Beranda / Romansa / ZORA Pupus Sebelum Mekar / Akhirnya Aku Menemukanmu

Share

Akhirnya Aku Menemukanmu

Penulis: Binar Kekasih
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-24 11:37:27

Bab.16 Akhirnya Aku Menemukanmu

“Nisa?” Ryan tercekat. Tak mungkin dia salah mengenali orang. “Itukah kamu?”

Sesak dirasakan Ryan. Dia mundur, merapat pada dinding. Mencari penopang. Dia limbung dihantam kenyataan. Nisa Salsabilla yang dia temui adalah satu orang yang sama.

“Akhirnya aku menemukanmu.”

Nisa tak kalah terkejut. Sejak keluar dari dalam toilet dia sudah menyadari kehadiran seseorang di belakang. Parfum yang Ryan pakai tak pernah berubah. Bahkan indra penciuman Nisa telah mengabadikan aroma tubuh pria itu.

Lebih-lebih kala Ryan memanggil. Suara itu, bagaimana Nisa bisa lupa jika tiap malam merasuk dalam mimpi?

Saat pria itu menyebut Haura dengan sebutan ‘anak cantik'. Serta alasan yang aneh dan tak masuk akal, lupa jalan keluar. Nisa yakin seratus persen jika pria yang berjalan di belakang adalah Ryan.

Tak berubah! Sang perayu dan pejuang tangguh.

Saat Ryan memanggil namanya. Desir di dalam sana semakin nyata. Nisa menggenggam erat tangan Haura. Hanya itu yang bisa dilaku
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • ZORA Pupus Sebelum Mekar    Mencuri Jodoh Orang Lain

    Bab.17 Mencuri Jodoh Orang Lain “Ryan, tunggu!” teriak Nisa. “Kita masih perlu bicara.”Nisa mematung di tempat tatkala Ryan menoleh. Banyak hal yang dia tanyakan pada mantan suaminya itu. Terutama tentang anak mereka, Zora.Gemetar tubuh Nisa ketika Ryan perlahan mendekat. Gestur pria itu kala berjalan, senyum yang terkembang dari sudut bibir itu, mata yang menyorot tajam. Ah, semuanya masih sama. Sungguh, Nisa ingin memiliki pria itu seutuhnya. Jika masih ada kesempatan yang Ryan berikan.“Maaf,” kata Ryan setelah berdiri di depan Nisa. Dia membawa pergelangan tangannya ke depan wajah. Melihat waktu yang ditunjukkan oleh jarum arloji yang melingkar.“Sebentar saja,” pinta Nisa.“Saya harus kembali ke kantor. Jika yang akan Anda bicarakan adalah masalah bisnis. Maka datanglah ke kantor saya. Anda tahu di mana alamatnya, bukan? Belum berubah, masih di tempat yang sama.”Belum berubah seperti Ryan yang pandai mempermainkan hati seorang wanita. Gemetar di tubuh Nisa kini merasuk ke h

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-24
  • ZORA Pupus Sebelum Mekar    Si Perayu Ulung

    Bab.18 Si Perayu Ulung “Jangan mematahkan hati anakmu, Bu.” Ryan memegang kedua bahu Sari. “Kamu yang sudah mematahkan hati ibu.”“Ibu mau Nisa kembali ke sini?”“Dapatkan dia dengan cara yang baik. Jangan merebutnya dari orang lain. Cukup sekali, Ryan. Cukup satu kali kamu melakukan kesalahan itu.” Sari menepuk lembut pipi Ryan. Besar harapannya untuk menjadikan Nisa sebagai menantu di rumah ini. “Bujuk Zora keluar. Dia belum selesai makan,” ujar Sari sebelum melangkah turun bersama Mbok Narti.Ryan tersenyum semringah. Dirinya Seakan mendapatkan kekuatan super. Impian untuk menyanding Nisa mendapat lampu hijau dari Ibunya. Namun, meluluhkan hati Nisa tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Tak apa! Ryan akan terus mencoba dan mencoba. Biar saja Nisa tidak punya cinta untuknya. Dengan pendekatan yang tak tahu malu, Ryan yakin wanita itu akan takluk pada akhirnya.Tenang saja, Ryan. Ada Zora yang pastinya akan siap membantu.“Ra...Papa mau bicara. Boleh Papa masuk?” Ryan bers

