pelan kemudian menyuapi Beno dengan eskrim juga“mas..” panggil Lara saat Beno mengeringkan kaki Lara yang
Dua tahun pun berlalu. Kini Lara tengah menyusun tugas akhir untuk mendapat gelar sebagai sarjana terapan teknik dan Beno masih tetap dengan pekerjaannya.Drrrt“Ya.. halo..” jawab Lara dengan berbisik“Saya sudah di depan” suara Beno terdengar jelas“Oke aku kesana, tunggu” masih dengan suara berbisiknyaLara pun membereskan barang-barangnya kemudian ia masukkan kedalam totebag yang lumayan memuat banyak barang itu.CupCium Lara di pipi Beno setelah ia masuk kedalam mobil sebagai ucapan salamnya.“Kenapa tadi jawabnya bisik-bisik?” tanya Beno sambil membersihkan krim yang berada di sudut bibir Lara yang langsung melahap macaron yang dibeli Beno itu.“lagi di perpus” jawab Lara singkat dengan mulut yang penuh itu“sendirian?” Lara mengangguk, “yang lain masih pada magang sama pada di lab juga”“Kamu wisuda kapan?”“sekitar 4 bulan lagi? Kalo tepat waktu”“Pasti... ehm kita masak di rumah aja atau mau delivery?”
Matahari pun mulai muncul, walau sinarnya belum sampai kedalam kamar Beno dan Lara sehingga keduanya masih tertidur lelap saling memeluk karena hawa dingin dini hari yang memasuki dari celah jendela yang terbuka. Sementara itu, Al dan Rey sedang berada di dapur, mereka memilih untuk sarapan terlebih dahulu kemudian mandi. Karena mereka tidak tahan untuk mandi dengan air dingin pada dini hari, padahal disediakan water heater namun mereka terlalu malas untuk menggunakannya. Bukan, hanya Al yang malas dan Rey hanya mengikutinya. “Mereka belum keluar kamar?” tanya Al sambil melihat kearah sekitar untuk mencari keberadaan Beno dan Lara “Belum” jawab Rey singkat “Perlu gue bangunin ga sih? Takutnya mereka kebamblasan gitu” ucap Al “Gausah Al entar ganggu lagi, mungkin mereka masih mau di kamar” ucap Rey sambil mengoleskan selai nanas di roti gandumnya itu “Maksud lo?” tanya Al lalu mengambil roti yang sudah diberi selai itu
Mereka berjalan kembali menuju rumah penginapan yang ditempati. Sambil berpegangan tangan erat seakan enggan melepas. Langit sudah mulai gelap, Rey dan Al pasti sedang menyiapkan makan malam, mengingat mereka mengabari bahwa sedang mencari bahan makanan untuk barbeque yang telah mereka rencanakan. “La! Darimana aja?” panggil Rey dengan tangan yang membawa tampan berisi sayuran yang akan dibuat menjadi salad, kemudian ia menghampiri Lara yang datang dengan Beno, sontak Lara melepas genggaman tangan Beno kasar karena Rey berjalan mendekatinya lalu mengusap pipinya pelan sambil menatap lembut ke arahnya. “Aku ketok kamar kamu tapi ga ada jawaban, khawatir tau aku kira kamu sakit” ucap Rey sambil merapihkan anak rambut yang menghalanginya melihat wajah Lara “Ah-gapapa kok Rey, tadi aku abis jalan-jalan sama mas Beno. Abisnya di kamar terus bosen” ucap Lara sambil sedikit memundurkan tubuhnya dan menatap Beno yang sedang membantu Al menyalakan bara api untuk memba
