Beranda / Romansa / You're My Destiny / Part 6, Pelarian

Share

Part 6, Pelarian

Penulis: Cathalea
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-26 11:00:24

Semua yang berada di kamar terperanjat begitu melihat penguasa rumah itu berdiri di hadapan mereka. Aura cemas langsung mengerubuti wajah Ko Joo Ri dan Han Yoo Na. Dengan memasang ekspresi angker begitu di wajahnya, mereka sangat paham bahwa lelaki tua itu sedang berada di puncak amarahnya. Tatapannya tajam tak berkedip kepada Yoo Ill. Bagaikan sinar-x, tatapan ayahnya itu mampu menembus sel-sel terdalam di relung hati Yoo Ill, membuatnya membeku untuk beberapa saat.

Tidak ingin membuat suasana menjadi canggung lebih lama, Yoo Ill segera memutar tubuhnya, melangkah lebih dekat kemudian memberi hormat kepada pria yang dia panggil ayah itu.

“Aboeji ... aku ... kembali,” ujar Yoo Ill dengan suara seperti tercekat di tenggorokan.

Plaakk !

Satu tamparan melayang ke pipi Yoo Ill.

Yoo Ill meringis, mengusap pipinya, menahan rasa panas yang merayap di pipinya sambil menatap geram ke arah ayahnya. Bukan pelukan yang ia dapat, justru tamparan. Bukan wajah bahagia yang ia lihat, malah wajah penuh angkara. Untuk ke sekian kalinya, Yoo Ill terluka oleh perlakuan ayahnya sendiri.

“Yeobo ... hentikan, sudah cukup. Jangan pukuli dia lagi,” kata Joo Ri sambil menahan tangan suaminya.

“Sana! Jangan halangi aku! Anak tidak tahu diri ini harus diberi pelajaran agar dia tahu apa artinya tanggung jawab,” bentak Tae Ho. Dengan kasar ia mendorong istrinya sehingga nyaris terjatuh. Dia kembali merangsek mendekati Yoo Ill yang masih terpaku memegangi pelipisnya yang perih.

“Kenapa? Kamu marah? Tidak terima dipukuli? Mau membalas?” bentaknya lagi dengan mata merah penuh amarah.

Yoo Ill balas menatap mata ayahnya dengan tatapan tak kalah sengit. Jika bukan ayahnya, mungkin dia telah menerjang laki-laki itu hingga tersungkur. Tapi dia masih sangat waras, baginya adalah sebuah kesalahan besar jika membalas pukulan ayahnya. Sejelek apa pun karakternya, pria itu tetap ayah yang harus dia hormati.

“Inilah yang membuat aku tidak pernah betah berlama-lama di rumah ini, Bu. Tangan ayah selalu lebih dulu berbicara dari pada lidahnya,” desis Yoo Ill dengan tatapan penuh luka.

Usai berkata itu Yoo Ill mengangkat tasnya, melangkah keluar dengan gusar. Sampai-sampai bahunya menyenggol bahu ayahnya, tak ayal membuat laki-laki paruh baya itu pun terhuyung.

“Kau, kembali ke sini!” Tn. Han mengacungkan tangannya kearah Yoo Ill yang terus berlalu tanpa mengindahkannya.

“Andwaeyo, Yoo Ill-ah, kajima, jangan pergi lagi, jangan tinggalkan ibu,” rengek Joo Ri sambil menahan tangan anaknya.

“Mianhae, Eomma, mianhae ...,” bisik Yoo Ill lirih, dengan berat hati dia melepaskan genggaman ibunya, lalu bergegas pergi.

Hatinya tercabik melihat ibunya menangis. Dari hati yang paling dalam sesungguhnya dia tidak mau melukai ibunya. Tapi dia tidak punya pilihan lain. Sampai kapan pun antara dia dan ayahnya tidak akan pernah sepaham. Apa salahnya melakukan hal yang disukai? Toh, aku tidak berbuat kriminal. Memangnya salah jika aku memperjuangkan impianku sendiri? Gerutu Yoo Ill di dalam hati.

“Apa yang kalian tunggu ? Cepat ikuti dia, dan seret dia kembali !” bentaknya kepada dua laki-laki yang sedari tadi mematung di sisi pintu.

****

Yoo Ill menghembuskan nafas lega setelah menginjakkan kaki di atas bus. Dia tidak tau pasti bus itu akan membawanya kemana, yang jelas untuk sementara dia bisa menghilangkan jejak dari dua laki-laki suruhan ayahnya tadi.