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-24
  • ZORA Pupus Sebelum Mekar    Puncak Tertinggi Mencintai

    Bab.19 Puncak Tertinggi Mencintai “Agung aku mau bicara serius.” Nisa membuka mulut kembali. Kali ini dia harus bisa mengatakan pada Agung.“Jangan membicarakan hal yang tidak ingin aku dengar dari mulut kamu secara langsung.”Tersentak Nisa mendengar ucapan Agung. Ditatapnya lekat pria yang kini menyandarkan punggung di bangku taman. Agung tidak melihat ke arah Nisa, pandangan pria itu lurus ke depan. Entah pada jalanan kota atau pada para pejalan kaki di trotoar. Entah, Nisa tak ingin tahu lebih. Yang dia tahu, Agung seperti menahan rasa sakit yang mendalam.“Apakah kalian melakukan itu atas dasar suka sama suka? Atau salah satu dari kalian ada yang memaksa? Katakan Nisa, katakan saja.” Agung bertanya dengan nada datar. Padahal hatinya bergemuruh.Demi apa, dari mana berita itu sampai ke telinga Agung sebelum Nisa memberi tahu. Nisa merasa udara di taman kota sore itu lebih panas. Tubuhnya mulai berkeringat, padahal angin sepoi bergerak melintas. Rambut panjang Nisa tersibuk karena

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-24
  • ZORA Pupus Sebelum Mekar    Saudara Sepersusan

    Bab.20 Saudara Sepersusuan “Saudara sepersusuan kamu, Reyza namanya. Dan ibu susu kamu namanya Lisa,” ujar Adji dari dalam mobil. “Tanya sama Papa kamu, Ra. Kamu wajib tahu tentang mereka.”Mobil Opa melaju meninggalkan halaman rumah. Sementara Zora masih mencerna kata-kata Opanya. Dia berdiri mematung di garasi. Dari mana silsilah saudara sepersusuan yang dimaksud Opa. Kalau Zulaikha sudah jelas, gadis belia itu anak dari kakaknya Mama. Nah, kalau si Reyza....“Reyza...?” Zora menggaruk tengkuk leher. “Lisa...?”Zora berlari menemui Papa dan Oma di ruang makan. Pertanyaan itu harus segera mendapatkan jawaban. Apa yang disembunyikan oleh orang-orang dewasa di rumah ini dari dirinya? Tentang saudara sepersusuan dia sudah paham. Baru minggu lalu guru agama memberikan materi tentang itu. Saudara sepersusuan artinya anak kandung dari ibu susu. Sejauh yang dia tahu, saudara sepersusuan sama saja dengan saudara kandung. Secara hukum agama artinya mereka adalah mahram. Seseorang yang haram

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-24
  • ZORA Pupus Sebelum Mekar    Rindu yang Menyiksa

    Bab.21 Rindu yang Menyiksa Ryan memindai wajah itu. Lekat dan lama, dia merasa tersihir oleh pesona pemuda itu. Senyuman itu, sorot mata itu, garis rahang itu. Ah, Ryan menggeleng! Jika dia saja dengan mudah terpesona oleh sopan santun pemuda itu bagaimana dengan anak gadisnya?“Oh, kamu yang namanya Rey?” “Iya, Om.”“Zora tiap hari cerita tentang kamu.”“Papa!” Zora melotot pada Papanya.“Apa?” tanya Ryan. “Ya sudah. Turun sana, naik motor bisa nyelip-nyelip. Nunggu selesai macet pasti bakalan lama, Ra.”Tak menyangka hati Papa akan mudah sekali luluh begitu melihat wajah Rey. Zora terheran-heran dengan sikap Papanya. Ini, jangan-jangan Papa berpikir kalau Rey adalah pacarnya.“Tolong jaga Zora ya,” kata Ryan begitu Rey menarik setang gas. Dari dalam mobil dia terus mengawasi hingga kedua muda-mudi itu hilang dari pandangannya. Ah, melihat keduanya Ryan jadi teringat masa yang telah terlewat. Dulu s

