Fely terus berjalan tak tentu arah.Hingga langkahnya berhenti di pemberhentian bus.Fely duduk di kursi halte dengan perasaan bercampur aduk.Tanpa sadar air matanya mulai menetes tanpa bisa di cegah.
"Gue bingung sama perasaan gue sendiri"kata fely menatap ke bawah dengan seduh.
"Gue bingung sama kemauan gue sendiri"kata fely dengan air mata yang terus mengalir.
"Seharusnya hati gue gak sesakit ini,seharusnya gue biasa aja tapi kenapa hati ini sakit banget"gumang fely sambil memegang dadanya dengan erat.
Fely menatap ke arah depan dengan pandangan kosong.
"Lu kenapa di sini?"kata seseorang mengagetkan fely dari lamunannya.
Fely yang mendengar suara seseorang sesegera mungkin dia mengusap air matanya yang masih mengalir.
"Lu siapa?"tanya fely dengan heran.
"Gue bima yang pernah nganterin lu beberapa minggu lalu"kata bima sambil duduk di samping fely.
"Nganterin gue?"kata fely dengan nada tak yakin.
"Hm"kata bima den
Sepeninggalan bima fely sibuk guling-guling di atas kasur dengan perasaan malas."Gue pengen nyemil"kata fely sambil duduk di atas tempat tidur."Kalau minta gak enak"kata fely lagi sambil bangkit dari duduknya."Bodolah"kata fely dan kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur.Beberapa saat kemudian ada seseorang masuk ke dalam kamar yang di tepati fely tanpa izin."Fel"panggil orang tadi sambil menatap fely tanpa ekpresi."Loh?"kata fely dengan rasa sedikit terkejut."Lu benet cabut dari rumah"kata arka dengan wajah khawatir."Hm"balas fely dan mengubah posisi tidurnya menjadi duduk."Kenapa lu cabut dari rumah?"tanya arka sambil berjalan ke arah fely."Mau aja"kata fely dengan tenang."Itu bukan alasan yang bagus"kata arka dengan wajah malas dan duduk di samping fely."Terus lu mau gimana?"kata fely sambil menatap arka tak minat."Ck,percuma debat sama elu gak bakal selesai"kata arka dengan
Sudah hampir satu minggu fely tinggal di markas arjun.Dia juga sudah mendapatkan pekerjaan untuk menjalani kehidupannya.Awalnya arka tidak memberi izin saat fely ingin mencari kerja.Tapi karena kekeras kepalaan fely membuat arka mau tak mau harus mengalah."Fel"panggil salah satu anggota arjun yang biasa menjaga markas."Kenapa?"tanya fely dari arah ruang makan."Lu gak kerja hari ini?"tanya dendra dengan heran."Enggak lagi libur"kata fely sekenannya."Oh,ya udah kalau gitu"kata nya dan mulai duduk di samping fely."Yang lain kemana?"tanya dendra kepada fely."Pada keluar cari makan"kata fely dengan tenang."Oh"kata dendra dn mulai menyibukkan diri dengan ponsel miliknya.Di lain tempat.Di dalam ruangan yang minim akan cahaya.Terlihat dua orang manusia sedang berbincang-bincang."Saya ingin kamu melakukan sesuatu untuk ku"kata seorang pria paruh baya dengan nada datar."Apa lagi yang kau ingi
"Bagaimana? Apa kau setuju?"tanya pria tadi dengan senyum devil. "Aku tak mau masuk penjara!"kata natasya setelah memikirkannya dengan matang. "Kalau begitu keluargamu yang akan menerima akibatnya"kata pria tadi dengan datar. "Apa maksudmu br****ek!"kata natasya dengan emosi meluap. "Kau tak mau maka keluargamu yang menerima akibatnya"kata pria tadi dengan tenang. "Kau benar-benar licik!"kata natasya dengan emosi tertahan. "Ya aku memang licik dan kelicikkan ku belajar dari dunia ini"kata pria tadi dengan senyum devil. "Tenang saja kau tak akan masuk penjara.Cukup bawa dia ke lokasi yang ku beritahu dan selanjutnya uruanku"kata pria tadi dengan senyum mengembang. "Bagaimana? Setuju atau tidak?"kata pria tadi dengan senyum liciknya. "Apakah kau memberikan ku pilihan lain?!"kata natasya dengan emosi tertahan. "Bagus anak pintar"kata pria tadi sambil mengelus kepala natasya dengan pelan. "Jangan sen
Bara menjalankan motornya tak tentu arah.Karena dia tak memiliki petunjuk sama sekali.Sedangkan satria tak mau memberi tahunya dimana fely tinggal sekarang. Bara terus menjalankan mototnya hingga sampai di taman yang lumayan sepi.Bara menepikan motornya dan berjalan memasuki area taman. "Dek lu di mana?"gumang bara sambil berjalan menuju bangku taman. Huff. Hembusan nafas dari bara karen lelah.Sebab semenjak fely pergi dari rumah dia selalu berusaha mencari keberadaan fely hingga lupa makan dan tidur. Bara menatap ke depan dengan kosong.Hingga ada seseorang menepuk bahunya. "Bara"panggil orang itu dengan pelan. Bara menatap orang tadi dengan heran. "Kenapa?"kata bara dengan datar. "Boleh duduk?"tanya natasya dengan senyum manisnya. "Hm"jawab bara dengan malas. Setelah mendengar jawaban dari bara natasya mulai duduk di samping bara dengan perlahan. Di antara mereka tak ada yang memulai pem
