Home / Romansa / You're My Destiny / Part 8, Petaka yang Tidak Terelakkan

Share

Part 8, Petaka yang Tidak Terelakkan

Author: Cathalea
last update Last Updated: 2021-06-03 11:02:04

Agenda mereka memasuki acara puncak, yaitu bersepeda keliling kota. Mengapa ini acara puncak? Karena dengan kegiatan ini para peserta diharapkan dapat bersentuhan langsung dengan kebudayaan Korea dalam setiap perhentian nantinya. Sembari menikmati pemandangan Korea, mereka bisa bercengkrama dengan keramahan warga lokal. Hhm ... sepertinya cukup menarik, batin Windi.

“Fin, guide-nya bilang apa tadi ?” tanya Windi sambil merapikan kaus kaki yang menggulung. Sementara Fina sedang melakukan gerakan-gerakan peregangan otot ringan.

“Dia bilang, kita akan bersepeda di distrik Songpa. Ntar di sana kita dibagi sepeda satu-satu sekalian sama rutenya juga. Eh, jangan lupa bawa badge, lho, Win,” ujar Fina mengingatkan.

Kata-kata itu sontak membuat Windi langsung meraba saku, dan bersyukur mendapati badge itu ada di sana. Dia segera mengalungkannya di leher untuk antisipasi resiko ketinggalan atau kelupaan. Windi tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika dirinya tersesat, sementara badge ketinggalan. Tersesat di negara asing? Waaah ... membayangkannya saja sudah membuat Windi bergidik ngeri.

Tidak lama kemudian terdengar panggilan agar mereka segera berkumpul. Setelah memastikan bawaannya tidak ada yang tertinggal, Fina dan Windi pun segera bergabung dengan peserta lainnya. Mengingat rute yang akan mereka tempuh cukup panjang, pihak panitia tidak memperpanjang acara pembukaannya, hanya sekedar basa-basi dan pengenalan tim yang bertanggung jawab, setelah itu mereka pun berangkat menuju titik pemberhentian pertama.

Setelah berkendara selama kurang lebih 20 menit, mereka sampai di Jamsil Bike Rental Facility. Ini adalah tempat penyewaan sepeda bagi pengunjung yang ingin melakukan wisata sepeda di distrik Songpa.

Ada tiga macam rute yang ditawarkan di sini, yaitu Jamsil Tour Course yang akan melewati Seockchon Lake – Bangi Eatery Alley – Olympic Park.

Windi cukup familiar dengan nama-nama daerah yang disebut, seperti danau Seockchon yang cantik karena beberapa kali pernah melihatnya di tayangan drama Korea.

Rute lainnya adalah rute yang menyusuri aliran anak sungai di kota Seoul, mereka menyebutnya Songpa Waterway Course.

Di rute ini yang menarik adalah Wall Hope yang akan ditemukan di Seonghaecheon Stream, dan yang paling populer adalah Hangang River alias Sungai Han.

Mendengar nama sungai ini mengingatkan Windi pada adengan drama Korea yang memang banyak menggunakan Sungai Han sebagai latarnya.

Dalam hati Windi membisikkan doa, semoga rute itu terpilih untuk perjalanan mereka. Satu lagi rute yang tersisa adalah Urban Bike Lane Course yang melintasi jalan-jalan perkotaan.

“Win, kamu suka rute yang mana ?” bisik Fina.

“Aku pengennya yang Waterway aja, Fin. Karena aku pernah liat di internet, bersepeda di sepanjang Sungai Han itu asyik banget, lho! Apalagi di saat salju gini, pasti seru. Ahh ... Kalo saja kita punya pacar pasti romantis banget, tuh.” Jawab Windi dengan penuh antusias.

“Ah, loe, ngayalnya ga pake bandrol. Tapi aku setuju sama pendapat kamu. Aku juga penasaran pengen liat Sungai Han dari dekat. Mudah-mudahan suara terbanyak ntar ambil rute itu ya, Win.” Windi mengangguk mantap.