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-25
  • ZORA Pupus Sebelum Mekar    Lukisan untuk Nisa (a)

    Bab.22 Lukisan untuk Nisa“Ryan...Ryan. Kamu tidak peka dengan perasan wanita.” Nisa berdiri lalu berjalan ke dekat sofa, mengambil tas yang dia letakkan di atas meja.“Benar. Jika saya waktu itu peka. Saya tidak akan kehilangan istri saya.”“Lisa mencintai kamu.”“Dan saya mencintai kamu.” Ryan bangkit dan bergerak mendekat kepada Nisa. Nisa menunduk. Untuk pertama kalinya dia mendengar kata cinta terucap dari bibir Ryan. Tidak! Itu pasti hanya omong kosong pria di depannya.“Katakan sekali lagi. Saya ingin mendengarnya.” Nisa memberanikan diri menatap mata Ryan. Ryan menelan ludah. Tidak semudah itu mengatakan perasan kepada Nisa. Tadi dia hanya keceplosan. Ryan menggeleng pelan.“Mari saya antar lihat-lihat ke bawah.” Ryan mengalihkan pembicaraan.Nisa tersenyum sinis. Benar dugaannya, itu hanya omong kosong Ryan. “Saya boleh ambil foto Zora?”“Jangan. Nanti Anda menculik dia.”Nisa menginjak kaki Ryan dengan keras. “Ya sudah. Tapi awas kalau Anda menculik anak gadis saya.”“Di

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-27
  • ZORA Pupus Sebelum Mekar    Lukisan untuk Nisa (b)

    Bab.23 Lukisan untuk Nisa (b)“Ada. Sudah dikasih susu tapi enggak mau. Sesekali tidurlah di sini temani Zora.”“Enggak enak sama tetangga.”“Ya nginepnya pas di rumah enggak ada aku sama Bapak. Kamis depan kami ke peternakan. Nginep di sana. Jadi, kamu bisa bebas tidur di sini.”“Akan aku pertimbangkan.” Lisa kecewa mendengar jawaban Ryan. Pria itu hatinya bagai tak tersentuh. Atau mungkin sudah mati rasa? Entah, Lisa pusing memikirkan itu.Ryan mengamati perubahan air muka Lisa. Dia tersenyum lalu menggeleng. Lisa memang menarik, bolehlah dikatakan cantik. Namun hati Ryan tidak sedikitpun tergelitik. Dan lagi Lisa masih punya suami, meski wanita itu tidak pernah memperkenalkan suaminya secara langsung.“Mas Ryan, bisa kita bicara berdua?”“Bicara saja.”“Hmm, bukan di sini.”“Sama saja kita sedang berdua, kan?”Lisa menarik kursi di sebelah Ryan lalu mendudukinya. Dia berpangku tangan sembari tersenyum memperhatikan Ryan. Dilihat dari segala sudut pandang, pria itu tetap menarik per

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-27
  • ZORA Pupus Sebelum Mekar    Bagaimana Kalau Aku Memaksa?

    Bab.24 Bagaimana Kalau Aku Memaksa?“Mas Ryan masih cinta sama Mbak Nisa?”“Tentu. Dia cinta pertama. Dan aku pastikan dia pula yang terakhir. The one and only. Satu-satunya di sini.” Ryan menunjuk dadanya dengan kuas yang dia pegang.Lisa menutup mulut dengan telapak tangan kirinya. Sementara sebelah tangganya menopang pada dinding. Pijakan kakinya limbung.“Kamu kenapa Lis?”“Aku cinta sama kamu, Mas.”Kuas di tangan Ryan jatuh. Dia mengubah posisi duduk menghadap kepada Lisa yang kini menatap dengan nyalang. Sungguh, tak pernah menyangka bahwa wanita muda itu akan berani menyatakan cinta, sedangkan dia masih berstatus sebagai istri orang.“Aku cinta sama kamu. Apa kamu buta dengan semua perhatian yang aku berikan selama ini?”“Lisa?”“Aku kira semua perhatian yang Mas Ryan berikan padaku dan Reyza adalah sebentuk cinta. Ternyata aku salah menduganya. Aku yang terlalu percaya diri.”Ryan mengusap wajah. Dia menghela nafas lalu mengembuskan kasar. Tak kuasa Ryan bersihadap dengan L

