Dua kelompok besar saling berhadapan di depan salah satu gedung tua yang ada di Wilayah Timur ibu kota. Gedung yang terdiri dari dua lantai itu sendiri merupakan peninggalan jaman Belanda yang kini beralih fungsi menjadi markas utama dari Kelompok Timur. Gedung itu sangat besar dan sanggup menampung ratusan orang di setiap lantainya, karena pada jaman dulu memang difungsikan sebagai gedung pertemuan untuk acara-acara besar.Orang-orang yang tinggal di wilayah timur mengenal gedung itu sebagai gedung hitam, karena semua transaksi gelap terjadi di dalam sana dan orang biasa tidak akan pernah berani mendekati gedung itu. Jangankan orang biasa, aparat saja tidak berani mendekatinya. Kecuali mereka yang menjadi antek dan kaki tangan para petinggi dalam gedung tersebut.Gedung itulah yang akan menjadi saksi sebuah pertempuran besar hari ini.Zaha datang dengan diikuti oleh ratusan anggotanya dari Kelompok Selatan. Wajah mereka tampak dingin, karena kedatangan mereka kali ini adalah untuk pe
"Hahaha, anjing masih sombong juga mereka." Tawa lawan mengejek."Hahh haahh.. kita matiin aja cepat." Ujar lainnya dengan napas memburu. Mereka tidak menyangka, akan menghadapi lawan yang alot. Bahkan dengan kondisi jumlah mereka yang unggul, justru malah membuat daya perlawanan lawan semakin sengit. Jika tidak cepat dimatikan, ia justru khawatir lawan akan dapat membalikan keadaan."Matiin kita? hehehe, gimana kalian mau nyentuh ketua Kami? jika mengalahkan kami saja kalian tidak sanggup?" Tawa Kulup terang-terangan mengejek lawan. Mulutnya yang sudah berdarah, membuat tawanya terlihat jadi menyeramkan."Anjing.. Seraanng!" Teriak lawan memberi komando. Ke empatnya pun kompak menyerang secara serentak Indra dan Kulup.WoshBam. Bam.Tidak ada satupun di antara mereka yang saling mengendurkan serangan. Sehingga pertarungan berlangsung semakin alot. Di sisi lain Inggek tampak mulai terbiasa dengan pola serangan lawan.Wosh! Badan yang besar menjadi keunggulan tersendiri bagi pihak
"Biarkan dia bicara, bang!" Ucap Zaha dari belakang, lalu dengan santai dan satu tangannya berada di dalam sau celananya, ia berjalan ke depan."King?" Ucap Kulup ragu. Ia terlihat begitu waspada dan tidak ingin musuh mengambil kesempatan untuk menyerang King, di depannya."Sudah, gak apa-apa, bang! Aku akan mengurusnya." Ujar Zaha memberi kode mata. Ia mengisyaratkan, kalau ia bisa mengatasinya."Bicaralah!" Perintah Zaha pada Dion.Dion terlihat heran dan merasa aneh. Tidak menyangka, jika ketua kelompok Selatan yang hendak diajaknya bicara masih sangat muda dan mungkin masih berusia remaja. Ini adalah pertama kalinya mereka bertemu, sehingga ia tidak mengenali Zaha sebagai sebagai pemimpin kelompok selatan yang baru.Tapi, melihat semua orang dan pemimpin Distrik di Kelompok Selatan sangat menghormati dan tunduk padanya, sehingga Dion pun tidak berani meremehkan remaja yang berdiri di depannya itu."Saya kontak yang dihubungi oleh anggota anda." Kata Dion masih tampak ragu dan sung
"Kapanpun kalian siap. Sesuai aturan lama." Ujar pria yang berdiri di tengah dengan nada sinis. Empat orang rekannya mengambil posisi siaga, begitupun dengan para Pemimpin Distrik beserta anak buah mereka. Dari segi jumlah, Kelompok Timur masih lebih unggul, dua kali lipatnya pasukan Kelompok Selatan yang tidak datang dengan seluruh pasukannya dan itupun sudah ditambah pasukan Kelompok Timur yang membelot mendukung mereka. Karena pembalasan hari itu terkesan mendadak dan tanpa direncanakan sama sekali. Meski begitu, hal itu tidak menyurutkan langkah mereka sama sekali. Yang terjadi, semangat mereka justru semakin terlecut dan membara, karena pertempuran hari itu mempertaruhkan harga diri dan juga pembalasan atas keluarga mereka yang tersakiti. "King, jangan maju dulu! Biar yang lainnya mengurus mereka terlebih dahulu." Kata Cak Timbul berbisik dan berdiri di sebelah kanan Zaha. Mendengar ucapan salah satu pemimpin Pasukan Kiri barusan, membuat Cak Timbul terpaksa harus mengatur re