Mungkin hadirnya Beno merupakan jawaban dari pertanyaan yang Lara tujukan kepada Rey. Kehadiran yang tiba-tiba, mendadak namun penuh kepastian. Meskipun berawal dari perjodohan, kita tidak tahu apa yang membuat Beno yakin untuk menjalani kehidupan pernikahan dengan Lara yang tidak ia kenal sebelumnya. Hadirnya Lara membuat Beno menyadari bahwa kehilangan akan membuat kita merasa berarti, walaupun itu terasa sakit namun rasa itu baik untuk dirasakan. Meskipun ada beberapa hal yang tak lagi sama, tetap harus berjalan dengan semestinya dengan atau tanpa mereka-yang meninggalkan. Kehilangan menghadirkan kekuatan untuk terus bertahan hidup bersama dengan yang tersisa, lebih menghargai yang ada dan menerima untuk hidup bersamanya. “pelan-pelan makannya” ucap Beno sambil mengelap mulut Lara yang berantakan karena cipratan kuah ramen pedas itu Kenyamanan dirasa ketika kita sudah tidak malu lagi untuk makan di depannya, malu jika berantakan, malu jika belepotan, malu jika ada
“La gue mau tanya dong” ucap Al kepada Lara yang masih berkutat dengan laptopnya padahal mereka berada di tempat untuk mengenyangkan perut“biasanya juga langsung nanya, ada apa bestie” jawab Lara tanpa menoleh kea rah Al“lo masih hubungan sama Rey?” tanya Al yang membuat Lara mengerutkan dahi karena itu pertanyaan di luar ekspetasi Lara, “lah biasanya nanya gimana kader? Gimana perkembangan race mobil? Tugas perancangan udah? Gue udah solat belum yak? Tumben banget lo kepo sama hubungan gue, ini Al atau Akew?” sarkas Lara“lah napa dah si Akew?” kepo Al, “kapan hari gitu ya dia nanya hal yang mirip, tapi langsung pas ada Rey-nya juga sih” jawab Lara, “terus?” ucap Al menuntut penjelasan, “terus apaan?” ketus Lara, “ya terus si Rey jawab apa?” tanya Al“ya intinya dia bilang mau nunggu siap dan ya udah nyaman kaya gini” jawab Lara sekenanya, “kaya gini gimana?” tanya Al lagi, “tanpa status tapi bisa memiliki”“ya digantung kan itu, tanpa kepastian” ucap Al menyimpulkan, “mau sampai k
Waktu menunjukkan pukul 2 pagi saat Beno terbangun karena memimpikan Ibunya yang telah meninggalkannya itu. Ia berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air seraya menenangkan dirinya dari duka yang masih terasa itu. PLAK Sebuah panci untuk memasak mie mendarat tepat di lengan kanan Beno dengan cukup keras saat Beno membuka lemari es untuk mengambil air yang dingin dan suara panci bertabrakan dengan lengan itu terdengar suara yang cukup bulat. “mas! Aku kira maling” ucap Lara sambil menurunkan pancinya dari lengan Beno itu. “sakit ga? Pasti sakit kan? Suaranya kenceng soalnya” ucap Lara sambil memeriksa lengan Beno yang terlihat merah dibawah lampu remang dari lemari es yang dibuka “mas? Maaf sakit banget ya” ucap Lara melihat Beno meneteskan air mata sebutir, tanpa menjawab Beno langsung memeluk Lara dengan erat dan terisak dibahu Lara. Tanpa berkata Lara menenangkan Beno dengan menepuk-nepuk punggungnya pelan “ad
“Nonton yu La” ajak Rey setelah mereka selesai makan siang, “aku harus cepet pulang Rey, udah dijemput juga” tolak Lara“Mas Beno?” Tanya Rey memastikan siapa yang menjemput Lara dan Lara jawab mengangguk“Aku duluan ya Rey” ucap Lara sambil berdiri, “bentar Ra” ucap Rey sambil ikut berdiri menyamakan posisinyaCupLara seketika terkejut karena bibir Rey menempel singkat di pipinya.“Hati-hati ya, kabarin aku kalau sudah sampai” ucap Rey sambil mengusap puncak kepala Lara“Iya” jawab Lara karena bingung. Bingung harus merespon apa, bingung dengan perasaannya, bingung dengan sikap Rey terhadapnya.“Mas udah lama nunggu?” tanya Lara setelah memasuki mobil, “baru kok, ada kali 5 menit—eh” ucap Beno kaget karena Lara tiba-tiba memeluknya.“ada apa?” tanya Beno sambil balik memeluk istrinya itu.