Syukurlah yang punya pikiran seperti mereka banyak, lebih dari separuh peserta memilih rute Waterway. Satu persatu mereka pun mulai melaju menyusuri jalanan.

Udara yang sejuk ditambah dengan semilir angin yang bertiup membuat peserta antusias mengikuti tur sepeda ini.

“Uwaaa ... Fin! Lihat !” sorak Windi sambil mengembangkan tangan lebar-lebar. Melihat Windi tertawa begitu lepas Fina tampak sangat bahagia. Rasanya itu adalah tawa terlebar dari seorang Windi dalam 3 tahun terakhir.

“Hati-hati Win, licin!” serunya, khawatir melihat sepeda Windi yang meliuk-liuk dalam kecepatan tinggi di atas jalanan bersalju. Windi tidak menghiraukan seruan Fina, justru semakin memperbanyak aksinya.

“Tenang Fin, kalau beginian mah aku ahlinya,” balas Windi jumawa.

Sepeda yang dikendarainya mulai memasuki tanjakan yang cukup terjal. Ketahuan banget jarang olahraga. Windi mulai ngos-ngosan, kesulitan mendaki tanjakan.

Windi menghentikan laju sepedanya untuk sesaat menarik nafas. Sementara rekan-rekan lainnya telah duluan mencapai bukit.

Beberapa belas meter di depan Windi, Fina melambaikan tangannya meminta Windi untuk bergegas, dia balas melambaikan tangan, memberi tanda agar Fina duluan.

Setelah beristirahat beberapa menit, Windi kembali mengayuh sepedanya. Jalanan semakin sempit dan terjal. Di sebelah kiri adalah jurang, yang dibatasi pagar besi. Kurang lebih kedalamannya adalah sekitar 15 meter. Tidak cukup dalam sih kalau dibandingkan dengan jurang-jurang yang ada di Indonesia. Tapi terjatuh kesana tetaplah sesuatu hal yang menyakitkan. Dan Windi tau pasti dia tidak mau itu terjadi.

Sebelah kanan ada bebatuan. Windi mempercepat kayuhannya agar segera bisa menyusul Fina yang sepertinya sudah sampai ditempat peristirahatan pertama.

Windi kembali berhenti. Kali ini bukan karena kelelahan tapi lebih karena pemandangan indah yang tidak mau ia lewatkan.

Di bibir tebing, dia melihat serumpun bunga yang sedang mekar dengan sangat indah. Dia tidak tahu persis itu bunga jenis apa, tapi keindahannya sungguh membuatnya terpukau dan dia penasaran ingin mencium aromanya.

Windi memarkirkan sepedanya di pinggir jalan, lalu melangkah mendekati bibir tebing. Aroma wangi semakin menyengat. Hmm.. mirip melati, tapi warnanya kuning. Bunga apa nih, ya? tanyanya dalam hati.

Dia pun berjongkok, berusaha menggapai bunga yang ternyata tumbuh di bagian dalam dinding tebing. Tapi posisinya masih terlalu jauh untuk digapai. Tidak ada cara lain, dia harus menelungkup, lalu menjulurkan tangan kearah tangkainya. Separuh badannya menggantung di bibir tebing.

“Yes, berhasil !” serunya girang.

Ketika jemarinya berhasil meraih batang bunga itu. Windi menyentaknya sekuat tenaga, tetapi gagal. Bunga itu tidak bergeming dari tempatnya. Ternyata bunga itu memiliki akar yang sangat kokoh.

Sepertinya aku masih kurang dekat, nih, pikir Windi lagi. Dia beringsut lebih dekat, kemudian menyentak tangkai bunga itu kembali sekuat tenaga.

“Yes!” soraknya senang. Bunga wangi itu berhasil dia dapatkan.

