"Kapanpun kalian siap. Sesuai aturan lama." Ujar pria yang berdiri di tengah dengan nada sinis. Empat orang rekannya mengambil posisi siaga, begitupun dengan para Pemimpin Distrik beserta anak buah mereka. Dari segi jumlah, Kelompok Timur masih lebih unggul, dua kali lipatnya pasukan Kelompok Selatan yang tidak datang dengan seluruh pasukannya dan itupun sudah ditambah pasukan Kelompok Timur yang membelot mendukung mereka. Karena pembalasan hari itu terkesan mendadak dan tanpa direncanakan sama sekali. Meski begitu, hal itu tidak menyurutkan langkah mereka sama sekali. Yang terjadi, semangat mereka justru semakin terlecut dan membara, karena pertempuran hari itu mempertaruhkan harga diri dan juga pembalasan atas keluarga mereka yang tersakiti. "King, jangan maju dulu! Biar yang lainnya mengurus mereka terlebih dahulu." Kata Cak Timbul berbisik dan berdiri di sebelah kanan Zaha. Mendengar ucapan salah satu pemimpin Pasukan Kiri barusan, membuat Cak Timbul terpaksa harus mengatur re
Lain Hiukali, lain lagi dengan Kobang.Pertarungan senjata berlangsung sengit antara pihaknya melawan kelompok penyerang ini.Kobang, sesuai namanya. Dia adalah jawara terkenal yang mahir dengan senjata goloknya yang mematikan. Selama menjadi preman dan memiliki pasukannya sendiri dalam Kelompok Selatan, tidak sedikit nyawa yang meregang karena senjata andalannya ini. Slash, Slash!Beberapa orang dari kelompok penyerang dibuatnya tak lagi memiliki anggota tubuh yang lengkap. Sampai pada sebuah momen, di mana Kobang bertemu langsung dengan pemimpin pasukan lawan yang saat itu sedang menggorok anak buahnya.Kobang yang pada dasarnya memang tipikal orang yang temperamental, langsung berteriak lantang dan menyerang pemimpin pasukan lawan."Hiat!"Wosh,Sret.Lawan yang sadar bahaya mendekat, apalagi serangan Kobang diiringi dengan teriakan lantangnya.Serangan itu berhasil dihindarinya. Tidak hanya itu, ujung celuritnya berhasil melukai tipis pinggang Kobang.Kobang sendiri, begitu sadar
Kembali ke gedung tua daerah timur yang saat itu sedang terjadi pertempuran antara Kelompok Selatan dan Kelompok Timur.Keadaan menjadi semakin kacau, di sana-sini banyak tubuh manusia bergelimpangan. Entah mereka pingsan ataupun sudah mati. Mereka adalah tumbal dari pertempuran besar dari kedua pihak.Yang masih kuat berdiri, tinggal beberapa orang saja. Pasukan Kiri dari Kelompok Timur hanya tinggal 4 orang saja. Satu sudah berhasil ditumbangkan oleh Cak Nawi, pemimpin senior Kelompok Selatan. Sementara dua orang dari mereka yang memutuskan bergabung dengan Kelompok Selatan sudah tumbang duluan oleh Pasukan Kiri lainnya.Pemimpin Junior dari Kelompok Selatan berhasil mengalahkan semua pemimpin Distrik Kelompok Timur, tapi mereka sudah sangat kelelahan. Sehingga memutuskan beristirahat ke pinggir ruangan untuk mengembalikan stamina mereka yang nyaris habis.Praktis, di tengah ruangan hanya tersisa Cak Nawi, Lipay dan Jarwo melawan empat orang pemimpin pasukan Kiri Kelompok Timur.Tig
Langkahnya ringan bagai kapas, gerakannya senyap tanpa suara dengan mata yang awas dan tajam mengamati setiap situasi yang terjadi dalam gedung tua tersebut.Dia tidak peduli dengan semua pertempuran brutal antara dua kelompok yang sedang bertarung di dalam gedung tersebut. Walau darah sudah berceceran di mana-mana, tubuh sudah bergelimpangan di sana-sini. Entah mereka sudah mati ataupun pingsan, karena yang membuatnya peduli hanyalah seorang pemuda yang ikut terlibat dalam pertarungan maut tersebut. Dia harus memastikan pemuda itu baik-baik saja, memastikan keselamatannya.Sosok itu adalah Hera a.k.a Angel.Dia bahkan sudah ada di lantai dua gedung tersebut sebelum Zaha dan pasukannya sampai di sana. Sejenak timbul kecemasan dalam diri Angel begitu melihat siapa yang telah menunggu Zaha dan pasukannya di lantai atas tersebut.Tidak berselang lama, Zaha dan pasukanya tampak masuk ke lantai atas, tempat di mana Cakra dan anak buahnya sudah menunggu kedatangan mereka.Dalam rombongan Za