Bara melajukan motornya menuju ke toko buku yang dimaksud natasya tadi.Di pertengahan jalan tiba-tiba ada segerombol orang yang menghalangi jalan mereka.Dengan tiba-tiba bara menghentikan laju motornya.'Siapa mereka?'batin bara dengan bingung.Segerombolan orang tadi mulai berjalan ke arah bara dengan kepala tertutupi helm.Bara masih berdiam diri di tempat sambil mengawasi sekitar.'Cukup sepi'batin bara dengan melihat sekelilingnya."Tangkap mereka"kata salah satu di antara mereka sambil menunjuk ke arah bara dan natasya.Bara mulai turun dari jok motor dengan sikap siaga."Sembunyi nat"kata bara dengan raut wajah serius."Tap-"kata natasya di potong oleh bara."Cepat sembunyi nat! Dan cari bantuan!"kata bara sedikit membentak.Sebelum berlari natasya menatap wajah bara dengan tatapan bersalah.Perkelahian pun tak bisa terelakkan.Bara melawan lima orang tadi dengan sikap siaga karena perkelahian yang tak
Fely terus melajukan motornya hingga sampai di lokasi yang di kirim orang yang tak dikenal tadi.Dengan perasaan cemas fely berlari ke dalam rumah tua yang ada di depannya.Rumah tua ini sedikit membuat fely takut karena kondisi yang cukup menyeramkan.Dengan mantap fely mulai melangkahkan kakinya memasuki rumah tua tadi dengan waspada.'Bodohnya gue,kenapa gak minta bantuan tadi?'batin fely merutuki kebodohannya.Baru beberapa langkah memasuki rumah tua tadi langkahnya harus terhenti karena sebuah jebakan klasik.Yaitu beling yang bececeran di lantai untungnya fely sadar akan kehadiran beling-beling itu jika tidak beling-beling tadi sudah menancap indah di kakinya.Fely terus berjalan mengendap-endap hingga sampailah dia di lantai dua rumah tua tadi.Lebih tepatnya di ruangan terbuka yang ada di lantai dua itu.Di sana dia melihat sosok bara yang sedang pinsan dengan kondisi tak berdaya."Abang!"kata fely cukup keras tanpa mempe
Dengan gesitnya fely bisa menghindari serangan mereka.Bahkan fely sudah bisa melupuhkan salah satu lawannya.Pria tadi yang melihat itu pun mulai geram sendiri.'Sial! Jika seperti ini terus bisa kacau rencanaku'batin pria tadi sambil menatap ke arah fely dengan geram.Setelah itu dia tersenyum misterius karena mendapatkan ide yang cukup bagus.Pria tadi mulai berjalan ke arah bara dengan senyum misteriusnya.Dengan sekali hentakan dia menodongkan senjata ke arah kepala bara dengan senyum licik."Hei gadis kecil! Menyerahlah atau saudara tersayang mu yang akan mendapatkan hadiah spesial dari ku!"kata pria tadi dengan senyum mengembang."Dasar brengsek!"kata bara dengan sinis.Fely yang melihat itu pun mulai bingung apa yang harus dia lakukan."Serang dia!"kata pria tadi dengan suara cukup keras.Tubuh fely mulai di pukuli dengan keras tapi fely hanya berdiam diri."Fely!"kata bara sambil menatap ke arah fely dengan
"Bertahan fel gue mohon"kata arka sambil menyetir mobil dengan kalang kabut. "Gue mohon jangan tinggalin gue"gumang arka dengan perasaan cemas. Beberapa menit kemudian arka sampai di rumah sakit terdekat. Dengan perasaan cemas arka membawa tubuh fely memasuki tumah sakit. "Dokter! Suster!"teriak arka tak memperdulikan tatapan heran dan bingung dari beberapa pengunjung rumah sakit. "Woy! Ini rumah sakit apa hah?! Ngapain lu semua bengong! Cepet bawa brangka ke sini dan tangani dia!"kata arka dengan nada membentak saat melihat sang resepsionis rumah sakit hanya menatap arka dengan bingung. "Eh? I-iya"kata salah satu resepsionis saat mendengar bentakan dari arka. "Kalau dia kenapa-napa gue hancurin rumah sakit ini!"kata arka dengan nada mengancam. Mereka membawa fely ke ruang IGD.Saat arka akan melangkahkan kakinya memasuki ruang IGD salah satu suster menghentikan langkahnya dan meminta arka untuk menunggu di luar.