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-27

Bab terbaru

  • ZORA Pupus Sebelum Mekar    Bab.43 Akhir Sebuah Awal

    Akhir Sebuah Awal“Beneran motor Damar. Ngapain dia di sini? Katanya lagi di tempat Zora?“ Rey garuk-garuk kepala setelah melihat nomor polisi sepeda motor tersebut. Bodoh amat! Bukan urusan Rey, dia berlari mengejar Om Salman dan Mamanya. Mereka berdiam diri di depan pintu. Rey melongok ke dalam. Untung dia lebih tinggi dari Om Salman dan Mamanya. Namun sayang, dia tidak bisa melihat jelas sepasang mempelai di depan sana. Kedua mempelai berdiri membelakangi tengah sibuk menyalami para tamu undangan.“Kita telat, Om. Acara akad udah kelar.” Sungguh, Rey berharap semoga mereka langsung pulang.“Kita masuk sekarang?” Salman menepuk punggung Sandra. Kemudian menggamit lengan adiknya itu.Sandra mengangguk saja. Tak bisa membohongi hati, bila dia benar cemburu. Sandra pernah berpikir setelah kepergian Nisa dari hidup Ryan, wanita yang menjadi ibu kandung anak susunya itu tidak akan pernah muncul lagi. Namun kadang kenyataan tak sesuai dengan harapan. “Assalamualaikum,” sapa Salman mem

  • ZORA Pupus Sebelum Mekar    Bab.42 Pernikahan Kedua

    Pernikahan Kedua“Yan, gimana perasaan kamu ketemu Lisa?”Seketika rasa legit itu menjelma jadi pahit. Ryan tercekat dengan pertanyaan Nisa. Untuk menjabarkan tentang perasaannya tidak akan mudah. Ada senang ada juga kecewa.Senang karena Ryan tak perlu jauh-jauh mencari keberadaan ibu susu Zora. Kecewa karena ternyata selama belasan tahun telah dibohongi oleh wanita bernama asli Sandra A. Hutama.“Entah.”“Harusnya dari dulu aku bilang sama kamu. Tapi setiap ingat kelakuan kalian... aku sedih, Yan. Kamu hampir tergoda.”Ryan mengaku salah. Dia pria normal yang butuh penyaluran hasrat. Ketika ada seorang wanita yang dengan sukarela menawarkan tubuhnya, dia pun tergoda. Beruntung waktu itu dia bisa menguasai diri. Dan lebih mujur karena saat itu Raya datang di waktu yang tepat.“Maafkan aku, Nis.”“Kamu enggak mau minta maaf karena menceraikan aku?”“Aku minta maaf untuk semua kesalahan yang pernah kulakukan. Aku minta maaf atas semua sakit hati dan kesulitan yang kamu rasakan. Aku mi

  • ZORA Pupus Sebelum Mekar    Bab.41 Cinta Pertama Rey

    Cinta Pertama Rey“Eza, boleh kita ikut belajar bareng lu?” tanya Zora pada sang juara kelas. Mimpi apa Eza tadi malam, pagi-pagi sudah mendapati Zora dan Lani di depan pintu. Dia saja baru sampai, belum duduk belum ambil nafas. Ambil nafas sih jelas sudah, ada-asa saja Eza!“Boleh, ayo!” Eza sengaja menarik tangan Lani. Mau menarik tangan Zora, dia belum berani. Zora masih sedingin bongkahan gunung es. Sulit untuk menaklukkan hati Zora. Setidaknya begitulah pendapat Eza. “Bukan sekarang.” Zora masih berdiri di depan pintu. Baik Eza maupun Lani menoleh ke belakang. Lani bahkan sudah geregetan menghadapi tingkah Zora. “Kapan?” tanya Eza. “Maksudnya, kapan saja terserah kamu,” ralat pemuda itu cepat. Zora tersenyum canggung. Tujuan utama belajar bersama Eza bukanlah untuk memperbaiki nilai ulangan. Ada satu misi khusus yakni menyelidiki tentang kehidupan pribadi pemuda itu dan Mamanya yang bernama Elisa.Meski kemungkinannya sangat kecil, tapi Zora sangat berharap bahwa Eza adala