Kali ini, Zaha tidak berkomentar apapun dan hanya mengangguk pelan, menyetujui rencananya Cak Timbul. Zaha sadar, ia perlu menjaga staminanya untuk menghadapi musuh utama nantinya."YASIR, RIFAT, habisi mereka semua!" Perintah Cakra dengan suara lantang disertai senyum angkuhnya. Seolah dengan pasukan yang dimilikinya, ia sudah merasa yakin duluan bisa menumbangkan Kelompok Selatan.Mendengar sang pemimpin telah memberi perintah, kedua pemimpin pasukan Kanan itu langsung menyerbu ke arah Kelompok Selatan. Zaha, tidak kalah tanggap. Ia pun langsung memberi perintah untuk menyerbu."Semuanya, MAJUUU..." Teriak Zaha lantang.Mendengar perintah Zaha, seluruh pasukannya dan juga pasukan tambahan dari anak buahnya Komar dengan semangat menggelora serentak menerjang ke arah lawan. Pertempuran sengit dari dua kelompok yang berseteru pun pecah dengan dahsyatnya.Pasukan yang dipimpin Komar bertarung dengan intensitas tinggi, mereka memiliki kemampuan tarung yang sudah teruji dan jelas di atas
Acera mengangkat wajahnya dan melihat ke arah lawan. Begitu dilihat lawannya sudah jatuh telentang tidak jauh di depannya dalam keadaan sudah tidak bergerak, baru membuat ia bisa menghembuskan napas lega dan ia pun berbaring di atas lantai sambil menatap langit-langit.Entah berapa lama Acera beristirahat, rasanya baru sebentar.Suara yang semula ramai karena pertempuran, kini mulai terdengar jauh berkurang. Sampai ada sebuah suara memanggil namanya dan menyadarkannya."Sampai kapan lu akan tidur di situ?" Ucap orang barusan sambil mengulurkan tangan untuk membantu Acera bangun."Anjing, gak bisa biarin orang istirahat aja lu, Sam." Jawab Acera dengan suara serak. Tubuhnya masih terasa lemah, bahkan untuk bergerak saja, rasanya sangat sulit."Bagaimana hasilnya?" Tanya Acera setelah memperhatikan keadaan Sam.Ternyata kondisi Sam sendiri tidak kalah parah darinya, bahkan tangan kirinya tampak tertekuk karena patah pada sikutnya."Tuh!" Ujar Sam sambil memberi kode untuk melihat ke ar
POV ZahaFlash back beberaa menit sebelum penusukan.Aku sendiri tidak menyangka bisa mencapai perjalanan sejauh ini.Penyerangan yang tanpa rencana dan persiapan membuat kondisi kami terlihat pincang. Apalagi menyerang komplotan preman langsung di sarang mereka, jelas ini bukan rencana yang baik. Mungkin karena aku terlalu percaya diri dengan kemampuan orang-orang yang ada di sekelilingku dan membuatku menafikan kekuatan yang dimiliki oleh musuh.Benar saja, baru saja sampai di lantai dua sarangnya Kelompok Timur. Kekuatan tempur yang kami miliki mungkin hanya tersisa separoh, dengan banyaknya orang yang cidera.Beruntung, ada bantuan dari Kelompok Timur yang masih memiliki kesetiaan pada ketua terdahulu mereka dan bersedia membantu kami menghadapi Cakra dan komplotannya. Jika seandainya mereka memilih menjadi lawan kami, maka sudah jelas penyerangan hari ini akan berakhir dengan kekalahan telak Kelompok Selatan.Ketika mendengar mbak Virangel bercerita tentang peta kekuatan Kelompok
Aku sendiri belum mengenal siapa Rival dari Cak Timbul tersebut. Tapi, bisa ku pastikan kalau ia pasti juga orang hebat.Herannya, kenapa bukan Cak Timbul yang memimpin Kelompok Selatan? Seharusnya, dengan kemampuan yang dimilikinya, dia bisa mengimbangi Codet dalam duel satu lawan satu. Ku rasa dengan karakternya, Cak Timbul justru akan lebih baik dalam memimpin Kelompok Selatan dibandingkan Codet. Atau, dulunya ia pernah bertarung dengan Codet, terus kalah? Entahlah! Ku rasa setiap orang memiliki prinsip hidup mereka masing-masing.Ku lihat Yasir tampak sangat kesal, karena dalam beberapa jurus masih belum bisa melemahkan pertahanan Cak Timbul."Hmn, ternyata singa tua mantan pengawalnya 'pendiri' tidak ada apa-apanya." Ujar Yasir coba memprovokasi Cak Timbul agar mau melayani serangan brutalnya. Ia bahkan menyinggung sosok pendiri untuk memancing emosi Cak Timbul."Hehehe, kenapa Yasir? Apa lu sudah mau nyerah?" Jawab Cak Timbul dengan tenang, tidak termakan pancingan lawan sedikit