Lain Hiukali, lain lagi dengan Kobang.Pertarungan senjata berlangsung sengit antara pihaknya melawan kelompok penyerang ini.Kobang, sesuai namanya. Dia adalah jawara terkenal yang mahir dengan senjata goloknya yang mematikan. Selama menjadi preman dan memiliki pasukannya sendiri dalam Kelompok Selatan, tidak sedikit nyawa yang meregang karena senjata andalannya ini. Slash, Slash!Beberapa orang dari kelompok penyerang dibuatnya tak lagi memiliki anggota tubuh yang lengkap. Sampai pada sebuah momen, di mana Kobang bertemu langsung dengan pemimpin pasukan lawan yang saat itu sedang menggorok anak buahnya.Kobang yang pada dasarnya memang tipikal orang yang temperamental, langsung berteriak lantang dan menyerang pemimpin pasukan lawan."Hiat!"Wosh,Sret.Lawan yang sadar bahaya mendekat, apalagi serangan Kobang diiringi dengan teriakan lantangnya.Serangan itu berhasil dihindarinya. Tidak hanya itu, ujung celuritnya berhasil melukai tipis pinggang Kobang.Kobang sendiri, begitu sadar
Kembali ke gedung tua daerah timur yang saat itu sedang terjadi pertempuran antara Kelompok Selatan dan Kelompok Timur.Keadaan menjadi semakin kacau, di sana-sini banyak tubuh manusia bergelimpangan. Entah mereka pingsan ataupun sudah mati. Mereka adalah tumbal dari pertempuran besar dari kedua pihak.Yang masih kuat berdiri, tinggal beberapa orang saja. Pasukan Kiri dari Kelompok Timur hanya tinggal 4 orang saja. Satu sudah berhasil ditumbangkan oleh Cak Nawi, pemimpin senior Kelompok Selatan. Sementara dua orang dari mereka yang memutuskan bergabung dengan Kelompok Selatan sudah tumbang duluan oleh Pasukan Kiri lainnya.Pemimpin Junior dari Kelompok Selatan berhasil mengalahkan semua pemimpin Distrik Kelompok Timur, tapi mereka sudah sangat kelelahan. Sehingga memutuskan beristirahat ke pinggir ruangan untuk mengembalikan stamina mereka yang nyaris habis.Praktis, di tengah ruangan hanya tersisa Cak Nawi, Lipay dan Jarwo melawan empat orang pemimpin pasukan Kiri Kelompok Timur.Tig
Langkahnya ringan bagai kapas, gerakannya senyap tanpa suara dengan mata yang awas dan tajam mengamati setiap situasi yang terjadi dalam gedung tua tersebut.Dia tidak peduli dengan semua pertempuran brutal antara dua kelompok yang sedang bertarung di dalam gedung tersebut. Walau darah sudah berceceran di mana-mana, tubuh sudah bergelimpangan di sana-sini. Entah mereka sudah mati ataupun pingsan, karena yang membuatnya peduli hanyalah seorang pemuda yang ikut terlibat dalam pertarungan maut tersebut. Dia harus memastikan pemuda itu baik-baik saja, memastikan keselamatannya.Sosok itu adalah Hera a.k.a Angel.Dia bahkan sudah ada di lantai dua gedung tersebut sebelum Zaha dan pasukannya sampai di sana. Sejenak timbul kecemasan dalam diri Angel begitu melihat siapa yang telah menunggu Zaha dan pasukannya di lantai atas tersebut.Tidak berselang lama, Zaha dan pasukanya tampak masuk ke lantai atas, tempat di mana Cakra dan anak buahnya sudah menunggu kedatangan mereka.Dalam rombongan Za
Kali ini, Zaha tidak berkomentar apapun dan hanya mengangguk pelan, menyetujui rencananya Cak Timbul. Zaha sadar, ia perlu menjaga staminanya untuk menghadapi musuh utama nantinya."YASIR, RIFAT, habisi mereka semua!" Perintah Cakra dengan suara lantang disertai senyum angkuhnya. Seolah dengan pasukan yang dimilikinya, ia sudah merasa yakin duluan bisa menumbangkan Kelompok Selatan.Mendengar sang pemimpin telah memberi perintah, kedua pemimpin pasukan Kanan itu langsung menyerbu ke arah Kelompok Selatan. Zaha, tidak kalah tanggap. Ia pun langsung memberi perintah untuk menyerbu."Semuanya, MAJUUU..." Teriak Zaha lantang.Mendengar perintah Zaha, seluruh pasukannya dan juga pasukan tambahan dari anak buahnya Komar dengan semangat menggelora serentak menerjang ke arah lawan. Pertempuran sengit dari dua kelompok yang berseteru pun pecah dengan dahsyatnya.Pasukan yang dipimpin Komar bertarung dengan intensitas tinggi, mereka memiliki kemampuan tarung yang sudah teruji dan jelas di atas