  • ZORA Pupus Sebelum Mekar    Bab.40 Menuang Rindu

    Menuang Rindu“Sandra Aurelisa Hutama. Apa kabar kamu, sudah lama kita tidak berjumpa?”“Lisa?” tanya Ryan tak kalah kaget. “Kamu benar Lisa?”“Lisa?” Salman lebih kaget. Kejutan yang diberikan Nisa berkali lipat dari dugaannya. “Kalian mengenal adik saya?”Sandra menggigit bibir. Tak menyangka bahwa dia akan bertemu lagi dengan Nisa dan Ryan. Orang-orang yang ingin dia hindari justru datang tepat di hadapannya. Kebohongan yang dia rangkai dengan mulus untuk menutupi jati diri, bisa terkuak saat ini juga. Dia tidak mau terlihat buruk di mata Ryan.“Lisa, dia ini....” Penjelasan Ryan belum selesai.“Mitra bisnis Ryan,” potong Nisa cepat. “Sama seperti kita, Kak.”“Ya ampun, rupanya berkenalan dengan Anda membuka jalan untuk bertemu kembali dengan adik saya yang hilang.” Salman menjabat erat tangan Ryan. “Terima kasih....”Bila itu keinginan Nisa, maka Ryan akan ikuti permainan calon istrinya. Salman tidak boleh tahu bila adiknya ternyata seorang penipu. Paling tidak, begitulah yang ada

  • ZORA Pupus Sebelum Mekar    Bab.39 Sandra A. Hutama

    Sandra A. HutamaJakarta, Maret 2022Lani bolak balik dari dalam kelas ke depan pintu. Di tangannya ada selembar kertas bertuliskan beberapa nama. Dia sudah mendapat beberapa kandidat saudara sepersusuan Zora.“Ada apa?” tanya Eza masih dari tempat duduknya di barisan bangku paling belakang.Lani hanya melebarkan kedua bibirnya membentuk senyum. Dia tidak ingin Eza tahu tentang misinya kali ini. Lani sedang main detektif-detektifan bersama Zora. “Enggak ada,” jawab Lani singkat. Dia berbalik lagi ke depan pintu.Melihat sekali lagi kertas di tangannya. Pada nomor tiga terdapat nama Eza. Jadi, tidak mungkin Lani akan membocorkan misi ini pada pemuda bertubuh tinggi itu.Tak jauh dari tempatnya berdiri, dua sosok pemuda yang sangat dia kenal berjalan bersisian. Kedua bersahabat itu memang terkenal solid. Di mana dan ke mana saja selalu bersama. Bukan bak pinang dibelah dua, wajah keduanya tidaklah mirip. “Ayang gue udah dateng?” tanya Damar saat melintas di depan Lani.Tak bersuara, L

  • ZORA Pupus Sebelum Mekar    Bab.38 Hikmah dari Kepergian Nisa

    Hikmah dari Kepergian Nisa“Kamu yang khilaf. Kalau saya melakukannya dengan sadar.” Nisa sengaja memancing. Nah loh, rasakan itu Ryan.“Kenapa mau melakukan itu bersama saya?”“Terlambat sekali kamu baru menanyakan ini?”“Lebih baik terlambat daripada penasaran seumur hidup.”“Sudahlah, Yan. Aku mau pulang. Capek, ingin istirahat. Ingin tidur.” Nisa bergeser ke kiri, Ryan mengikuti. Nisa bergeser ke kanan, Ryan juga mengikuti. Begitu terus sampai lima kali.“Tolong minggir, aku mau lewat.”“Jawab dulu.”“Minggir.”“Jawab dulu. Kenapa tidak menghindar saat saya memulainya?”“Perlu dijawab, Yan?”“Harus.”“Seharusnya kamu bisa membaca jawabannya dari tatapan mata saya.”Tidak ada tulisan di mata indah itu. Lalu bagaimana Ryan bisa membaca tatapan mata Nisa. Seharusnya bisa. Jika menilik ke belakang, pada tahun-tahun yang telah berlalu. Ryan tidak pernah melihat Nisa menatap pria manapun dengan mata berbinar seperti tatapan wanita itu kepadanya.Ryan mendapat jawabannya. Dia tersenyu