Agar lebih mudah untuk bangkit, Windi menyelipkan bunga itu di sela-sela bibirnya. Susah payah ia beringsut mundur dengan bertumpu pada bibir jurang. Tapi tidak mudah, karena badannya sudah terlanjur terlalu terjulur ke badan tebing. Ia justru merasakan tanah di bawahnya bergerak.

Oh ...tidaaaak! Teriak Windi panik.

Bibir jurang tidak cukup kuat menahan beban tubuh Windi. Dia tergelincir, dan jatuh lalu terguling-guling di badan tebing.

Windi berteriak minta tolong, tapi percuma karena dalam hitungan detik tubuhnya telah jatuh tanpa terkendali.

Windi menjerit kesakitan setiap kali tubuhnya menghantam bebatuan yang keras. Tubuhnya terus menggelinding, melewati sesuatu yang sempit, basah dan gelap. Dia tidak tahu itu apa, karena matanya terpejam. Windi juga tidak tahu pasti berapa lama ia terguling-guling tanpa arah begitu, yang ia tahu beberapa waktu kemudian pinggulnya menyentuh tanah dengan keras.

Kepalanya terasa sangat pusing. Windi berusaha mengenali tempat ia berada, namun sia-sia karena beberapa saat kemudian semua mendadak gelap. Windi pingsan.

Bersambung ...

Related chapters

  • You're My Destiny   Part 9, Lost in Somewhere

    "Ajumma, kau baik-baik saja ?"Windi mengerjap tiga kali, melihat samar ke asal suara itu. Nampak jari-jari kecilnya menggenggam ujung-ujung jari Windi yang mulai mati rasa karena beku. Mata beningnya menatap lurus, menyiratkan ke khawatiran. Windi mengangguk, bersusah payah berusaha untuk bangkit. Namun nyeri yang tak tertahankan di pergelangan kaki, bahu dan pinggang membuatnya susah untuk berdiri. Tangan-tangan mungil itu berusaha membantu Windi, namun tentu saja bobot 60kg Windi bukanlah tandingannya. Dia justru terbawa, ikut terjerembab bersama Windi diiringi teriakan kesakitan dari mulutnya, karena tubuhnya tertimpa tubuh Windi."Yoon Sung-ah, kau di mana ?"Sebuah sorakan dari belakang membuat Windi lega. Setidaknya anak itu bisa segera di selamatkan dari tindihan tubuhnya yang semakin sulit untuk digerakkan."Yaa.. dangsin-eun maeng-in ? dwie jasig eobs-eum .. bla..bla..bla,” Windi tidak begitu mengerti yang diucapkannya.

    Last Updated : 2021-06-05
  • You're My Destiny   Part 10, Pertemuan tak Terduga

    “Aku merasa pernah melihat wajahmu di suatu tempat, tapi di mana tepatnya aku lupa,” lajut Windi dengan penuh penasaran.Keningnya mengernyit, sepertinya pertanyaan Windi barusan turut menggugah ingatannya. Yoo Ill memandangi Windi lekat-lekat.Itu berlangsung untuk beberapa saat. Sampai ujung syaraf mereka terhubung pada sesuatu.“Ooohh ... the airport!” seru mereka bersamaan. Ya, dia adalah laki-laki yang menabrak Windi di bandara beberapa hari yang lalu.“Oh, My God, betapa dunia ini sempit sekali !” seru Yoo Ill kemudian.Windi tersenyum, menyetujui kata-katanya. Dalam hati ada rasa haru di hatinya, karena setidaknya dia bukanlah orang yang sama sekali ‘asing’. Meski pun bukan pula akrab. Apapun bentuknya pertemuan ini Windi merasa lega. Setidaknya, hal itu berhasil mencairkan rasa canggung di antara mereka berdua.“Sepertinya kakimu mempertemukan kita kembali,