Ini adalah kali kedua Yoo Ill melarikan diri. Sebelumnya dia kabur karena ayahnya memaksa dirinya untuk mengambil alih perusahaan dimana ayahnya adalah CEO-nya.

Menurut ayahnya hirarki kekuasaan mereka di perusahaan itu tidak boleh terputus. Huh ... sebuah opini yang semakin menjelaskan keserakahan ayahnya akan sebuah kekuasaan. Yoo Ill membenci ayahnya untuk alasan itu.

Untuk mendukung rencananya itu, oleh ayahnya Yoo Ill dikuliahkan di jurusan Manajemen Bisnis di universitas terbaik di negara mereka.

Hal yang tentu sangat bertentangan dengan hati nurani Yoo Ill. Dia ingin menjadi dokter. Atau pun perkerjaan lainnya yang berhubungan dengan dunia kedokteran. Sebuah passion alami yang ada dalam darahnya.

Mendedikasikan hidup guna kesembuhan pasien adalah hal yang membuat Yoo Ill selalu bersemangat.

Yoo Ill betul-betul merasa telah menemukan passionnya setelah tiga kali menjadi relawan dalam kegiatan kemanusiaan.

Disela-sela waktu kuliahnya, beberapa kali dia ikut dengan organisasi kemanusiaan yang membantu korban bencana alam. Nuraninya tersentuh ketika berhadapan dengan korban yang tidak berdaya. Dan adalah suatu kepuasan yang tak terkira ketika ia bisa menyelamatkan mereka.

Kepiawaiannya dalam berbahasa Inggris berhasil membuatnya dipercaya untuk ikut serta dalam kunjungan ke beberapa negara.

Namun sebelum semua rencananya berhasil, ayahnya lebih dahulu mengetahui rahasia itu. Tidak terelakkan lagi, ayahnya marah besar. Yoo Ill diseret, dan dikurung dalam kamar dengan pengawasan ketat.

Namun Yoo Ill sudah sangat yakin dengan pilihan hatinya. Dia berontak. Suatu pagi dia berhasil mengelabui Bibi Yu yang mengantarkan sarapan ke kamarnya. Yoo Ill pun kabur dari rumahnya.

Itu adalah cerita tiga bulan yang lalu. Kali ini Yoo Ill kembali pergi, namun bukan karena alasan pertama, namun lebih karena kecewa, ternyata ayahnya tidak berubah. Masih saja menggunakan kekerasan untuk mendapatkan keinginannya. Masih saja egois, masih saja tidak mempedulikan impian Yoo Ill. Yoo Ill tidak pernah bisa mengerti mengapa ayahnya bersikap seperti itu.

Yoo Ill rindu dengan sosok ayah yang ia kenal saat ia masih kecil. Bahkan hingga Yoo Ill remaja dulu ayahnya juga masih berprilaku hangat dan sabar. Tapi semuanya berubah total semenjak perusahaan yang ia pimpin semakin sukses. Ketika cabang perusahaan mereka telah tersebar hingga ke mancanegara. Ayahnya semakin ambisius dan egois dengan keinginannya.

Sifat ayahnya yang egois itulah yang membuat Yoo Ill rela menanggalkan semua kemewahan yang ia nikmati sejak kecil. Memang benar semua kemewahan itu bisa memudahkan kehidupannya. Tetapi jika semua itu hanya akan membuatnya mengejar materi semata untuk apa?

Baginya kebahagiaan sejati bukan terletak pada materi. Tapi bagaimana membuat diri bermanfaat bagi kehidupan orang lain.

Yoo Ill melangkahkan kakinya dengan galau tanpa tujuan yang jelas. Dia tau pasti kemurkaan ayahnya pasti telah sampai pada puncaknya kali ini. Itu berarti dia tidak akan lagi memiliki kesempatan untuk sekedar menarik tabungan yang tersisa untuk bekal pelariannya. Keegoisan ayahnya pasti telah membuat rekeningnya dibekukan.

Demi harga diri yang tersisa, Yoo Ill harus mampu bertahan dengan beberapa lembar sepuluh ribuan di dompetnya. Dan dia sadar sesadar-sadarnya, uang segitu tidak akan mampu membawanya jauh dari negeri ini. Tapi satu yang pasti, dia tidak peduli jika itu berarti harus membuatnya hidup menggelandang di dunia antah berantah, asalkan dia terbebas dari cengkraman kekuasaan ayahnya.