  • ZORA Pupus Sebelum Mekar    Bab.37 Rumah Rehabilitasi Jiwa

    Rumah Rehabilitasi Jiwa“Tapi bolehkah Kakak buat perhitungan dengan pria ini?” Salman menunjuk muka Ryan dengan sumpit yang dipegang.Ryan menyingkirkan tangan Salman dari depan mukanya. Enak saja main tunjuk-tunjuk. Ayo, kalau mau buat perhitungan, Ryan akan meladeni. Dengan suka hati, demi harga diri dan mantan yang sebentar lagi naik pangkat jadi calon.“Kak Salman?” ratap Nisa memohon. Jangan sampai ada pertumpahan darah di restoran milik Salman. Hal itu akan mengurangi kredibilitas, Nisa tidak ingin itu terjadi. Bisa berkurang jumlah pengunjung kalau terjadi huru-hara di tempat ini.“Pria ini yang sudah membuat kamu terluka?” Tatapan Salman tak lepas dari mata Ryan yang mulai berkobar.“Pria ini yang menelantarkan kamu?”“Pria ini yang membuat kamu jauh dari anak kamu sendiri?”“Hei...pria yang sudah menyakiti Nisa berkali-kali lipat, siap-siap dengan serangan saya.” Cerocos Salman tanpa memberi kesempatan Ryan untuk menyanggah.Ryan menyunggingkan senyum. Satu sudut bibirnya t

  • ZORA Pupus Sebelum Mekar    Bab.36 De Javu

    De Javu“Tante Sandra....” Damar membuka pintu dan langsung menerobos masuk ke dalam rumah besar itu. “Tante di mana?”Dari belakang, Rey menimpuk kepala Damar dengan kantong plastik hitam berisi seragam pramukanya yang basah. “Masuk rumah orang itu pakai salam,” cibir Rey. “Ini mah asal nyelonong aja.”Damar mengelus kepalanya. Nasibnya sial karena punya teman macam Rey. Dia melayangkan tinju ke bahu Rey, tapi meleset. Pemuda itu mundur segesit anak panah.Rey berkelit saat Damar melakukan serangan balasan. Rey tertawa senang karena kepalan tangan Damar tidak mengenai dirinya. Bergegas dia lari ke belakang, tempat laundry tujuannya. Mencari asisten rumah tangga.“Jangan bilang Mama bajunya basah. Tolong langsung dicuci ya, Mbak.” Rey memberikan seragam kotornya pada asisten rumah tangga. Untungnya punya asisten rumah tangga yang umurnya tak terpaut jauh adalah, dia bisa diajak kerja sama. Mbak Asisten justru lebih pro pada Rey, padahal yang memberi upah tiap bulan nyonya rumah.“Si

  • ZORA Pupus Sebelum Mekar    Bab.35 Duda Meresahkan

    Duda Meresahkan“Mama lebih berat dari Zora waktu itu. Tapi Papa kuat gendong Mama.”Nisa menendang kaki Ryan. Tidak tahu malu! Lihatlah, Raya sedang menahan tawa. Dan muka Zora...?“Waktu kapan?” tanya Zora.Nah, loh waktu kapan tanya Zora. Jawab Ryan, jawab!“Di Puncak bukan?” sindir Raya. Kali ini dia tak dapat menahannya. “Nisa meriang sih, jadi enggak bisa main api unggun bareng teman-teman kita.”“Mama meriang kenapa?”Nisa tersenyum kecut. Dia melirik pada Raya dan Ryan bergantian. Di depan Zora lancang benar mereka membicarakan tentang hari itu. Nanti kalau Zora jadi ingin tahu lebih banyak, siapa yang menjawab coba?“Ayo naik ke punggung Papa.”Kesempatan langka. Sudah lama sekali dia tidak digendong Papa. Kalau tidak salah ingat mungkin terakhir kali digendong saat jatuh dari sepeda waktu kelas satu SMP.“Zora sama Mama berat siapa, Pa?”“Ya Papa enggak tahu kalau sekarang. Mama kan gendut sekarang.”“Mama enggak gendut kok.” Zora membela Mamanya. Faktanya begitu. Mama canti

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status