    Last Updated : 2021-06-05
  • You're My Destiny   Part 11, Random Memories

    Suara kokok ayam membangunkan Windi dari tidurnya, perlahan ia membuka mata, berusaha mengenali ruang dimana dia berada.Ingatannya melayang kepada kejadian saat ia terguling-guling di tebing, melewati lorong yang lembab, kemudian terhempas di tempat yang keras. Hal itu tidak urung membangkitkan rasa nyeri yang semula sempat terlupakan saat tidur. Tidak ayal suara rintihan keluar dari mulut Windi.Tiba-tiba Windi teringat dengan Fina, sahabat yang mengajaknya ikut serta dengan event ini, Fina pasti tengah cemas karena keberadaan Windi yang tidak jelas.Windi mengeluarkan ponsel dari tas pinggang yang masih ia kenakan. Ekspresinya terlihat kecewa. "Sial, tidak ada sinyal lagi," makinya dalam hati. Namun beberapa saat kemudian ia berseru kaget.“Ya, Tuhan!” Dia kaget mendapati angka di layar ponselnya yang menunjukkan tanggal 27, dan itu berarti dia telah menghilang selama 3 hari.Gubrak !Sebuah suara menyerupai benda jatuh terdengar

    Last Updated : 2021-06-07
  • You're My Destiny   Part 12, Bunga-bunga Cinta

    “Kan aku udah bilang, jangan kemana-mana dulu sampai kakimu sembuh.”Windi meringis menahan nyeri di kakinya.“Sorry.. aku mau ke kamar mandi,” jawab Windi berbohong.Krriiuuukkk..Oh my God, desis Windi dalam hati. Perutnya tidak mau kompromi, dia berhasil membongkar kebohongan Windi dengan sukses. Seketika wajah Windi memerah, ia tertunduk karena malu, sementara Yoo-ill memandanginya penuh arti dengan senyum tak lepas dari wajahnya.“Kamu lapar,kan?” tebaknya. “Ya, sudah kamu tunggu disini sebentar, aku sedang menyiapkannya untukmu,” lanjutnya lagi sambil mendudukkan Windi kembali di atas dipan lalu beranjak dan menghilang di balik lemari.Windi tidak menjawab karena masih terlalu malu untuk mengangkat kepala. Dalam hati merasa senang karena merasa diperhatikan. Hal yang sangat langka terjadi dalam hidupnya.Windi jadi teringat kepada Bunda Fatma, yang selalu memperlakukannya

    Last Updated : 2021-06-09
  • You're My Destiny   Part 13, Katakan Apa yang Kau Rasa

    “Itu ... hmm ...,” ujar Windi terbata. Oh Tuhaaann, tolong aku, teriak Windi dalam hati, “itu ... tamu bulananku datang,” kata Windi lagi dengan suara semakin hilang. Ampuunn, malunya. Rasanya Windi pengen jungkir balik lalu menghilang dari hadapan Yoo Ill.“What? Ohh.. I see ... tunggu sebentar,” kata Yoo Ill sambil berlalu. Sekilas Windi melihat wajah pemuda itu juga memerah. Ya, wajarlah berhadapan dengan masalah bulanan seorang gadis tentu bukanlah hal yang sering dia alami. Terlebih lagi di lembah ini, yang jumlah penduduknya masih bisa dihitung dengan jari.Windi masih berdiri di pintu kamar mandi dengan perasaan serba tidak menentu menunggu Yoo Ill yang tidak lama kemudian datang dengan sebuah bungkusan di tangannya.“Ini ... lebih baik menggunakan ini dari pada sapu tangan,” ujarnya sambil menyodorkan bungkusan itu ketangan Windi. Suaranya serak, dan rona wajahnya tidak kalah merahnya dengan Windi. Wi