*** Bersambung ***

Bab terkait

  • You're My Destiny   Part 7, Hobi Membawa Hoki

    Agenda Fina dan Windi yang pertama adalah berkunjung ke tiga tempat populer yang pernah dijadikan lokasi syuting drama-drama Korea.Hmm ... untuk urusan begini mah, aku gak akan minder, batin Windi dalam hati. Dijamin sembilan puluh lima persen lokasi-lokasi syuting K-Drama itu akutahu. Ga lebaylah, kan K-Drama addicted. Hahaha. Windi masih cekikikan dalam hati karena girang.Imajinasi liarnya membawa pikirannya pada harapan bahwa agenda mereka hari ini akan menjadi momen yang tidak akan pernah terlupakan seumur hidup. Untuk itu Windi dan Fina mengabadikan semua kegiatan mereka lewat kamera. Semua spot foto tidak ada satu pun yang mereka lewatkan.Sayangnya agenda hari pertama ini ternyata tidak semenarik dugaan dan harapan mereka. Karena kentara banget, agenda hari ini adalah agenda titipan dari dinas pariwisatanya Korea. Kunjungan mereka ke tempat-tempat bersejarah itu benar-benar monoton, hanya jalan-jalan sambil mendengar tour-guide menjelaskan s

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-01
  • You're My Destiny   Part 8, Petaka yang Tidak Terelakkan

    Agenda mereka memasuki acara puncak, yaitu bersepeda keliling kota. Mengapa ini acara puncak? Karena dengan kegiatan ini para peserta diharapkan dapat bersentuhan langsung dengan kebudayaan Korea dalam setiap perhentian nantinya. Sembari menikmati pemandangan Korea, mereka bisa bercengkrama dengan keramahan warga lokal. Hhm ... sepertinya cukup menarik, batin Windi.“Fin, guide-nya bilang apa tadi ?” tanya Windi sambil merapikan kaus kaki yang menggulung. Sementara Fina sedang melakukan gerakan-gerakan peregangan otot ringan.“Dia bilang, kita akan bersepeda di distrik Songpa. Ntar di sana kita dibagi sepeda satu-satu sekalian sama rutenya juga. Eh, jangan lupa bawa badge, lho, Win,” ujar Fina mengingatkan.Kata-kata itu sontak membuat Windi langsung meraba saku, dan bersyukur mendapati badge itu ada di sana. Dia segera mengalungkannya di leher untuk antisipasi resiko ketinggalan atau kelupaan. Windi tidak bisa membayangkan ap

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-03
  • You're My Destiny   Part 9, Lost in Somewhere

    "Ajumma, kau baik-baik saja ?"Windi mengerjap tiga kali, melihat samar ke asal suara itu. Nampak jari-jari kecilnya menggenggam ujung-ujung jari Windi yang mulai mati rasa karena beku. Mata beningnya menatap lurus, menyiratkan ke khawatiran. Windi mengangguk, bersusah payah berusaha untuk bangkit. Namun nyeri yang tak tertahankan di pergelangan kaki, bahu dan pinggang membuatnya susah untuk berdiri. Tangan-tangan mungil itu berusaha membantu Windi, namun tentu saja bobot 60kg Windi bukanlah tandingannya. Dia justru terbawa, ikut terjerembab bersama Windi diiringi teriakan kesakitan dari mulutnya, karena tubuhnya tertimpa tubuh Windi."Yoon Sung-ah, kau di mana ?"Sebuah sorakan dari belakang membuat Windi lega. Setidaknya anak itu bisa segera di selamatkan dari tindihan tubuhnya yang semakin sulit untuk digerakkan."Yaa.. dangsin-eun maeng-in ? dwie jasig eobs-eum .. bla..bla..bla,” Windi tidak begitu mengerti yang diucapkannya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-05
  • You're My Destiny   Part 10, Pertemuan tak Terduga