    Last Updated : 2021-06-11
  • You're My Destiny   Part 14, Menggenggam Asa

    “Luka kamu sudah mengering, besok perbannya sudah bisa di lepas,” kata Yoo-Ill ketika usai memeriksa luka di kaki Windi.Windi menarik nafas lega mendengar kalimat itu. Hari ini adalah hari ke lima ia berada di lembah ‘rahasia’ ini, itu artinya telah 1 minggu ia menghilang.Windi jadi meragukan tentang GPS yang tertanam di badge-nya. Jangan-jangan mereka bohong lagi, tanya Windi dalam hati. Kalau memang benar, seharusnya mereka telah menemukan Windi sekarang.“Kenapa? Kamu terlihat gelisah?” tegur Yoo-Ill. Sepertinya helaan nafas Windi barusan terdengar jelas olehnya.Windi memandangnya beberapa saat. Lalu melemparkan pandangannya ke arah pepohonan, sebisa mungkin menahan riak yang mulai bergelombang di kelopak matanya.“Hei.. kamu menangis ?” tanya Yoo Ill penasaran, seraya menghampiri. Windi segera menyeka bulir yang mulai meleleh dengan lengan bajunya.“Ah, tidak. Hanya ... kemas

    Last Updated : 2021-06-13
  • You're My Destiny   Part 15, Kesaksian

    Fina mempercepat langkahnya menyusuri lantai tiga kantor Rainbow Organizer. Tujuannya menemui Lee Kwang Soo penanggung jawab Tour Bike kemarin. Beberapa langkah dari tempatnya berdiri dia melihat orang yang dimaksud sedang berjalan di depannya. Fina pun mempercepat langkahnya menyusulnya.“Tn. Lee ? Maaf mengganggu waktu Anda. Hmm.. Apakah sudah ada perkembangan pencarian Windi ?”Lee Kwang Soo menghentikan langkahnya, lalu menatap Fina dengan tatapan yang sulit dipahami.“Nona Fina, ini adalah pertanyaan yang ke sepuluh yang saya dengar dalam hari ini. Dan saya berada dalam fase stress karena harus mengulang jawaban yang sama ke orang-orang yang berbeda. Saya sama dengan Anda dan yang lainnya, sangat ingin sahabat Anda itu ditemukan. Jika ada perkembangan terbaru, Anda adalah orang pertama yang pasti saya hubungi, percayalah,” jawabnya sambil menggenggam tangan Fina.Ad

    Last Updated : 2021-06-15
  • You're My Destiny   Part 16, The First Kiss

    Tidak lama lagi Windi akan kembali ke kehidupannya yang normal. Yang berarti juga kembali ke kehidupan yang sepi, tanpa ada yang memberinya kehangatan sebuah perhatian. Seandainya bisa ia ingin tetap di sini, bersama Yoo Ill.Tapi ia sadar, ini tidak adil untuk Fina dan Oom Faris yang tentu mencemaskannya sekarang. Setidaknya ia harus menampakkan diri dulu di hadapan mereka, untuk memberi tahu bahwa dirinya baik-baik saja. Setelah keadaan normal kembali, barulah ia akan memikirkan langkah selanjutnya yang terbaik bagi kebahagiaannya.Lagi pula hal itu sepertinya juga tidak adil untuk Yoo Ill, yang harus terbebani oleh perempuan yang tidak memiliki status apapun dengannya. Yaah ... bagi Yoo Ill, tindakan yang ia lakukan tentu tidak lebih dari kegiatan kemanusiaan semata. Seperti aksi-aksi kemanusiaan lainnya yang kerap ia lakukan. Entah mengapa sejumput rasa kecewa hadir di hati Windi atas kenyataan itu.Yoo Ill duduk di samping Windi dengan ekspresi yang sulit u

    Last Updated : 2021-06-17

Latest chapter

  • You're My Destiny   Bab 93, Takdir yang Menyatukan Mereka (TAMAT)

    Windi terpaku di tempatnya berdiri, sementara matanya tak berkedip menatap Yoo-ill. Untuk beberapa saat ia hanya berdiri mematung dengan ekspresi bingung, terlebih saat melihat tangan Yoo-ill yang terulur padanya. Ia pun tersadar tak lama kemudian. Dengan raut wajah gelisah dan bingung, Windi mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Ia baru sadar kalau kursi-kursi di gereja itu telah banyak yang ditinggalkan penghuninya. Hampir separuh dari tamu undangan itu pergi setelah mengetahui pengantin prianya sosok yang berbeda.Di barisan paling depan Windi berharap menemukan keluarga Pandu, tetapi barisan itu pun terlihat lengang. Hanya rekan kerjanya yang setia menyaksikan acara pemberkatan itu sampai selesai."Ha-ni-yah. Apa yang terjadi. Mana Kak Pandu dan keluarganya?" tanya Windi dengan mata berkaca-kaca.Ha-ni yang bertugas sebagai bridesmaids tak bisa menyembunyikan rasa bersalahnya kepada Windi. Ia menghampiri Windi lalu memeluknya dengan erat. "Maafkan aku, Win. Aku tidak bisa m

  • You're My Destiny   Bab 92, Hadiah untuk Pandu

    Satu jam sebelumnya. Di ruang tunggu pengantin pria, Pandu bercengkrama dengan sejumlah tamu yang merupakan teman kuliahnya dulu. Ternyata perihal pertunanganan Yoo-ill yang batal telah menyebar luas di kalangan mereka."Aku tidak mengerti dengan cara pikir si Yoo-ill itu. Padahal kalau aku tidak salah dengar, ini pertunangannya yang kedua kali. Yang pertama dulu, belum sempat dikenalin ke publik, masih di kalangan internal perusahaan aja. Tapi, hanya beberapa bulan, Yoo-ill memutuskan wanita itu secara sepihak," kata salah satu di antaranya."Tapi aku dengar wanita itu ada skandal dengan salah satu pamannya," kata yang lain pula.Namun, pria yang lain membantah dengan gerakan tangannya. "Itu tidak benar. Kamu lupa kalau aku juga bekerja di Han Enterprise? Skandal itu adalah hoaks yang diciptakan oleh Han Tae Soo, paman Yoo-ill yang lain, karena ingin menurunkan tunangan Yoo-ill dari kursi direktur.""Gila. Parah juga persaingan di perusahaan itu.""Paman Yoo-ill yang satu itu memang

  • You're My Destiny   Bab 91, At The Wedding Day

    Untuk beberapa saat Windi terpaku di tempatnya berdiri karena tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang. Windi tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat melihat Yoo-ill sedang bersandar di mobilnya dengan kedua tangan yang sibuk memainkan ponsel. Windi juga heran bagaimana Yoo-ill bisa tahu tempat kerjanya."Yoo-ill? Kamu kenapa bisa ada di sini? Kamu tahu dari mana aku kerja di sini?" Windi mencecar Yoo-ill tanpa jeda.Yoo-ill mendekat tanpa melepaskan tatapannya dari wajah Windi, wajah wanita yang selama beberapa tahun terakhir ini terus mengusik hati dan pikirannya bahkan di saat tidur."Aku sudah menerima undangan pernikahanmu. Jujur ... aku kaget sekali karena tidak menyangka kalian akan menikah secepat itu," ujar Yoo-ill mengabaikan pertanyaan Windi."Apanya yang aneh? Kami memang sudah merencanakan sejak lama, hanya sedikit dipercepat saja karena keluarga Pandu inginnya begitu," jawab Windi beralasan. Padahal ia sendiri yang meminta hal itu pada Pandu, karena tidak i