    “Aku merasa pernah melihat wajahmu di suatu tempat, tapi di mana tepatnya aku lupa,” lajut Windi dengan penuh penasaran.Keningnya mengernyit, sepertinya pertanyaan Windi barusan turut menggugah ingatannya. Yoo Ill memandangi Windi lekat-lekat.Itu berlangsung untuk beberapa saat. Sampai ujung syaraf mereka terhubung pada sesuatu.“Ooohh ... the airport!” seru mereka bersamaan. Ya, dia adalah laki-laki yang menabrak Windi di bandara beberapa hari yang lalu.“Oh, My God, betapa dunia ini sempit sekali !” seru Yoo Ill kemudian.Windi tersenyum, menyetujui kata-katanya. Dalam hati ada rasa haru di hatinya, karena setidaknya dia bukanlah orang yang sama sekali ‘asing’. Meski pun bukan pula akrab. Apapun bentuknya pertemuan ini Windi merasa lega. Setidaknya, hal itu berhasil mencairkan rasa canggung di antara mereka berdua.“Sepertinya kakimu mempertemukan kita kembali,

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-05
  • You're My Destiny   Part 11, Random Memories

    Suara kokok ayam membangunkan Windi dari tidurnya, perlahan ia membuka mata, berusaha mengenali ruang dimana dia berada.Ingatannya melayang kepada kejadian saat ia terguling-guling di tebing, melewati lorong yang lembab, kemudian terhempas di tempat yang keras. Hal itu tidak urung membangkitkan rasa nyeri yang semula sempat terlupakan saat tidur. Tidak ayal suara rintihan keluar dari mulut Windi.Tiba-tiba Windi teringat dengan Fina, sahabat yang mengajaknya ikut serta dengan event ini, Fina pasti tengah cemas karena keberadaan Windi yang tidak jelas.Windi mengeluarkan ponsel dari tas pinggang yang masih ia kenakan. Ekspresinya terlihat kecewa. "Sial, tidak ada sinyal lagi," makinya dalam hati. Namun beberapa saat kemudian ia berseru kaget.“Ya, Tuhan!” Dia kaget mendapati angka di layar ponselnya yang menunjukkan tanggal 27, dan itu berarti dia telah menghilang selama 3 hari.Gubrak !Sebuah suara menyerupai benda jatuh terdengar

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-07
  • You're My Destiny   Part 12, Bunga-bunga Cinta

    “Kan aku udah bilang, jangan kemana-mana dulu sampai kakimu sembuh.”Windi meringis menahan nyeri di kakinya.“Sorry.. aku mau ke kamar mandi,” jawab Windi berbohong.Krriiuuukkk..Oh my God, desis Windi dalam hati. Perutnya tidak mau kompromi, dia berhasil membongkar kebohongan Windi dengan sukses. Seketika wajah Windi memerah, ia tertunduk karena malu, sementara Yoo-ill memandanginya penuh arti dengan senyum tak lepas dari wajahnya.“Kamu lapar,kan?” tebaknya. “Ya, sudah kamu tunggu disini sebentar, aku sedang menyiapkannya untukmu,” lanjutnya lagi sambil mendudukkan Windi kembali di atas dipan lalu beranjak dan menghilang di balik lemari.Windi tidak menjawab karena masih terlalu malu untuk mengangkat kepala. Dalam hati merasa senang karena merasa diperhatikan. Hal yang sangat langka terjadi dalam hidupnya.Windi jadi teringat kepada Bunda Fatma, yang selalu memperlakukannya

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09
  • You're My Destiny   Part 13, Katakan Apa yang Kau Rasa

    “Itu ... hmm ...,” ujar Windi terbata. Oh Tuhaaann, tolong aku, teriak Windi dalam hati, “itu ... tamu bulananku datang,” kata Windi lagi dengan suara semakin hilang. Ampuunn, malunya. Rasanya Windi pengen jungkir balik lalu menghilang dari hadapan Yoo Ill.“What? Ohh.. I see ... tunggu sebentar,” kata Yoo Ill sambil berlalu. Sekilas Windi melihat wajah pemuda itu juga memerah. Ya, wajarlah berhadapan dengan masalah bulanan seorang gadis tentu bukanlah hal yang sering dia alami. Terlebih lagi di lembah ini, yang jumlah penduduknya masih bisa dihitung dengan jari.Windi masih berdiri di pintu kamar mandi dengan perasaan serba tidak menentu menunggu Yoo Ill yang tidak lama kemudian datang dengan sebuah bungkusan di tangannya.“Ini ... lebih baik menggunakan ini dari pada sapu tangan,” ujarnya sambil menyodorkan bungkusan itu ketangan Windi. Suaranya serak, dan rona wajahnya tidak kalah merahnya dengan Windi. Wi