  • You're My Destiny   Bab 90, H-3

    Dua hari berlalu. Di kediaman keluarga Han sedang terjadi ketegangan. Pasalnya adalah kepulangan Yoo-ill setelah tiga hari menghilang pasca membatalkan pertunangannya dengan Ji-hyun.PLAK! PLAK!Tamparan keras dari tangan Tn. Han mendarat di wajah Yoo-ill. Tidak hanya sekali, tetapi berkali-kali. Masih tak puas juga, tetua keluarga Han itu juga menendang Yoo-ill dengan kakinya yang memakai sepatu pantofel. Sakit? Jangan ditanya. Ringis kesakitan dari Yoo-ill sudah menjawab semua itu, betapa sakit tubuhnya yang didera pukulan bertubi-tubi dari sang ayah.Sementara Ny. Ko hanya bisa menangis tersedu sambil menahan kaki sang suami agar berhenti memukuli buah hatinya."Cukup, Yeobo. Jangan pukuli Yoo-ill lagi. Berhenti memukuli kepalanya, matanya masih sangat rentan dengan guncangan. Tolong berhentilah!" pinta Ny. Ko yang kalut melihat luka di kening Yoo-ill. Ia takut sekali penglihatan Yoo-ill kembali bermasalah akibat pukulan itu.Namun, Tn. Han mengabaikan rengekan istrinya. Matanya y

  • You're My Destiny   Bab 89, H-5

    Dengan penuh tanda tanya Windi menyeret langkah menuju pintu, lalu mengintip lewat peephole yang ada di sana. Windi mengernyit heran saat melihat wajah Ji-Hyun di sana. Tak ingin memendam rasa penasarannya lebih lama, ia pun membuka pintu itu."Ji-Hyun?! Ada keperluan apa kamu di sini?" "Aku mau bicara." Dengan lancangnya, Ji-Hyun menerobos masuk lalu berkeliling kamar, masuk ke kamar mandi, membuka pintu lemari seolah sedang mencari sesuatu. Setelah gagal menemukan apa yang dicari, dia pun duduk di sofa yang tersedia di sudut kamar."Kamu sendiri?" tanyanya dengan tatapan menyelidik."Bersama Pandu. Dia sedang membeli makanan ke luar."Ji-hyun tak percaya. "Kenapa tidak pesan di restoran hotel saja?""Dia lagi pengen makan masakan Indonesia. Di restoran hotel ini tidak ada," jawab Windi asal. Padahal ia tidak tahu pasti Pandu ke mana, karena lelaki itu pergi saat dirinya sedang mandi.Windi menghela napas panjang, menutup pintu, lalu duduk di pinggir ranjang, berhadapan dengan Ji-hy

  • You're My Destiny   Bab 88, Tamu Tak Diundang

    "Aku senang sekali, Win. Memang itu yang aku mau. Tetapi, kalau aku boleh tau, apa alasan kamu tiba-tiba ingin mempercepat pernikahan kita?" Pandu bertanya tak sabar setelah mereka berada di hotel. Tadi ia terpaksa beralasan ada pekerjaan mendadak sehingga bisa pamit lebih awal dari pesta pertunangan Yoo-ill dan Ji-hyun. Meskipun ia sendiri heran dengan sikap Windi yang bersikeras untuk pulang, tetapi demi kenyamanan sang kekasih hati ia pun menuruti permintaan Windi."Tidak ada alasan khusus. Melihat Kak Pandu dikelilingi wanita-wanita cantik saat di pesta tadi membuatku berpikir sepertinya aku harus segera mengikatmu dengan cincin pernikahan," jawab Windi beralasan. Padahal ia melakukan itu karena takut hatinya kembali goyah oleh Yoo-ill. Windi takut, nama Yoo-ill yang telah terkubur di hatinya hidup kembali karena terbayang tatapan laki-laki itu yang dipenuhi rasa bersalah saat menatapnya tadi. Sementara ia sudah berkomitmen dengan Pandu. Pandu dan keluarganya adalah orang-orang