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-11
  • You're My Destiny   Part 14, Menggenggam Asa

    “Luka kamu sudah mengering, besok perbannya sudah bisa di lepas,” kata Yoo-Ill ketika usai memeriksa luka di kaki Windi.Windi menarik nafas lega mendengar kalimat itu. Hari ini adalah hari ke lima ia berada di lembah ‘rahasia’ ini, itu artinya telah 1 minggu ia menghilang.Windi jadi meragukan tentang GPS yang tertanam di badge-nya. Jangan-jangan mereka bohong lagi, tanya Windi dalam hati. Kalau memang benar, seharusnya mereka telah menemukan Windi sekarang.“Kenapa? Kamu terlihat gelisah?” tegur Yoo-Ill. Sepertinya helaan nafas Windi barusan terdengar jelas olehnya.Windi memandangnya beberapa saat. Lalu melemparkan pandangannya ke arah pepohonan, sebisa mungkin menahan riak yang mulai bergelombang di kelopak matanya.“Hei.. kamu menangis ?” tanya Yoo Ill penasaran, seraya menghampiri. Windi segera menyeka bulir yang mulai meleleh dengan lengan bajunya.“Ah, tidak. Hanya ... kemas

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-13

Bab terbaru

  • You're My Destiny   Bab 93, Takdir yang Menyatukan Mereka (TAMAT)

    Windi terpaku di tempatnya berdiri, sementara matanya tak berkedip menatap Yoo-ill. Untuk beberapa saat ia hanya berdiri mematung dengan ekspresi bingung, terlebih saat melihat tangan Yoo-ill yang terulur padanya. Ia pun tersadar tak lama kemudian. Dengan raut wajah gelisah dan bingung, Windi mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Ia baru sadar kalau kursi-kursi di gereja itu telah banyak yang ditinggalkan penghuninya. Hampir separuh dari tamu undangan itu pergi setelah mengetahui pengantin prianya sosok yang berbeda.Di barisan paling depan Windi berharap menemukan keluarga Pandu, tetapi barisan itu pun terlihat lengang. Hanya rekan kerjanya yang setia menyaksikan acara pemberkatan itu sampai selesai."Ha-ni-yah. Apa yang terjadi. Mana Kak Pandu dan keluarganya?" tanya Windi dengan mata berkaca-kaca.Ha-ni yang bertugas sebagai bridesmaids tak bisa menyembunyikan rasa bersalahnya kepada Windi. Ia menghampiri Windi lalu memeluknya dengan erat. "Maafkan aku, Win. Aku tidak bisa m

  • You're My Destiny   Bab 92, Hadiah untuk Pandu

    Satu jam sebelumnya. Di ruang tunggu pengantin pria, Pandu bercengkrama dengan sejumlah tamu yang merupakan teman kuliahnya dulu. Ternyata perihal pertunanganan Yoo-ill yang batal telah menyebar luas di kalangan mereka."Aku tidak mengerti dengan cara pikir si Yoo-ill itu. Padahal kalau aku tidak salah dengar, ini pertunangannya yang kedua kali. Yang pertama dulu, belum sempat dikenalin ke publik, masih di kalangan internal perusahaan aja. Tapi, hanya beberapa bulan, Yoo-ill memutuskan wanita itu secara sepihak," kata salah satu di antaranya."Tapi aku dengar wanita itu ada skandal dengan salah satu pamannya," kata yang lain pula.Namun, pria yang lain membantah dengan gerakan tangannya. "Itu tidak benar. Kamu lupa kalau aku juga bekerja di Han Enterprise? Skandal itu adalah hoaks yang diciptakan oleh Han Tae Soo, paman Yoo-ill yang lain, karena ingin menurunkan tunangan Yoo-ill dari kursi direktur.""Gila. Parah juga persaingan di perusahaan itu.""Paman Yoo-ill yang satu itu memang

  • You're My Destiny   Bab 91, At The Wedding Day

    Untuk beberapa saat Windi terpaku di tempatnya berdiri karena tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang. Windi tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat melihat Yoo-ill sedang bersandar di mobilnya dengan kedua tangan yang sibuk memainkan ponsel. Windi juga heran bagaimana Yoo-ill bisa tahu tempat kerjanya."Yoo-ill? Kamu kenapa bisa ada di sini? Kamu tahu dari mana aku kerja di sini?" Windi mencecar Yoo-ill tanpa jeda.Yoo-ill mendekat tanpa melepaskan tatapannya dari wajah Windi, wajah wanita yang selama beberapa tahun terakhir ini terus mengusik hati dan pikirannya bahkan di saat tidur."Aku sudah menerima undangan pernikahanmu. Jujur ... aku kaget sekali karena tidak menyangka kalian akan menikah secepat itu," ujar Yoo-ill mengabaikan pertanyaan Windi."Apanya yang aneh? Kami memang sudah merencanakan sejak lama, hanya sedikit dipercepat saja karena keluarga Pandu inginnya begitu," jawab Windi beralasan. Padahal ia sendiri yang meminta hal itu pada Pandu, karena tidak i

  • You're My Destiny   Bab 90, H-3

    Dua hari berlalu. Di kediaman keluarga Han sedang terjadi ketegangan. Pasalnya adalah kepulangan Yoo-ill setelah tiga hari menghilang pasca membatalkan pertunangannya dengan Ji-hyun.PLAK! PLAK!Tamparan keras dari tangan Tn. Han mendarat di wajah Yoo-ill. Tidak hanya sekali, tetapi berkali-kali. Masih tak puas juga, tetua keluarga Han itu juga menendang Yoo-ill dengan kakinya yang memakai sepatu pantofel. Sakit? Jangan ditanya. Ringis kesakitan dari Yoo-ill sudah menjawab semua itu, betapa sakit tubuhnya yang didera pukulan bertubi-tubi dari sang ayah.Sementara Ny. Ko hanya bisa menangis tersedu sambil menahan kaki sang suami agar berhenti memukuli buah hatinya."Cukup, Yeobo. Jangan pukuli Yoo-ill lagi. Berhenti memukuli kepalanya, matanya masih sangat rentan dengan guncangan. Tolong berhentilah!" pinta Ny. Ko yang kalut melihat luka di kening Yoo-ill. Ia takut sekali penglihatan Yoo-ill kembali bermasalah akibat pukulan itu.Namun, Tn. Han mengabaikan rengekan istrinya. Matanya y

  • You're My Destiny   Bab 89, H-5

    Dengan penuh tanda tanya Windi menyeret langkah menuju pintu, lalu mengintip lewat peephole yang ada di sana. Windi mengernyit heran saat melihat wajah Ji-Hyun di sana. Tak ingin memendam rasa penasarannya lebih lama, ia pun membuka pintu itu."Ji-Hyun?! Ada keperluan apa kamu di sini?" "Aku mau bicara." Dengan lancangnya, Ji-Hyun menerobos masuk lalu berkeliling kamar, masuk ke kamar mandi, membuka pintu lemari seolah sedang mencari sesuatu. Setelah gagal menemukan apa yang dicari, dia pun duduk di sofa yang tersedia di sudut kamar."Kamu sendiri?" tanyanya dengan tatapan menyelidik."Bersama Pandu. Dia sedang membeli makanan ke luar."Ji-hyun tak percaya. "Kenapa tidak pesan di restoran hotel saja?""Dia lagi pengen makan masakan Indonesia. Di restoran hotel ini tidak ada," jawab Windi asal. Padahal ia tidak tahu pasti Pandu ke mana, karena lelaki itu pergi saat dirinya sedang mandi.Windi menghela napas panjang, menutup pintu, lalu duduk di pinggir ranjang, berhadapan dengan Ji-hy

  • You're My Destiny   Bab 88, Tamu Tak Diundang

    "Aku senang sekali, Win. Memang itu yang aku mau. Tetapi, kalau aku boleh tau, apa alasan kamu tiba-tiba ingin mempercepat pernikahan kita?" Pandu bertanya tak sabar setelah mereka berada di hotel. Tadi ia terpaksa beralasan ada pekerjaan mendadak sehingga bisa pamit lebih awal dari pesta pertunangan Yoo-ill dan Ji-hyun. Meskipun ia sendiri heran dengan sikap Windi yang bersikeras untuk pulang, tetapi demi kenyamanan sang kekasih hati ia pun menuruti permintaan Windi."Tidak ada alasan khusus. Melihat Kak Pandu dikelilingi wanita-wanita cantik saat di pesta tadi membuatku berpikir sepertinya aku harus segera mengikatmu dengan cincin pernikahan," jawab Windi beralasan. Padahal ia melakukan itu karena takut hatinya kembali goyah oleh Yoo-ill. Windi takut, nama Yoo-ill yang telah terkubur di hatinya hidup kembali karena terbayang tatapan laki-laki itu yang dipenuhi rasa bersalah saat menatapnya tadi. Sementara ia sudah berkomitmen dengan Pandu. Pandu dan keluarganya adalah orang-orang