  • You're My Destiny   Bab 87, Aku Tidak Mau Menunda Lagi

    Pandu heran melihat Yoo-ill dan Windi terdiam dengan tatapan saling bertaut, sementara wajah mereka menggambarkan ekspresi yang sulit untuk digambarkan. Terkejut, kecewa, luka, dan juga rindu yang tersirat dalam. Berada di antara mereka membuat Pandu mendadak merasa berada di dunia yang berbeda. Keadaan itu berlangsung cukup lama sampai suara tunangan Yoo-ill membuyarkannya. "Wah, dunia ini sempit sekali, ya. Ternyata wanita yang ingin kamu kenalkan itu Windi, Pan?" tanya Ji-hyun pada Pandu. Pandu dan Ji-hyun merupakan teman saat duduk di bangku SMA dulu, sementara Yoo-ill adalah temannya di saat kuliah. Itu sebabnya Pandu sangat antusias menghadiri pesta pertunangan ini karena kedua calon pengantin adalah temannya. "Kamu kenal Windi?" Pandu balik bertanya dengan heran. Ji-hyun melirik Yoo-ill yang masih menatap Windi tanpa jeda, lalu bergelayut manja di lengan lelaki itu. Lewat sikapnya itu ia ingin memberi tahu Windi bahwa Yoo-ill adalah miliknya. "Bukan aku yang kenal Windi sec

  • You're My Destiny   Bab 86, Pertemuan Tak Terduga

    Windi mematut pantulan dirinya yang ada di cermin. Sungguh ia merasa takjub sendiri melihat penampilannya dalam balutan gaun malam berwarna maroon itu. Gaun pesta ala mermaid membungkus tubuh Windi yang sintal dengan indah, menonjolkan bagian-bagian tertentu dalam porsinya yang pas. Setelah merasa cukup puas dengan gaun pilihannya, Windi pun keluar dari kamar ganti itu.Pandu yang menunggu di luar kamar ganti spontan berdiri dengan bola mata membesar saat melihat Windi keluar. Mulutnya ternganga, terpesona akan kecantikan Windi yang tak biasa."Bagaimana, Kak? Cocok, tidak?" tanya Windi malu-malu. Pandu tidak menjawab, hanya tepuk tangannya yang menggema ke seantero toko. "Kamu cantik sekali, Win. Super-duper-cantik!" puji Pandu sambil berdecak panjang."Kak Pandu ini bisa saja. Jangan berlebihan, Kak. Jangan buat aku malu," ucap Windi dengan bibir mengerucut, sedikit protes, tetapi tetap saja pipinya merona."Aku tidak berlebihan. Coba saja tanya pada pramuniaga itu," sahut Pandu. "

  • You're My Destiny   Bab 85. Ramyeon Mokgo Gallae?

    Windi terkesiap, ia terduduk, spontan menjauh dari Pandu. Napasnya masih tersengal dan wajahnya masih memerah karena lonjakan libido. "Maaf, Kak. Aku tidak bisa melakukannya. Maafkan aku kalau mengecewakanmu," ujar Windi sambil menenangkan debaran jantungnya."It's okay, Win. Aku juga minta maaf karena telah lepas kendali tadi," ujar Pandu dengan kepala menunduk."Tidak apa, Kak. Ini salah kita berdua, jadi mari jadikan pelajaran saja," kata Windi berusaha untuk bijak.Pandu mengangguk."Silakan mandi dan ganti pakaianmu, aku akan menunggu di luar," kata Pandu.Ia keluar dari kamar, lanjut menuju dapur lalu meminum segelas air dingin. Ia butuh meredakan gelora hasratnya yang masih membara.Sementara itu, di Seoul. Sebuah acara yang mempertemukan dua keluarga baru saja berakhir. Tn. Han tampak antusias melepas kepergian tamu mereka. Tangannya tak henti melambai, dan senyumnya juga tak henti mengembang. Di sampingnya Yoo-ill berdiri dengan ekspresi datar.Mereka yang baru saja pergi ada

DMCA.com Protection Status