  • You're My Destiny   Bab 87, Aku Tidak Mau Menunda Lagi

    Pandu heran melihat Yoo-ill dan Windi terdiam dengan tatapan saling bertaut, sementara wajah mereka menggambarkan ekspresi yang sulit untuk digambarkan. Terkejut, kecewa, luka, dan juga rindu yang tersirat dalam. Berada di antara mereka membuat Pandu mendadak merasa berada di dunia yang berbeda. Keadaan itu berlangsung cukup lama sampai suara tunangan Yoo-ill membuyarkannya. "Wah, dunia ini sempit sekali, ya. Ternyata wanita yang ingin kamu kenalkan itu Windi, Pan?" tanya Ji-hyun pada Pandu. Pandu dan Ji-hyun merupakan teman saat duduk di bangku SMA dulu, sementara Yoo-ill adalah temannya di saat kuliah. Itu sebabnya Pandu sangat antusias menghadiri pesta pertunangan ini karena kedua calon pengantin adalah temannya. "Kamu kenal Windi?" Pandu balik bertanya dengan heran. Ji-hyun melirik Yoo-ill yang masih menatap Windi tanpa jeda, lalu bergelayut manja di lengan lelaki itu. Lewat sikapnya itu ia ingin memberi tahu Windi bahwa Yoo-ill adalah miliknya. "Bukan aku yang kenal Windi sec

  • You're My Destiny   Bab 86, Pertemuan Tak Terduga

    Windi mematut pantulan dirinya yang ada di cermin. Sungguh ia merasa takjub sendiri melihat penampilannya dalam balutan gaun malam berwarna maroon itu. Gaun pesta ala mermaid membungkus tubuh Windi yang sintal dengan indah, menonjolkan bagian-bagian tertentu dalam porsinya yang pas. Setelah merasa cukup puas dengan gaun pilihannya, Windi pun keluar dari kamar ganti itu.Pandu yang menunggu di luar kamar ganti spontan berdiri dengan bola mata membesar saat melihat Windi keluar. Mulutnya ternganga, terpesona akan kecantikan Windi yang tak biasa."Bagaimana, Kak? Cocok, tidak?" tanya Windi malu-malu. Pandu tidak menjawab, hanya tepuk tangannya yang menggema ke seantero toko. "Kamu cantik sekali, Win. Super-duper-cantik!" puji Pandu sambil berdecak panjang."Kak Pandu ini bisa saja. Jangan berlebihan, Kak. Jangan buat aku malu," ucap Windi dengan bibir mengerucut, sedikit protes, tetapi tetap saja pipinya merona."Aku tidak berlebihan. Coba saja tanya pada pramuniaga itu," sahut Pandu. "

  • You're My Destiny   Bab 85. Ramyeon Mokgo Gallae?

    Windi terkesiap, ia terduduk, spontan menjauh dari Pandu. Napasnya masih tersengal dan wajahnya masih memerah karena lonjakan libido. "Maaf, Kak. Aku tidak bisa melakukannya. Maafkan aku kalau mengecewakanmu," ujar Windi sambil menenangkan debaran jantungnya."It's okay, Win. Aku juga minta maaf karena telah lepas kendali tadi," ujar Pandu dengan kepala menunduk."Tidak apa, Kak. Ini salah kita berdua, jadi mari jadikan pelajaran saja," kata Windi berusaha untuk bijak.Pandu mengangguk."Silakan mandi dan ganti pakaianmu, aku akan menunggu di luar," kata Pandu.Ia keluar dari kamar, lanjut menuju dapur lalu meminum segelas air dingin. Ia butuh meredakan gelora hasratnya yang masih membara.Sementara itu, di Seoul. Sebuah acara yang mempertemukan dua keluarga baru saja berakhir. Tn. Han tampak antusias melepas kepergian tamu mereka. Tangannya tak henti melambai, dan senyumnya juga tak henti mengembang. Di sampingnya Yoo-ill berdiri dengan ekspresi datar.Mereka yang baru saja pergi ada

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status